Mewah
Cuplikan wujudmu dewasa ini
Megah
Deretan gedung menjulang tinggi
Sesak
Rasa yang harus kukemas
Ketika takdir memisahkanku keras
Meninggalkan cerita dan cinta
Menjauh dari tatapan mata
Entah untuk berapa masa
Makassar
Ibu kota yang semakin besar
Mengalir dengan semangat pemuda yang tak gentar
Walau tubuh harus bergetar
Tetap saja hati tak pernah gentar
Tangisku membuncah
Ketika ragaku harus terpisah
Dari Makassar nan indah
Walau suara sumbang memecah
Tetap saja aku tak pernah gerah
Dan Makassar tetap yang terindah
Kubawa Makassar dalam rasa
Meski jauh tetap suka
Kubawa Makassar dalam asa
Meski selalu dianggap kasar
Tetapi aku tetap tak percaya
Karena Makassar
Aku jadi tegar
Dan tak pernah jadi kasar
Dalam Remang Cahaya
Palangkaraya, 30 November 2011
8 Responses
puitis banget mbak…
harus… 🙂
😎
iye, sudahmi kubaca sms ta
tapi belumpaki jado followerku 🙁
saya pun mempunyai rasa di Makasar, meskipun hanya sekedar rasa yang kelabu.. hehe 😀
sukaaaa mbak, jadi pengen menuliskan tentang Palembang juga..
ayo… dituliskan…
rasaku rasamu 🙂
Kan kusandingkan Makassarmu disisi kalbu Banjarmasinku…forever.
makasih Icah 😀