Meneruskan Kebaikan Bapak Seumur Hidup – Lagi-lagi saya harus baper ketika mendapati tema dari ODOP kali ini. Tema yang berhubungan dengan hal pribadi memang sangat menyentuh. Apalagi saya tipenya sangat sulit melupakan peristiwa yang bersentuhan dengan hati. Apa yang terjadi di masa silam akan selalu menjadi kenangan. Terlupakan? Sebenarnya tidak sama sekali. Hanya saja fokus sejenak beralih kepada yang lain.
Jika saya ditanya soal meneruskan kebaikan orang yang sudah meninggal, maka saya akan fokus pada satu sosok saja, yaitu mendiang Bapak saya tercinta. Sosok yang menjadi cinta pertama dan tidak akan pernah terhapus kecuali sang pemilik kendali yang menginginkan. Sampai detik ini pun, saya masih hafal aroma kamar, situasi genting sampai pada suara-suara yang ada pada saat itu. Ya, saat dimana Bapak menghembuskan nafas terakhirnya. Saat Bapak menutup mata untuk selamanya. Saat Bapak tidak lagi mampu kuajak bercakap dari hati ke hati.
*Ya Allah… maafkan titik air mata rindu ini!
Bapak hidup dengan karakter dan wibawa yang disenangi semua orang. Bahkan sampai sekarang pun ketika menyebut nama Bapak, orang-orang yang mengenalnya akan senantiasa tersenyum mengenang kenangan manis bersama beliau. Sosoknya rendah hati bahkan merangkul siapa saja untuk menjadi temannya. Dan satu hal yang saya kagumi, Bapak sangat sabar menghadapi istri dan anak-anaknya sendiri dengan beragam karakter plus masalah yang dimunculkan setiap hari. Ah, Bapak… saya benar-benar rindu…
Kebaikan-kebaikan Bapak banyak sekali. Mulai dari shalat yang tidak pernah bolong, berinfaq, membantu siswa-siswi yang diasuhnya dalam hal pembayaran SPP, hingga membantu keluarga yang sedang mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak. Sudah banyak siswa-siswinya yang berhasil menjadi “orang besar”. Tetapi Bapak tidak pernah menuntut mereka untuk kemudian berbalik untuk berbuat baik kepadanya. Dan di antara kebaikan yang Bapak tanamkan kepada saya semasa hidupnya, maka inilah yang saya teruskan:
- Berilmu dan mengajarkannya; Bapak selalu menginginkan saya berprofesi sebagai tenaga pengajar. Karena menurutnya, mengajari orang kebaikan itu sama saja dengan menanam amal jariyah yang akan menolong di kemudian hari. Maka saya pun berusaha untuk mengamalkan ilmu, khususnya Bahasa Inggris, yang pernah diajarkannya dengan menjadi online teacher di grup WhatsApp. Dan pastinya kepada anak saya si Salfa, ilmu ini pun saya ajarkan. Setiap kata demi kata yang dihafalkan oleh Salfa, saya berharap diganjar pahala untuk Bapak.
- Bersabar akan takdir hidup; saya akui ini sangat berat. Namun selama saya hidup, saya akan berusaha menjalaninya. Meskipun terkadang diri ini masih sering terganjal oleh godaan sehingga lupa emotional controlling.
- Menjaga tali silaturahim dengan kerabat dan keluarganya; pesan ini selalu saya ingat beberapa hari sebelum beliau meninggal. “Jangan pernah lupa kalau Bapak punya keluarga di Makassar dan Soppeng. Dimanapun kamu berada, jika tahu ada keluarga Bapak di situ, tolong sempatkan untuk ditemui.”
Well… itulah 3 yang selalu saya lakukan sampai saat ini. Adapun tambahan amalan dari saya pribadi untuk Bapak, saya sangat berharap Allah menjadikannya sebagai amalan anak yang sholehah. Aaamiiin…
***
Bapak…
Salfa sudah 3 tahun. Sudah banyak kosakata Bahasa Inggris yang diketahui. Semoga Bapak bahagia dan dijauhkan dari api neraka…
Miss you so much, Dad!
One Response
Terharu bacanya :’))
Ah makasih udah diingatkan kalo amal jariyah termudah adalah dengan mengamalkan ilmu 🙂