Kapurung dan Manfaat Sagu sebagai Sumber Pangan dari Hutan – Judul ini lahir setelah saya mencoba mengingat kembali aktivitas saya saat masih berstatus mahasiswa magister di salah satu perguruan tinggi di kota kelahiran. Dan memang salah satu olahan hasil hutan yang favourite di lidah saya adalah Kapurung, berbahan dasar sagu yang sudah dikenal sebagai pangan dari hutan.
Namun, sejak tinggal di Surabaya, untuk menikmati sepiring Kapurung, harus membuatnya sendiri atau minta tolong teman sesama dari Sulawesi untuk dibuatkan. Soalnya depot yang jualan Kapurung pas di lidah sudah tutup dan belum tahu pindahnya kemana.
Jangan Bilang Suka Sagu Kalau Belum Coba Kapurung!
Kalau melihat definisi dari KBBI:
Kapurung makanan sup khas masyarakat Palopo dan sekitarnya, dibuat dari tepung sagu, dibentuk bulat-bulat, kemudian dicampur dengan sayuran dan ikan.
Nah, penampakan Kapurung bisa dilihat pada foto berikut ini:
Bagaimana rasanya? Pastinya saya mengatakan enak karena kuahnya segar. Bukan hanya karena saya berasal dari Indonesia Timur, (Kabupaten Maros – Sulawesi Selatan) yang jaraknya sekitar 330Km menuju lokasi asal Kapurung jika ditempuh dengan menggunakan mobil, tetapi memang bahan-bahan pendukung sehingga terbentuk makanan ini pun punya nilai gizi tinggi, yaitu sayuran dan ikan.
Cara Membuat Kapurung
Sayur-mayur yang direbus, yaitu jantung pisang yang sudah dicacah dan bayam, kangkung, pakis, kacang panjang, terong bakar yang ditumbuk, daun kacang.
Dalam wadah panci lainnya, ikan segar (bisa pilih cakalang, ekor kuning, ikan batu, atau lainnya) direbus dengan kunyit halus, bawang merah yang sudah diiris tipis, sereh, asam mangga, dan garam. Setelah matang, daun kemangi dimasukkan dalam jumlah banyak.
Nah, sebagai bahan utamanya yaitu Sagu, bahan ini direndam kemudian memasukkan air panas. Aduk dengan dayung kayu hingga warnanya bening, seperti mengaduk adonan dodol. Lalu siapkan alat berupa sumpit kayu atau sendok kayu untuk menjadikan adonan sagu tadi menyerupai gulungan-gulungan kecil lalu dimasukkan pada kuah ikan asam yang sudah dibuat sebelumnya.
Jika sudah selesai, Kapurung sudah siap dihidangkan!
Mengapa Harus Mengkonsumsi Kapurung?
Karena terbuat dari bahan karbohidrat tinggi, bisa dijadikan pengganti nasi yang merupakan sumber karbohidrat. Bahkan karena seringnya mengkonsumsi cocok untuk yang punya masalah lambung seperti maag.
Selain itu, Kapurung dibuat dengan tambahan sayuran dan ikan yang pastinya punya nilai gizi tinggi seperti vitamin, mineral dan tentunya protein yang dibutuhkan oleh tubuh.
Apakah hanya Kapurung saja yang menjadi makanan enak dari sagu sebagai hasil hutan terbaik Indonesia? Tentunya tidak! Sebab, banyak sekali makanan yang bisa dibuat dengan bahan dasar tepung sagu, antara lain: Bubur Mutiara, Bagea, Onde-Onde Sagu dan masih banyak lagi.
Sagu, Sumber Pangan dari Hutan yang Berlimpah
Secara umum Sagu, Metroxylon sago Rottb., digunakan sebagai sumber bahan pangan dan bahan industri sejak tahun 1970-an. Sagu merupakan tanaman asli Indonesia. Pusat asal sagu diyakini berada di sekitar Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Di tempat tersebut dijumpai keragaman plasma nutfah sagu yang paling tinggi.
Klasifikasi Ilmiah Sagu
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Genus: Metroxylon
Spesies: M. Sagu
Dibandingkan dengan tanaman penghasil karbohidrat lain, keunggulan utama sagu adalah produktivitasnya tinggi alias berlimpah. Produksi sagu yang dikelola dengan baik dapat mencapai 25 ton pati kering/ha/tahun. Produktivitas ini setara dengan tebu, namun lebih tinggi dibandingkan dengan ubi kayu dan kentang dengan produktivitas pati kering 10-15 ton/ha/tahun.
Sagu merupakan tanaman tahunan. Dengan sekali tanam, sagu akan tetap berproduksi secara berkelanjutan selama puluhan tahun. Namun, untuk panen pertama paling tidak harus menunggu 8 tahun. Masa tidak produktif ini dapat dikurangi dengan menggunakan bibit anakan berukuran besar.
Sagu tumbuh baik pada lahan marginal seperti gambut, rawa, payau atau lahan tergenang di mana tanaman lain tidak mampu tumbuh. Panen sagu relatif mudah, yakni pohon ditebang, batang dipotong-potong kemudian dihanyutkan ke pabrik pengolahan. Hanya saja batang sagu cukup berat, rata-rata 1 ton, sehingga menjadi kendala dalam pengangkutannya ke tempat pengolahan. Selain itu, lokasi tegakan alami (hutan) sagu umumnya terpencil dan terdapat pada lahan basah sehingga sulit dijangkau.
Tepung sagu kaya dengan karbohidrat (pati). Kandungan tinggi pati pun terdapat dalam batang. 100 gram sagu kering setara dengan 355 kalori. Di dalamnya rata-rata terkandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10 mg kalsium, 1,2 mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam askorbat dalam jumlah sangat kecil.
Tak Hanya Tepung, Ampas Sagu Bisa Jadi Pakan Ternak Unggas
Saya masih ingat betul bagaimana bahagianya saya ketika proposal tesis saya diterima. Ya, tesis saya mengangkat permasalahan mengatasi limbah ampas sagu untuk produk yang lebih bermamfaat, tak hanya untuk warga sekitar tetapi juga lebih luas untuk Indonesia.
Berdasarkan kandungan pati yang melimpah pada sagu, maka dicoba untuk menggunakan tepung sagu sebagai media pembuatan senyawa prebiotik yang difermentasi oleh Lactobacillus casei. Hal ini didasarkan pada kandungan pati yang dimiliki tepung sagu dapat menghasilkan enzim amilase yang akan bekerja dalam tubuh ternak ayam.
Pengolahan tanaman sagu menjadi tepung sagu tentu saja menghasilkan limbah industri. Limbah inilah yang dinamakan dengan ampas sagu. Sebenarnya ampas pengolahan sagu (biasa dikenal repu) umumnya dijadikan sebagai pakan ternak. Tapi karena produksi pengolahan sagu sudah demikian tinggi ampas pengolahan sagu ini menjadi menggunung. Berbagai riset yang menyatakan bahwa ampas pengolahan sagu dapat dicampur sampai sebesar 25% untuk pakan unggas.
Oleh karena itu, pemanfaatan ampas sagu bisa dijadikan makanan ternak unggas, maka kemudian difikirkan untuk menggunakannya sebagai media pembuatan senyawa prebiotik, dimana dalam proses pembuatannya ditambahkan ion logam sebagai kofaktor enzim. Ini bertujuan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ternak khususnya ayam pedaging.
Selain itu, dulu juga diasumsikan bahwa kandungan ampas sagu masih terdapat pati untuk membuat senyawa prebiotik, meskipun komposisinya tidak akan sama banyak dengan tepung sagu akibat pengolahan.
Beruntung sekali karena ada bantuan laboratorium dengan bujet yang rendah memberikan kesempatan kepada saya saat itu untuk menghasilkan prebiotik dar ampas sagu sebagai bentuk solusi pengolahan limbah. Dengan begitu bisa mengurangi masyarakat sekitar yang juga pasti gelisah.
Hutan Sumber Pangan, WALHI Hadir Lestarikan Hutan
Mungkin sudah tidak asing lagi dengan WALHI, bukan? Ya, WALHI atau Wahana Lingkungan Hidup Indonesia adalah sebuah organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia yang didirikan oleh Erna Witoelar.
WALHI didirikan dengan tujuan utama adalah mengawasi pembangunan yang berjalan saat ini dengan mempromosikan solusi untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan serta menjunjung tinggi keadilan sosial masyarakat.
Sehingga wajar jika dikatakan bahwa WALHI telah mendorong berbagai upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia, sejak tahun 1980 hingga saat ini.
Nah, sejalan dengan itu tanaman sagu yang merupakan sumber pangan dari hutan bisa tetap dilestarikan keberadaannya tanpa harus menjadi masalah masyarakat karena limbahnya yang menumpuk. Ditambah lagi kekhawatiran masyarakat sekitar tentang pembangunan yang semakin terus digencarkan, khususnya di Indonesia Timur.
Peran WALHI menjadi penting untuk mengedukasi tak hanya masyarakat agar bisa menemukan cara membudidayakan tanaman sagu dengan baik dan hasil produksinya tetap optimal, tetapi juga mampu memberikan warning pada pengelola proyek industri di area sekitar yang dikhawatirkan memberikan dampak secara tidak langsung pada kualitas tanaman sagu akibat pengelolaan hutan yang sembarangan.
***
Well… pangan dari hutan yang menjadi kesukaan teman-teman apa nih? Sharing, yuk!
***
Referensi:
- Tesis S2 Rahmah
- Situs WALHI
- Wikipedia
- KBBI
2 Responses
Ragam olahan sagu ini justru aman banget ya buat penderita sakit maag. Dan karbohidratnya termasuk dari alam dan aman ya
Kapurung nyamanna tawwaa, masih sering makan ini kalo kumpul di rumah Tante di Jakarta, bahagiaa