Tana Toraja itu ngangenin. Setidaknya itu yang saya rasakan. Bahkan saya menyesal baru bisa ke Tana Toraja di usia jelang 40 tahun bahkan sudah punya anak tiga. Padahal saya orang Sulawesi Selatan, Maros. Harusnya ada upaya untuk berangkat ke sana untuk melihat negeri di atas awan, bukan?
Namun, masa muda saya ternyata habis untuk belajar. Ya, nyaris saya tidak putus sekolah hingga mendapatkan gelar Magister. Meski sekarang berkarya dari rumah karena harus resign sebagai dosen, tentu gelar tersebut jadi anugerah tersendiri. Tidak peduli orang di luar sana mencemooh karena pendidikan tinggi tapi cuma di rumah saja.
Yuk, Tana Toraja Sudah Menantimu!
Jika semua sudah siap, segera berangkat pastinya karena Tana Toraja siap menanti pengunjung yang akan menikmati keindahan alam dan budayanya. Setidaknya ini alasan yang bisa jadi referensi untuk mau ke Tana Toraja:
Banyak Budaya yang Memiliki Nilai Adat Masing-Masing
Di Tana Toraja, kita bisa lihat rumah Tongkonan. Rumah adat yang memiliki makna bagi setiap warga Tana Toraja atau biasa disingkat dengan Tator. Pakaian adat juga jelas berbeda, meski suku saya masih satu propinis, tetapi Tana Toraja punya daya khas tersendiri.
Setiap rumah Tongkonan yang berdiri di sekitar rumah warga bisa menunjukkan strata sosialnya. Makin banyak tanduk kerbau yang digantungkan pada rumah tersebut maka makin jelas kedudukannya di mata lingkungan sekitar.
Pemandangan yang Masih Sangat Asri
Tana Toraja adalah wilayah gunung atau berada di sekitar pegunungan. Ada tempat wisata yang menguji kekuatan fisik karena harus berjalan kaki menaiki tangga untuk sampai ke patung yang menjadi Tuhan mereka di sana. Namun, saran saya jangan pergi jika musim hujan. Air tergenang sangat mengganggu kelancaran jalan kaki karena khawatir terimbas.
Mayoritas Sejuk karena Wilayah Pegunungan
Mungkin karena pas ke sana sedang hujan jadinya cuma hawa sejuk saja yang terasa. Apalagi kalau naik ke wilayah Buntu Burake di mana patung Yesus yang besar dan tinggi ditempatkan. Banyak yang berhasil sampai di atas, khususnya anak-anakmuda. Kalau saya cukup menikmati pemandangan sekitar yang sejuk.
Bisa Beli Kopi Arabica, Kopi Toraja yang Melegenda
Entah mengapa dengan lambung, rasanya kalau minum kopi sedikit saja seperti ketusuk-tusuk. Namun, waktu demi waktu ternyata sudah tahan pula sama kopi, termasuk kopi khusus Tana Toraja.
Jika ingin membeli bisa ke pusat oleh-oleh atau bertanya pada warga siapa yang menjual karena biasanya di lokasi akan diberikan harga yang paling murah.
Bisa Melihat Ragam Upacara Adat
Salah satu upacara adat paling terkenal adalah Rambu Solo. Upacara uni dilakukan ketika ada kematian. Makin tinggi derajatmu maka makin besar pula acaranya.
Sayangnya pas ke sana tidak bisa menyaksikan karena khawatir bayi yang belum setahun waktu itu menjadi kaget atau istilah Jawa-nya sawanen.
***
Well, saya menanti tahun 2025 agar bisa ke Toraja lagi. Memang bukan sebuah hal yang harus diwujudkan tetapi jika ada kesempatan dan kesehatan, pasti akan minta adik diantar ke sana lagi, ke wilayah yang belum sempat dikunjungi waktu itu.
One Response
wishlist aku ke Toraja, waktu itu ke Makasar cuman sebentar, jadi ga keburu juga
udah planning berkali-kali balik makasar, tapi belum juga ke Toraja
Budaya dan adat istiadatnya masih kental disana, penasaran pengen liat langsung upacara adat secara langsung juga