Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedelapan.
Tak terasa sudah dipenghujung waktu. Mencoba mengemas kata demi kata hingga jadilah postingan ini. Mepet deadline? Mungkin itulah yang akan keluar di bibir manis para peserta 8 minggu ngeblog. Tetapi memang demikian kenyataannya. Postingan ini muncul di akhir waktu. Bukan untuk mencari pembelaan tetapi kondisi batin sang pemilik blog ini sedang tak stabil. Halah, lebay! Terserah saja pendapat yang bergulir.
Pekan terakhir ternyata mengangkat tema yang saya harus berdiri untuk memberikan applause. Bukan karena ingin dinilai apa dan bagaimana, tetapi sejalan dengan usulan tema yang bersarang di benak sejak pertama kali ikut event ini. Namun, apa daya bukan hak saya mengajukan usul ide, bukan? Saya tahu para pelaku event ini sudah tentu memikirkan matang-matang sebelum mengambil keputusan. Apalagi ini berkenaan dengan apa yang tertulis di media blog, tentu harus mengangkat tema yang bagus dan memberikan nilai bagi para pembacanya.
Back to the topic…
Bicara soal komunitas, saya adalah salah satu perempuan yang besar karena keberadaannya. Tentu saja sebagai makhluk sosial saya membutuhkan asupan semangat untuk terus berjalan menjalani kehidupan yang tidak semulus jalan tol. Masukan dan nasehat dari anggota-anggota dalam sebuah komunitas menjadikan saya tumbuh kuat meskipun air mata tidak pernah absen untuk ikut menjadi saksi perjalanan setiap masalah yang ada di depan mata.
Dalam kesempatan ini, saya tidak akan menyebutkan nama atau bahkan inisial dari sebuah komunitas yang dalam pengamatan saya selama ini baik dan bagus. Justru akan mengatakan dengan kacamata saya sendiri idealnya sebuah komunitas yang selama ini bisa memberikan nilai dan manfaat positif. Memang sebuah komunitas tak ada yang sempurna. Pasti ada cela dan juga masalah yang menimpa, sama juga manusia. Bedanya, komunitas dimiliki oleh beberapa kepala berisi ide dan solusi sehingga masalah dapat teratasi.
Komunitas yang ideal menurut pengamatan saya adalah komunitas, baik itu komunitas menulis, komunitas blogger hingga komunitas sesama profesi dan hobi, yang:
- Tak sekedar beranggota banyak tetapi justru banyak kegiatan yang menginspirasi sekaligus memotivasi. Apa artinya memamerkan anggota berjumlah ratusan hingga ribuan tetapi tak memberi nilai lebih? Nilai lebih yang tak hanya untuk diri sendiri tetapi orang lain di luar komunitas. Dan tidak sedikit komunitas yang saya temui justru hanya menguntungkan anggota leluhur komunitas dibandingkan anggota baru. Tidak hanya itu, ada juga yang meng-ekslusif-kan diri karena merasa komunitas populer, dikenal seantero jagad raya tanpa melihat prestasi yang telah ditorehkan itu sudah bermanfaat secara berkesinambungan atau hanya sesaat saja.
- Memahami kondisi setiap anggota. Sebuah komunitas akan lebih solid jika saling memahami satu sama lain. Anggota lama atau mungkin jajaran pendiri tidak selalu nyaman pada posisinya. Sekali-kali tidak ada salahnya jika ikut melebur dengan anggota baru dan mencoba merasakan apa yang sedang dialami atau mungkin ide-ide brilian yang masih mengendap. Tak sedikit ada anggota baru yang merasa segan, takut dan mungkin saja malu menyampaikan aspirasi karena takut disangka “ancaman” komunitas.
- Transparan. Komunitas layaknya sebuah organisasi formal yang berada di lembaga-lembaga formal. Butuh transparansi terhadap semua hal yang berada dalam komunitas. Tidak merahasiakan hal-hal sensitif seperti keuangan komunitas (jika memakai iuran yang dibebankan kepada bendahara). Dari persoalan seperti ini bisa memicu keraguan bahkan kecurigaan sehingga nama baik komunitas menjadi taruhan, meskipun mungkin hanya karena “oknum”.
- Saling menyemangati dalam perbaikan dan kebaikan. Hal ini penting sebagai wujud menjalin persaudaraan yang kuat. Jika sudah kuat tentu komunitas akan tetap bertahan dalam waktu yang lama atau mungkin selamanya.
- Berbagi informasi satu sama lain. Penting bagi setiap anggota yang boleh jadi tak punya waktu untuk mencari tahu karena kesibukan. Bentuknya juga bisa beragam. Ada blog, twitter, facebook, email, ponsel, dan beberapa media komunikasi lainnya.
- Memperlakukan anggota komunitas dengan “wajar”. Pengalaman memasuki beberapa komunitas, Tidak sedikit persoalan mengenai memperlakukan anggota dengan “wajar” menjadi hal yang dikesampingkan. Apalagi jika ada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Biasanya hal tersebut dilakukan para pendahulu dengan yang baru bergabung. Beragam jenis cara mengemasnya sehingga tampak halus demi sebuah tujuan yang tidak jarang merembes kepada masalah kapitalisme, tetapi jika kembali berpikir sebagai manusia yang berakal, tentu cepat tanggap dalam menghadapi hal tersebut. Lantas, bagaimana jika orang tersebut terlalu lugu dalam dunia komunitas? Apalagi jika komunitas tersebut adalah komunitas maya…
- Menghargai prestasi anggota komunitas, sekecil apapun itu. Hal ini akan menumbuhkan semangat untuk terus berkarya dengan lebih baik ke depan.
Hmmm… sebenarnya masih banyak yang bisa saya tuliskan. Tetapi mengingat bahwa saya juga bukan manusia yang sempurna, tentu harus menjadi lebih baik dulu sebelum berharap yang jauh lebih baik pada sebuah komunitas. Bahkan sering saya bertanya pada diri sendiri, apa yang telah saya berikan pada komunitas yang saya bergabung di dalamnya, dimana saya meraup semua ilmu dan pengetahuan serta persaudaraan di sana.
Well… komunitas apapun itu, keutuhan akan menjadi sesuatu yang harus dipertahankan bersama…
3 Responses
dan satu lagi komunitas juga harus bertahan dengan segala kesederhanaan. sama seperti saya dan teman-teman blogger sumut. selain menjadi keluarga bagi saya, banyak hal yang dapat saya pelajari dari anggota2nya. orang hebat semua 😀
@Zikri Fd,
semoga kompak selalu dan saling mengisi satu sama lain…
Ini ditempatku juga sudah mulai meredup alias pesimis,, Komitmen mulai hilang,, (sedih)