jangan ada kusta di antara kita

Angin masih saja enggan bertiup lebih kencang. Udara pagi ternyata tak sesejuk beberapa waktu lalu hingga gerah selalu datang. Saya teringat perbincangan dengan salah satu saudara dari almarhum bapak yang bekerja di rumah sakit kusta di Makassar. Dan saya tiba-tiba penasaran dengan kondisi penyakit satu ini di Indonesia.

Pucuk dicinta ulam tiba, saya diinformasikan sesama teman blogger bahwa Ruang Publik KBR bekerjasama dengan NLR Indonesia melakukan diskusi publik mengenai upaya eliminasi kusta di negeri ini. Hal yang paling membuat saya termangu ketika mendengar pernyataan bahwa Kusta bisa berakhir dengan meningkatknya angka Disabilitas.

Lalu, ingatan saya terlempar jauh kembali ketika usia saya sudah cukup untuk menikah. Keluarga besar dari mama selalu meminta saya untuk memperkenalkan calon suami kepada mereka. Mereka tidak memandang perbedaan suku. Asalkan punya keyakinan sama dan sehat, mereka mengaku setuju.

“Siapapun laki-lakinya yang penting tidakji na kandala’!”

Maksudnya adalah saya harus memastikan calon suami saya tersebut tidak ada masalah dengan penyakit kandala’. Ini sebutan untuk penyakit kusta yang sejak kecil dibenamkan di benak saya bahwa ini penyakit yang mengerikan sekali.

Mengenal Lebih Dekat dengan Penyakit Kusta

Meluruskan pemahaman masyarakat mengenai kusta atau lepra ini, maka ada baiknya berkenalan dengan penyakit kusta agar tidak salah bicara soal kusta. Beruntung karena saya bisa ikut menyimak diskusi yang membahas soal “Potret Kusta di Indonesia” sehingga pikiran saya terbuka dan memahami lebih banyak mengenai kusta.

Penyakit kusta adalah salah satu penyakit infeksi kronis tetapi bisa disembuhkan. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae akan menyebabkan lesi kulit dan kerusakan saraf. Jika terlambat untuk mengobati, maka penderita kusta bisa mengalami kecacatan.

Kalau di kampung halaman saya menyebutnya dengan kandala’ dimana posisi jari-jari tangan sudah tidak utuh.
Gejalanya termasuk bercak-bercak berwarna terang atau kemerahan di kulit disertai dengan berkurangnya kemampuan merasa, mati rasa, dan lemas pada tangan dan kaki.
Kusta dapat disembuhkan dengan terapi sejumlah obat selama 6-12 bulan. Penanganan dini akan menghindarkan dari kecacatan.

Gejala Kusta yang Perlu Diketahui

Awalnya penyakit kusta ini memang terlihat biasa saja karena berupa bercak seperti panu yang tidak memiliki rasa apa-apa. Jadi, rasanya tidak sakit, gatal atau apa-apa.

Namun, penyakit yang tampak biasa saja ini memiliki gejala lanjutan yang bisa mengakibatkan tangan tidak sempurna jari-jarinya, wajah bopeng, mata jadi buta dan masih banyak lagi lainnya.

Bagaimana Mencegah Kusta?

Kemajuan teknologi pastinya tidak membuat kita menjadi malas untuk mencari informasi yang lebih banyak mengenai penyakit kusta ini. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan? Maka cara untuk mencegah kusta bisa dilakukan dengan:

  • Pastikan sejak bayi sudah menjalani Imunisasi BCG
  • Jangan tunda untuk berobat ke dokter/fasilitas kesehatan jika menemukan bercak sebagai gejala penyakit kusta.
  • Jangan enggan minum obat dan memeriksakan diri ke puskesmas secara teratur sesuai dengan petunjuk
  • Perhatikan prosedur pemberian obat sehingga sebagai pasien atau tenaga kesehatan yang menangani penyakit kusta ini harus bisa menjadi jalan pencegahan

Cara Mengobati Penyakit Kusta

Lalu, bagaimana jika sudah terlanjur terjadi? Apa yang harus benar-benar diperhatikan? Ya, jawabannya otomatis adalah pengobatan intensif yang perlu menjadi fokus perhatian.

Pasien yang sudah menderita penyakit ini harus minum obat MDT secara teratur. Untuk tipe penderita PB harus minum obat 6 blister MDT selama 6 bulan dengan teratur. Jika ada yang terlupa, segera konsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan yang menangani. Untuk tipe penderita MB harus minum obat 12 blister selama 12 bulan.

Jika sudah minum obat dengan teratur sesuai dengan kurun waktu di atas, maka pasien tersebut sudah tidak memungkinkan untuk menularkan penyakit ini.

Mitos Seputar Kusta yang Harus Dihilangkan dari Pola Pikir

Kusta adalah penyakit yang disebabkan bakteri. Bisa sembuh jika segera melakukan penanganan dan tidak tinggal diam. Banyak mitos yang berkembang dan itu harus dibuang jauh-jauh, seperti:

  • Kusta penyakit kutukan
  • Kusta akan selalu menularkan
  • Kusta bukan penyakit non medis
  • Kusta penyakit keturunan

Dan masih banyak lagi mitos yang berkembang di masyarakat. Bahkan saya sendiri sempat terdoktrin bahwa penderita kusta harus saya jauhi. Padahal support system yang baik di sekitar mereka menjadi jalannya untuk semangat sembuh.

Peran NLR Indonesia dengan Proyek SUKA dan DUKA

kusta

Dalam diskusi publik yang saya ikuti, KBR menghadirkan NLR sebagai lembagai NGO yang berdiri di Belanda sejak tahun 1967 untuk menanggulangi penyakit tropis yang  terabaikan dengan 3 cara pendekatan, yaitu:

  • Zero transmission (nihil penularan)
  • Zero disability (nihil disabilitas)
  • Zero exclusion (nihil eksklusi)

Kini, NLR Indonesia pun hadir untuk menjadikan penyakit kusta ini dengan berbagai cara bisa hilang dari Indonesia. Sejak tahun 1975, NLR Indonesia sudah bersinergi dengan pemerintah Indonesia dalam menjalankan tugasnya tersebut. Dan masuk tahun 2018, NLR kemudian hadir secara nasional untuk melakukan upaya yang lebih efektif dan efisien demi Indonesia bebas dari penyakit kusta.

kusta di indonesia

NLR mencanangkan Suara untuk Indonesia yang Bebas Kusta (SUKA) agar seluruh lini masyarakat benar-benar menyuarakan bahwa penderita kusta itu manusia juga. Perlu dirangkul untuk membuat mereka semangat sembuh. Untuk itu perlu juga yang namanya Dukungan untuk Indonesia yang Bebas Kusta (DUKA).

***

Well, apa pun itu, jangan pernah ada kusta di antara kita. Jangan pernah tinggal diam ketika sudah melihat gejalanya.

jangan ada kusta di antara kita

Referensi:

1. Gathering Media: Mengedukasi dan Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas
2. Ruang Publik Berita KBR: Melihat Potret Kusta di Indonesia
3. e-flyer Pengenalan Kusta oleh NLR Indonesia

Facebook
Twitter