Berita kematian Ustadz Jefri a.k.a Uje masih terus membahana di layar kaca. Bahkan setiap media masih terus mengangkat berita kepergian da’i muda nan bersahabat itu. Seluruh siaran berita menjadikan Uje sebagai salah satu hal penting untuk diangkat, infotainment sekali pun yang notabene hanya menceritakan selebriti juga ikut mengangkat kematian Uje.
Innalillahi wainna ‘ilaihi roji’un… Uje meninggalkan seorang istri dan empat orang anak yang masih terbilang kecil. Masih sangat singkat kebersamaa istri dan anak-anak bersama Uje. Tetapi kembali lagi bahwa Uje milik Allah begitu juga dengan kita, makhluk ciptaan-Nya. Tak pernah ada yang bisa menghalangi-Nya.
credit
Melihat istri Uje, saya sendiri seperti disentak oleh tanya: Siapkah saya ditinggal suami jika kelak anak-anak masih kecil seperti itu? Apakah saya mampu bangkit seperti istri Uje yang kemudian menyadari bahwa suami hanya titipan? Apakah saya mampu berdiri tegak dan melanjutkan kehidupan ketika suami tak ada lagi di sisi? Apakah saya sudah cukup baik menjadi seorang istri untuk suami saya? Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian membuat saya diam dua hari ini. Mata terus mengamati berita tentang Uje. Sesekali saya mengarahkan pandangan kepada suami saya tanpa disadarinya.
Tentu jawabannya, siap tidak siap, yang namanya mati itu pasti. Kita hanya mengantri. Terus memperbaiki diri dan menanti. Boleh jadi setelah ini.
Kebaikan Uje begitu didengung-dengungkan. Tak hanya keluarga tetapi seluruh elemen masyarakat. Tak ada yang mengatakan Uje jahat atau buruk perangainya. Keburukannya di masa lalu yang sempat terjatuh di dunia gelap seolah sirna dengan taubat nasuha. Diperlihatkan dari perubahan sikap yang begitu drastis. Apalagi sosok beliau sangat merindukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dibuktikan dengan beragam shalawat diucapkannya selalu bahkan menurut saudaranya, Ustadz Azwan, bahwa Uje merangkai shalawat karena saking cintanya kepada Baginda Rasul.
Yaa Allah, siapakah gerangan Muhammad ini sehingga hatiku benar-benar rindu ingin bertemu dengannya? (perkataan Uje yang dikenang oleh istri)
Belum lagi sikap ikhlas istri Uje, Pipik Dian Irawati, sudah begitu ikhlas menerima kepergian sang suami yang dibanggakannya.
Allah sudah ingin mengambil hak-Nya. Saya tidak boleh marah. Justru saya berjanji akan membesarkan anak-anak agar kelak Abi bangga pada mereka.
Untuk yang sudah menshalatkan dan mendoakan suami saya, saya ucapkan banyak terima kasih.
Lebih kurang seperti itu ucapan sang istri. Kepedihan berangsur-angsur berubah menjadi bahagia dan bangga akan sosok Uje. Meskipun diyakini hati tetap merasakan kehilangan.
Sungguh Uje makhluk mulia…
Catatan buat diri saya:
Kebaikan seseorang akan dikenang sepanjang masa. Terlebih jika kelak kemudian kita meninggal dunia. Kebaikan itu yang menjadi hal yang terus diucapkan orang-orang.
Mendidik istri-anak menjadi lebih baik dan memahamkan bahwa kehidupan ini tempatnya untuk beramal, memperbanyak bekal karena kelak kita akan dipanggil kembali sesuai kehendak-Nya.
Siapa pun yang meninggal dunia, tak akan terlepas dengan kenangan bagi orang-orang yang ditinggalkannya.
Sudah siapkah kenangan baik terukir setelah ajal tiba? Yakinkah akan banyak yang menshalatkan bahkan selalu mendoakan ketika kita sudah