Dalam ruang yang penuh asa dan cita, selalu terngiang suara riuh ramainya ketika kelak engkau hadir menemani setumpuk cinta yang telah kami tanam sejak April 2012 lalu.
Membayangkanmu menemani hari-hari kami sungguh bagaikan menantikan kebahagiaan yang tidak pernah bisa digantikan dengan nominal uang ataupun harta lainnya.
Kepadamu calon pelipur lara…
Jika saja benar engkau hadir kelak, maafkan kekurangan yang dimiliki kami, abah dan ummi… tetapi tenang saja sebab dirimu tak akan kekurangan cinta dan kasih sayang kami.
Betapa bahagianya melihatmu tersenyum dengan tertawa di sepanjang hidupmu… mengukir asa dan cita yang kelak menjadi jalan hidupmu.
Kepadamu calon buah cinta kami…
Hadirmu sangat kami rindukan meski belum lama kami mengikat janji setia… sebab keberadaanmu akan semakin menjadikan kami dua insan yang paling berbahagia di dunia ini…
Sangat berharap sang Pencipta memberikan “percaya” akan hadirmu di tengah-tengah kami… mengubah atmosfer rumah ini menjadi semakin semangat untuk tetap hidup bersamamu…
Wahai calon anakku…
Abah… ummi… ingin menceritakan padamu beberapa hal tentang hidup dan hakikat hidup sebenarnya…
Bercerita bersama… bertukar pikiran dan berbagi apa saja agar jalinan kasih tetap menjadi hangat akan rasa saling membutuhkan satu sama lain…
Anakku…
Mungkin matamu belum mampu melihat apa yang terjadi di luar sana…
Ada banyak yang ingin mendapatkan pelipur lara sepertimu bahkan berusaha dengan segala cara agar sosok sepertimu hadir menghiasi mahligai rumah tangga mereka… meski terkadang dengan menggunakan cara yang tidak seharusnya…
Anakku…
Banyak sekali sosok sepertimu yang justru terlahir sia-sia… dibuang oleh sang ibu, dibunuh dengan cara yang tidak manusiawi bahkan tega memperjualbelikan hanya untuk nominal rupiah…
Tetapi, kamu tenang saja… Abah dan Ummi tidak akan menjadi orang tua seperti itu…
Bersyukurlah, nak… karena calon orang tuamu ini terlahir dengan segala cobaan hidup yang menimpa dan semuanya mampu dilewati… dan hadirmu yang akan menjadi bahan bakar semangat kami untuk tetap memberi yang terbaik…
Anakku…
Izinkan Ummi memeluk hati dan ragamu erat sebagai pertanda bahwa benar-benar hadirmu bagaikan cahaya penerang dalam hidup ummi…
Biarkan Abah mengajarimu sedikit demi sedikit tentang makna hadirmu dalam kehidupannya, kehidupan kami, kehidupan kita…
Anakku…
Kelak jika wujudmu benar hadir dalam pelukanku, jangan pernah tinggalkan kecewa dalam hatimu kepadaku… ungkapkanlah apa yang dirimu inginkan, jika itu kebaikan bagimu dan kebaikan semua orang di sekelilingmu, insya Allah akan kuberikan…
Jangan pernah lari ketika tak suka, tetapi bicaralah…
Jangan pernah benci ketika marah, tetapi diamlah…
Jangan pernah memendam ketika berkeinginan, tetapi utarakanlah…
Kita akan bercerita, memasak bersama, belanja berdua, menulis kisah hidup bersama-sama, membantu Abah di taman hingga kelak kamu dewasa…
Wahai calon anakku, anak kami…
Ku yakin kelak engkau hadir di saat yang tepat… saat sang Pencipta benar-benar berkata “ya” dalam takdir kami…
Disini… kami menantimu dengan suka cita, cinta dan bahagia…
*di sebuah malam ketika aku benar-benar menginginkan hadirmu, nak…
**Tulisan ini didedikasikan untuk Baby Fatimah, #FFF Cincin Emas dan Persaudaraan Blogger Nusantara