Jika saya ditanya pernah merasakan posisi di bawah (baca: sedang mengalami kesulitan) atau di atas (baca: senang dengan semua yang diraih) atau tidak, maka pastilah jawaban saya adalah tentu pernah bahkan saat ini sedang mengalami sebuah pasang surut kehidupan perekonomian keluarga.

Saya yang memulai pernikahan dari 0 (bahkan sepertinya minus), saat ini masih sangat bersyukur karena masih banyak hal yang bisa saya lakukan. Saya masih bisa pegang ponsel, laptop dan alat elektronik lainnya yang terbilang mewah bagi sebagian orang di luar sana. Bahkan saya masih bisa sejenak melipir ke warung makan yang menengah ke atas untuk sekadar menikmati hasil jerih payah berjualan di online shop. Dan semuanya harus saya syukuri walapun masih berdiam di rumah kontrakan yang sebagian orang tidak percaya.

Karena Semua Sudah Diatur dengan Baik 1

Berada dalam kondisi yang terpuruk membuat kami banyak belajar dan bersyukur. Ya, saat itu untuk makan saja, saya dan suami harus menghitung satu demi satu koin lima ratus perak agar bisa jadi nasi bungkus dengan lauk yang cukup untuk kami makan berdua. Dari situ kami belajar bagaimana menghargai uang koin agar tidak santai begitu saja saat melihatnya tergeletak di lantai. Pasti kami amankan atau memasukkannya ke dalam kotak penyimpanan. Bahkan saat ini, uang koin menjadi kebiasaan kami menyisihkannya untuk beberapa pengamen yang setiap hari pasti mampir di depan rumah kontrakan kami.

Alhamdulillah saat ini, kami sudah bisa menabung sedikti demi sedikit untuk keperluan si kecil. Saya pun bersyukur mampu menyisihkan uang belanja dari suami dan keuntungan jualan baju anak dan rok celana untuk melengkapi kebutuhan belajar si kecil yang sudah mulai kritis. Bahkan saya pun masih bisa keluar rumah untuk sekadar me time saat menghadiri event yang mengundang blogger sebagai media buzzering informasi hingga mengikuti seminar-seminar parenting yang menjadi bekal saya mendidik si kecil di rumah. Jika ingat masa awal pernikahan 2012 dahulu, benar-benar tidak bisa berhenti untuk mengucap banyak hamdalah, meskipun kami masih hidup bertiga di kontrakan.

Apa yang menjadikan saya dan suami tetap bisa bertahan, sementara saya bisa saja pergi meninggalkan rumah dengan alasan mencari pekerjaan? Jawabannya hanya satu: Allah sudah mengatur semuanya seperti ini dan pasti ini yang terbaik buat saya dan keluarga.

Sekeras apapun saya bekerja di luar sana, jika Allah menakdirkan saya dengan kehidupan yang sederhana saja, siapa pun tidak akan mampu mengubahnya. Akan tetapi bukan berarti saya tidak berusaha lho ya. Saya membantu administrasi bisnis suami di bidang percetakan, ikut berjualan online bahkan mengasuh si kecil sendiri, adalah bentuk ikhtiar saya dalam menjalani kehidupan yang Allah berikan. Hasilnya? Itu haknya Allah. Soal banyak uang atau tidak, terletak dari cukup atau tidaknya kita selama ini, bukan? Karena ada saja orang yang secara kasat mata berlimpah harta benda, namun selalu merasa gelisah bahkan tidak cukup.

Terkadang memang sulit jika menyuarakan hal seperti ini, karena khawatir malah dianggap kurang bersyukur karena membandingkan diri dengan orang lain. Padahal sejatinya, sejenak ingin mengajak siapa saja teman-teman saya untuk lebih banyak bersyukur akan hidup kita. Karena jika hanya dunia emata-mata yang hendak dikejar, yakin saja tidak akan ada kata puas.

Tenar, kaya, banyak idola, sejatinya itu bentuk kepercayaan Allah pada kita untuk dikelola dengan baik. Jika sebaliknya, maka khawatirlah pada kenikmatan yang disegerakan di dunia. Hidup hanya sepersekian dari lamanya kita nanti di akhirat. Jika dunia saja sudah menyibukkan diri, maka bagaimana nanti sibuknya kita menanti amal datang membantu kita kelak.

Semua sudah diatur dengan baik oleh Allah. Saat ini memang dalam pandangan orang, kita hanya manusia biasa yang tak memiliki apa yang sudah dimiliki oleh orang lain. Saya hanya selalu tanamkan dalam diri, bahwa semua yang diberikan Allah, sekecil apapun akan diperhitungkan. Maka amanah, syukur dan berharap dijauhkan dari penyakit hati bisa menjadi obatnya.

Tulisan ini jadi penguat saya kembali untuk tetap berprasangka baik dengan pemberian Allah sampai saat ini…

Facebook
Twitter

Related Posts

One Response

  1. Terima kasih mbak mengingatkan kembali pentingnya bersyukur dalam segala kondisi lewat tulisan ini. Kadang sebagai manusia lupa bahwa semua sudah ada takarannya masing2.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *