Kredibali, Upaya Perjuangkan Asa dan Cita-Cita Anak Bali

Kredibali, Upaya Perjuangkan Asa dan Cita-Cita Anak Bali

Pandemi memang memberikan banyak pukulan. Tidak sedikit orang yang pergi tiba-tiba. Tidak sedikit yang tadinya sehat harus mendapati dirinya terdiagnosa suatu penyakit. Efek samping vaksin pun terasa. Satu keluarga bisa saja semua terkena apalagi tak ada yang bisa dijadikan tempat isolasi.

Rumah sakit penuh. Bahkan tidak sedikit berangkat ke rumah sakit harus pulang berstatus almarhum/almarhumah. Benar-benar semua sangat mencekam kala itu. Rumah menjadi tempat ternyaman sekaligus mencekam.

Kondisi seperti ini membuat bingung dunia pendidikan. Sekolah harus ditutup. Jika pun buka, masker dan segala metode kebersihan diri harus diikuti. Jumlah siswa dibatasi. Jadwal belajar dikurangi bahkan berpindah menjadi belajar daring.

Kegiatan luring dianggap akan menyengsarakan anak-anak karena COVID-19 sangat mudah menjangkiti siapa saja tanpa kecuali anak-anak. Maka pembelajaran pun berubah metode. Namun, yang menjadi pertanyaan kala itu adalah bagaimana belajarnya anak-anak di desa, di tempat-tempat yang sulit terjangkau internet bahkan masuk ke dalam daerah 3T? Tentu menjadi tantangan tersendiri.

Kondisi ini pun dirasakan anak-anak di Desa Pemuteran, Buleleng, Bali. Desa yang dikenal turis mancanegara sebagai surga snorkeling, diving, dan konservasi terumbu karang, harus merasakan dampak Pandemi. Desa menjadi sepi. Anak-anak pun tak bisa sekolah. Padahal desa ini paling cepat memberikan dampak baik bagi roda ekonomi Indonesia.

Hadirlah seorang pemuda bernama Gede Andika tergerak membangun KREDIBALI (Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan). Harapan paling nyata bagi Gede dengan membangun KREDIBALI adalah menjadi solusi dari permasalahan yang ada, yaitu pendidikan, lingkungan, dan kemanusiaan.

Kenal Lebih Dekat dengan KREDIBALI

Misi KREDIBALI tidak hanya anak-anak mampu literasi dan memiliki wawasan yang luas. Apalagi di wilayah Desa Pemuteran, Buleleng, Bali, anak-anak bisa mengembangkan dirinya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sana. Menjadi spot yang pasti dikunjungi turis (ketika Pandemi belum menyerang kala itu), anak-anak memanfaatkannya untuk mata pencaharian dengan berbagai kemampuan yang bisa dilakukan.

KREDIBALI ini sendiri adalah bagian dari Jejak Literasi Bali. Nah, Jejak Literasi Bali inilah yang memberikan banyak warna literasi pada anak-anak di Bali seperti mendongeng, mewarnai dan tentunya adalah membaca. Nah, KREDIBALI ini kemudian memperluas ranah jangkau literasi karena mengaitkan unsur lingkungan.

Ya, Bali dikenal sebagai lokasi tujuan wisata terkemuka di Indonesia bahkan dunia. Lihat saja para turis asing ketika mengatakan akan ke Indonesia maka yang dimaksud adalah Bali. Nah, kondisi inilah yang menjadikan Bali, khususnya tempat-tempat wisata tidak terlepas dengan yang namanya masalah sampah.

Pantai-pantai di Bali harusnya bersih dari sampah karena sudah dikenal dunia sebagai surganya tempat berjemur. Namun, ketika sampah ada di mana-mana maka sudah harus ada upaya langsung agar sampah tersebut tidak menjadi masalah yang makin meresahkan.

Anak-Anak Kumpulkan Botol Plastik sebelum Belajar

Nah, Gede pun menjadikan aktivitas KREDIBALI sebagai solusi permasalahan tersebut dengan memberikan anak-anak kesempatan belajar tetapi harus membawa sampah plastik yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Anak-anak bisa mendapatkan di sekitar rumah atau tempat wisata yang tidak jauh pastinya dari rumah mereka.

Bagi Desa Pemuteran ini adalah langkah mudah untuk mendapatkan ilmu dari aktivitas literasi Gede Andika. Meski desa lain seperti Desa Batur, mereka tetap memberikan tugas pada anak-anak sebelum memulai aktivitas belajar, yaitu menyiram tanaman. Mengapa berbeda? Ya, karena Desa Batur dikenal dengan area yang marak digunduli hutannya. Untuk itu, anak-anak diajarkan untuk menanam sehingga kelak Desa Batur menjadi desa yang hijau dan subur kembali.

Tantangan KREDIBALI selama Berjalan 

Namanya aktivitas baik tidak akan jauh dengan yang namanya rintangan. Niat baik akan selalu diganggu oleh orang-orang yang tidak suka. Sama seperti aktivitas KREDIBALI yang saat Pandemi tetap mengadakan tatap muka dengan anak-anak meski sudah mematuhi protokol seperti jarak dan lainnya.

Namun, kegiatan KREDIBALI sempat ditolak warga karena khawatir harus bayar mahal. Saat pandemi, untuk makan dan minum saja sudah sangat sulit. Bagaimana harus membayar biaya pelatihan atau belajar yang diadakan tersebut? Hmm, pastinya Gede dan teman-temannya berusaha semaksimal mungkin untuk menyampaikan bahwa mereka belajar cukup membawa botol plastik atau menanam satu tanaman di halaman rumah kemudian menyiramnya sebelum beraktivitas belajar.

Setelah disetujui warga, aparat keamanan pun menjadi orang yang tidak setuju dengan kegiatan KREDIBALI. Pasalnya harus melakukan kegiatan belajar luring sementara kondisi wilayah Buleleng menjadi lokasi penyebaran COVID-19 terbesar di Bali kala itu. Hmm… dilema bukan?

Bukan Gede Andika kalau semangatnya tidak besar. Dia berusaha meyakinan aparat keamanan bahwa yang dilakukan bersama anak-anak murni hanya belajar dan tetap mengikuti protokol kesehatan sebagaimana harusnya saat COVID-19 merajalela di mana-mana. Soalnya, di dalam pikiran Gede, anak-anak tetap harus ada asupan belajar daripada di rumah tetapi tidak jelas aktivitasnya.

Apresiasi SATU Awards ASTRA 2021

Perjuangan Gede Andika memang patut mendapatkan apresiasi yang sepadan. Beruntunglah ASTRA hadir memberikan harapan baru bagi anak-anak di Bali dengan apresiasi SATU Awards di tahun 2021. Sungguh ide yang cemerlang mengajak anak-anak untuk peduli lingkungan dengan mengumpulkan sampah plastik sebelum mendapatkan pelajaran dari KREDIBALI ala Gede Andika.

Sampah itu pun kemudian dikumpulkan dan hasilnya bisa membantu para lansia yang sudah tidak sanggup mencari nafkah sendiri. Gede ingin anak-anak tak hanya tumbuh cerdas dan paham lingkungan tetapi tahu bagaimana memanfaatkan peluang untuk tetap menjadi orang baik di sekitarnya.

Gede Andika

*** 

Well, upaya yang dilakukan Gede Andika memang tak mengenal pamrih di masa pandemi. Perjuangannya di kala itu tentu memberikan makna yang membekas di hati anak-anak Bali. Pandemi yang tadinya mimpi buruk tetap mampu memperjuangkan hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan.

***

Referensi:

  1. Gede Andika Pemuda Kreatif; https://olret.viva.co.id/news/10399-gede-andika-pemuda-inspiratif-penggagas-kredibali-untuk-pendidikan-lingkungan-dan-kemanusiaan, diakses tanggal 28 Oktober 2024
  2. Kredibali; https://www.deamerina.com/2022/12/kredibali-semangat-gede-andika-kurangi.html, diakses tanggal 27 Oktober 2024
  3. Majalah ASTRA; https://astramagz.astra.co.id/, diakses 27 Oktober 2024
Facebook
Twitter

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *