Ketika Puasa Syawal menjadi Awal Refleksi Ramadan – Masih ada waktu beberapa hari lagi untuk menuntaskan puasa Sunnah setelah Ramadan yang dikenal dengan Puasa Syawal. Halal bihalal yang kerap menjadi alasan untuk menunda puasa harusnya tidak kemudian membuat kita terlena. Karena kesempatan tidak datang sesuai dengan keinginan kita.
Saya sendiri masih memiliki kewajiban puasa Sunnah Syawal ini beberapa hari lagi. Disibukkan dengan berbagai kegiatan seperti ada teman yang datang dari Jakarta dan meminta untuk ditemani berkeliling Surabaya, otomatis membuat saya harus sejenak tidak berpuasa. Alasannya sederhana, memuliakan tamu saya yang sudah datang dari jauh. Kendala lainnya adalah memang pulang dari kampung halaman setelah lebaran kemarin terbilang lama. Karena suami memanfaatkan waktu liburnya yang jarang sekali untuk istirahat sambil bersilaturahim dengan keluarga besarnya. Dan itu membuat saya harus menahan puasa dulu untuk menghormati keluarga yang silih berganti datang ke rumah. Hingga alasan tak bisa sholat dan puasa pun karena tamu bulanan menjadi halangan untuk melanjutkan puasa sunnah beberapa hari terakhir ini.
Namun, bukan berarti bahwa taka da semangat untuk melakukannya. Insya Allah akan segera menuntaskan hari yang tersisa. Karena semangat ini datang dari hikmah ketika melaksanakannya.
Refleksi Ramadan dari Segi Kesehatan
Puasa Syawal menjadi sebuah cerminan hasil gemblengan Ramadan kemarin. Setuju atau tidak? Bagi saya, yes. Karena selain melatih organ pencernaan untuk tidak kaget dalam melakukan tugasnya yang sempat istirahat selama sebulan dengan asupan makanan pada jam tertentu, tentunya akan sangat baik bagi kesehatan.
Betapa bisa dibayangkan ketika perut yang sudah terbiasa kosong pada jam-jam tertentu, tiba-tiba harus bekerja keras lagi karena waktu makan sudah kembali seperti biasanya. Bahkan terkadang kita lupa mengatur sehingga seolah “balas dendam” dengan memasukkan semua makanan karena Ramadan telah lewat.
Puasa Syawal menjadi refleksi agar kita tetap memperhatikan pola makan kita yang meskipun sudah bebas makan apa saja. Sebagaimana yang dituliskan dalam artikel Manfaat Puasa Ramadan bagi Kesehatan bahwa puasa memberikan efek positif bagi tubuh. Bahkan bisa menjadi salah satu jalan untuk proses penyembuhan sebuah penyakit.
Bukti Cinta pada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
Saya yang mengaku merindukan Rasulullah akan sangat aneh ketika sunnahnya tidak saya lakukan. Padahal bukan hal berat bagi saya pribadi. Kelak di hari akhir, Rasulullah datang untuk memberikan syafa’atnya kepada ummat yang mengaku merindunya dengan melakukan berbagai sunnahnya. Rasulullah sendiri sudah menganggap kita sebagai saudaranya padahal beliau sendiri tidak pernah bertemu kita sedikitpun, hanya karena kita sebagai ummatnya mau melaksanakan sunnahnya dimana kita sendiri pun belum pernah bersua. Kita hanya bisa membayangkan bagaimana mulianya manusia ciptaan Allah ini sehingga setiap amalannya yang kita lakukan ikut bernilai pahala di sisiNya.
Nah hikmah puasa Syawal ini menjadi salah satu jalan untuk membuktikan eksistensi sebagai ummatnya. Toh, puasa hanya 6 hari dan itupun bisa dilakukan tanpa harus berturut-turut. Banyak kelonggaran untuk waktu melaksanakannya, asalkan tetap di bulan Syawal.
Kontrol Diri
Hikmah yang paling saya rasakan sendiri dengan puasa Syawal adalah pengendalian diri. Sebagaimana sudah saya gambarkan dalam sebelumnya bahwa puasa Syawal menjadi awal yang baik untuk mengatur kesehatan diri. Di samping itu, kita bisa terkontrol dari hawa nafsu untuk mengkonsumsi semua makanan tanpa jeda. Dengan puasa Syawal, kita kembali melatih diri agar tak kelewat batas menjalani hari pasca Ramadan, terlebih urusan perut.
***
Well, terima kasih untuk Mbak Muthia untuk pencerahan mengenai puasa dari segi kesehatan. Insya Allah resolusi pasca Ramadan tahun ini akan lebih banyak mengamalkan puasa sunnah. Bismillah…