Menguak Cahaya Perempuan Arfak di Kampung Kobrey

Mendengar kata Papua, sudah terbayang bagaimana kehidupan masyarakat di sana yang sangat kental dengan alam. Seperti halnya di salah satu dusun di Pulau Papua, hiduplah sekelompok manusia bersuku Arfak yang terbilang suku dengan penduduk banyak. Namun, sayang sekali meski termasuk suku terbesar di wilayah Ransiki Manokwari Selatan, siapa sangka jika mayoritas perempuan di sana buta aksara.

Saya tidak membayangkan bagaimana seorang ibu yang merupakan tempat pertama anak-anak bertanya tentang apa saja sejak kecil, tetapi sangat minim pengetahuan bahkan buta aksara? Bagaimana bisa generasi yang terus lahir dan bertumbuh mampu mengangkat harkat dan martabatnya jika sang ibu minim wawasan?

Berangkat dari permasalahan itulah seorang perempuan bernama Risna Hasanuddin muncul. Dia tidak berasal dari Papua. Justru dari kota Ambon. Keinginannya untuk menyalakan pelita di tengah gelap gulitanya perempuan Arfak di sana, diawali sejak melakukan KKN di Kampung Kobrey, Risna tergerak dan membuat rumah cerdas sebagai media perempuan Arfak mengenyam pendidikan dan pengetahuan yang seharusnya diketahui.

Rumah Cerdas ala Risna Hasanuddin 

Saya mungkin punya paman di Papua tetapi tinggal di area kota. Kehidupan di kota saja kata om saya kadang tidak bisa diprediksi dengan logika, makanya sangat wajar jika di wilayah pedalaman dan sulit akses pendidikan membuat karakter, watak dan wawasan warganya pun terbilang kurang. Itulah mengapa ketika melihat perjuangan Risna menyalakan cahaya di Kampung Kobrey bagi perempuan Arfak sungguh bukan perjalanan membebaskan buta aksara biasa.

Di Kampung Kobrey sendiri ada 250 kepala keluarga. Jika tadinya mereka naik turun gunung karena ada yang tempat tinggalnya di atas gunung, oleh Pemerintah dibuat semua bisa hidup di daratan. Namun, sayang sekali meski demikian akses pendidikan tetap saja sulit. Wilayah Kampung Kobrey tetap terpencil dan itulah yang menjadikan Risna makin semangat untuk mengubah mindset dan kenyataan perempuan Arfak sangat minim pendidikan bahkan buta aksara.

Risna pun bergerak memberikan pelayanan akan pendidikan. Mendirikan Rumah Cerdas Komunitas Perempuan Arfak (RCKPA). Di rumah cerdas ini, perempuan Arfak tak hanya diajari membaca dan menulis. Kegiatan berhitung pun dijalani oleh perempuan-perempuan Arfak yang ikut belajar.

Menguak Cahaya Perempuan Arfak di Kampung Kobrey 1

Memang pada kenyataannya, pertama kali hanya sedikit yang datang. Namun, setelah berjalan beberapa hari banyak yang datang. Apalagi kegiatan ini memang didukung oleh Kepala Suku Kobrey hingga menyediakan fasilitas tempat tinggal dan tempat belajar yang dibutuhkan Risna.

Tidak hanya kegiatan literasi membaca, menulis dan berhitung saja. Risna pun mengajak perempuan-perempuan Arfak, khususnya ibu-ibu, untuk lebih berdaya. Salah satu jalannya dengan meningkatkan kualitas pembuatas Tas Noken asli Suku Arfak dan Kain Tenun khas Kobrey.

Bagaimana ibu-ibu tidak bangga dan bersyukur dengan kehadiran Risna di Kampung Kobrey, biasanya mereka membuat Tas Noken cuma dijual IDR 50K saja, kini bisa dijual seharga IDR 200K. Bisa dibayangkan betapa pendidikan yang dimiliki itu bisa meningkatkan harkat dan derajat orang itu sendiri.

Keberhasilan Risna kini tak hanya kemudian diusahakannya sendirian. 11 tahun berada di Kampung Kobrey dan mengabdikan dirinya di sana, kini sudah banyak relawan yang ikut membantu. Bahkan niat baik dan segala aktivitas positif Risna bersama perempuan-perempuan Arfak di Kobrey menjadi contoh di wilayah lain. Dengan begini, Manokwari makin bisa menjadi lebih baik hanya karena sudah dibasuh dengan pendidikan yang lebih baik pastinya.

Tragedi yang Dialami Tak Menyurutkan Langkah Risna 

Merinding sekali rasanya mendengar perjuangan Risna Hasanuddin yang niat baiknya semata-mata ingin melihat perempuan Arfak berdaya dan mampu bersaing meski di wilayah Manokwari sendiri. Berbagai tragedi tak menyenangkan pastinya dialami oleh Risna.

Pelecehan seksual dialami Risna oleh pemuda Kampung Kobrey. Kejadian ini membuat Risna mengalami trauma mendalam dan beberapa kali harus terapi. Bisa dibayangkan bagaimana Risna berusaha bangkit dari trauma itu demi cita-cita mulianya. Ya, cita-cita untuk perempuan arfak meski harus mengorbankan banyak hal.

Tetap Mengajar Meski Lebam

Tidak berhenti dari kejadian itu, Risna pun nyaris diperkosa oleh seorang pemuda mabuk. Untungnya Risna dengan berusaha sekuat tenaga mampu melarikan diri dari kejadian tersebut sehingga tak sempat menjadi korban yang lebih parah. Namun, lagi-lagi meski sudah dibawa ke ranah hukum, tetap saja masalah selesai karena dipaksa untuk diselesaikan secara kekeluargaan.

Tragedi diseret motor oleh pemuda kampung membuahkan hasil mata lebam dan perdarahan yang dialami selama berbulan-bulan karena kepalanya dipukul hingga bocor. Untungnya masih selamat karena dibantu pengemudi gojek yang kebetulan melihat kejadian tersebut. Sungguh nyata perilaku orang-orang di wilayah yang sulit akses pendidikan, internet dan semacamnya. Cara berpikir warga juga masih sangat sempit. Sehingga perilaku menganggu orang lain menjadi sebuah tantangan uji kemampuan.

Apresiasi SATU Indonesia Awards 2015

Ketika ada seorang anak manusia yang memiliki cita-cita mulia, diterjang berbagai cobaan untuk tetap semangat memperjuangkan harapan dan cita-citanya untuk kemajuan sebuah desa, apalagi yang perlu diberikan selain dukungan dan apresiasi?

Ya, beruntung kegigihan Risna Hasanuddin yang mengalami berbagai tragedi yang tak menyenangkan selama membangun rumah cerdas di Kampung Kobrey, mendapatkan apresiasi dari Astra. SATU Indonesia Awards yang diterimanya tahun 2015 membuatnya semakin yakin bahwa sudah banyak pasang mata yang mengikuti sepak terjangnya.

Risna dan Buta Aksara Suku Arfak

Itu artinya, Risna akan mendapatkan banyak dukungan dan juga doa dari orang-orang yang memang menganggap upayanya bagi kesejahteraan perempuan-perempuan suku Arfak adalah sebuah kebaikan yang harus dilanjutkan meski Risna tak lagi di sana. Perlu regenerasi semangat dan juga pola pengajaran agar suku Arfak juga tahu bahwa pendidikan dan pengetahuan yang memadai bagi seorang perempuan itu penting adanya.

***

Well, tidak banyak yang seperti Risna Hasanuddin. Meski sudah merasakan kepahitan dengan berbagai jenis pelecehan di Kampung Kobrey, semangatnya mengangkat derajat perempuan Arfak tetap menyala. Cahaya yang sudah dinyalakan sejak 2015 itu semoga kini tak pernah padam lagi meski gempuran berbagai rintangan akan terus menghadang tanpa henti.

***

Referensi:

  1. Cerdaskan Perempuan Papua; https://www.cnnindonesia.com/inspirasi/20151022204751-322-86769/kak-risna-rela-ke-pelosok-untuk-cerdaskan-perempuan-papua, diakses 1 November 2024
  2. Jalan Panjang Risna; https://riafasha.com/risna-pejuang-pendidikan-suku-arfak/, diakses 1 November 2024
  3. Majalah ASTRA; https://astramagz.astra.co.id/, diakses 1 November 2024
Facebook
Twitter