Tetap Produktif Meski Ibu Rumah Tangga Jadi Profesi

ibu rumah tangga profesional dan produktif dari rumah

Tetap Produktif Meski Ibu Rumah Tangga Jadi Profesi memang sudah berjalan hampir 9 tahun. Keputusan untuk memilih stay at home diambil tidak pada saat melamun. Semuanya sudah dipikir dengan matang meski akhirnya mengecewakan beberapa orang, tanpa terkecuali ibu kandung sendiri. Namun, seperti itulah jalan hidup yang harud dilalui. Sekeras apa pun mencoba putar haluan, tetap saja ada yang namanya takdir diri.

Bergejolak Tanpa Teriak

Ibu mana yang bisa tenang dan menerima kondisi jika anak pertamanya yang sudah disekolahkan tinggi tetapi memilih tidak bekerja di kantoran? Ibu mana yang tidak bereaksi ketika anak yang diharapkan menjadi contoh adik-adiknya justru dianggap sebaliknya? Bahkan kenyataan berkata justru adik-adik yang jauh lebih sukses di mata orang-orang di luar sana. Yaa, meski sukses itu hanya dilihat dari aktivitas bekerja di luar rumah, seragam dan gaji setiap bulan.

Lalu, apa yang saya lakukan ketika itu? Diam dan Menangis.

Ya, diam tetapi air mata tidak terbendung. Saya tidak mampu mengungkapkan kalimat apa pun di bibir tetapi hati bertanya: “Apa salahnya tidak bekerja seperti orang lain? Saya sudah berusaha daftar ini daftar itu tetapi hasilnya tidak pernah mulus, apakah itu salah?”

Menangis di sini bukan karena lemah tetapi tidak bisa bereaksi marah atau mengeluarkan kata-kata tegas di depan orang-orang yang menganggap keliru jalan hidup saya. Bahkan untuk menatap mata mereka saja sudah tidak sanggup karena tidak ada pegangan yang bisa dijadikan tumpuan.

Diam dan menangis tetapi menjalani waktu yang terus berjalan dengan harapan ada suami dan anak-anak yang membutuhkan ketegaran, kesabaran dan kecerdasan yang ada.

Banyak Hal yang Bisa Saya Buktikan selama Jadi IRT

Mendidik Dua Anak Perempuan

Bisa mengandung, melahirkan dan mengasuh dua anak perempuan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan akan menerima amanah sebesar ini. Banyak di luar sana yang berupaya memiliki anak, sementara keluarga kecil saya dimudahkan. Apa yang saya banggakan dari kedua anak perempuan saya? Banyak.

Kemampuan berbahasa yang paling saya rasakan. Mendidik mereka dengan bahasa asing sangat mudah dengan kemampuan yang saya upayakan sebelum menjadi ibu mereka. Kecerdasan yang diturunkan kepada mereka berbuah hasil. Semuanya cepat tanggap dan memiliki kreativitas dan keunikan masing-masing. Bahkan si sulung sudah beberapa kali meraih juara di bidang bahasa dan sains tanpa harus mengikutkan mereka les atau tambahan belajar di luar rumah.

Menghasilkan Uang dari Menulis dan Fotografi

Sebelum menikah saya sudah terjun ke dunia blogging yang tentunya membutuhkan keterampilan menulis. Tidak hanya itu, hobi memotret yang sudah ada sejak kuliah ternyata bisa menjadi hobi yang mendatangkan banyak manfaat, tak sekadar uang. Teman sesama hobi bahkan kesempatan untuk mengenal berbagai orang-orang penting di bidang blogging dan fotografi pun berdatangan. Tidak banyak ibu rumah tangga yang bisa seperti ini, bukan?

Belum lagi alasan sudah tidak sanggup membuka laptop atau mengangkat kamera karena kesibukan menjadi ibu rumah tangga begitu tinggi. Meski di luar sana orang hanya melihat sekadar mengerjakan pekerjaan bersih-bersih rumah, memasak, mencuci, mengurus rumah, anak dan suami. Namun, tidak bagi saya. Menulis dan fotografi tetap bisa saya lakukan di tengah kesibukan IRT.

Intinya ada pada manajemen waktu dan kerja sama yang baik dengan support system. 

Mengurus Komunitas dengan Berbagai Event yang Ada

Siapa sangka jika saya juga menjadi admin di sebuah komunitas menulis dan fotografi? Bahkan ikut berbagai komunitas untuk belajar dan meng-upgrade skill dalam komunitas yang ada. Bahkan pernah sesekali diajak menjadi narasumber untuk sharing ilmu blogging idan fotografi. Semua tetap bisa dilakukan dari rumah meski lagi-lagi hanya sebagai ibu rumah tangga. Dan tidak semua yang IRT bisa demikian, bukan?

ibu rumah tangga profesional dan produktif dari rumah

Saya Ibu Rumah Tangga dan Saya Bangga

Finansial memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi keluarga kami karena belum sepenuhnya berada dalam kondisi bebas finansial. Namun, rasa syukur hadir karena dengan menjadi IRT saya bisa belajar untuk lebih peka dengan sekeliling. Saya jadi tahu bagaimana rasanya rumah tangga yang struggling untuk survive dengan karunia dunia anak yang masih membutuhkan biaya yang sangat besar. Andai saja saya masih sendiri dan fokus dengan mengejar impian karir orang tua belum tentu bahagia akan datang seperti hari ini.

Belum lagi ketika pandemi datang dan menyerang keluarga kami, sebagai ibu rumah tangga tentu tidak mungkin menyerah. Berusaha mencari cara agar bisa bertahan. Kemampuan yang ada akhirnya berguna. Ilmu dari bangku sekolah/kampus akhirnya terpakai. Dan masih saja dianggap sekolah tinggi tapi tidak bekerja, haha.

Saya memang lulusan S2 tetapi tidak pernah ragu bahwa kelak anak-anak akan sukses sesuai dengan passion mereka di masa depan. Bekal yang saya miliki menjadi modal besar untuk membentuk mereka. Jika saya bekerja, belum tentu bisa maksimal mendidik mereka karena berbagai alasan pasti akan ada-ada saja untuk melemahkan.

Banyak contoh kok perempuan dengan latar belakang pendidikan tinggi tetapi sukses mendidik anak-anak mereka, salah satunya Ibu Septi Peni Wulandani. Ketiga anaknya sukses dengan passion-nya masing-masing bahkan mereka menjadi tim kuat dalam hal parenting dan gamifikasi. Ada juga mantan artis cilik, Shafa Tasya Kamila, yang bersekolah di luar negeri dengan nilai memuaskan tetapi menjadi ibu rumah tangga. Bahkan pernah dia mengutarakan pertanyaan saat diwawancarai: “Apa salahnya seorang berpendidikan tinggi memilih menjadi Ibu Rumah Tangga?”

Ya, semua memang kembali pada prinsip hidup tanpa mengingkari takdir yang harus dijalani. Semua orang punya mimpi, tetapi tidak semua mimpi bisa terwujudkan nyata persis dengan harapan. Jika semua harus sesuai dengan mimpi dan keinginan kita, pahala dari kesabaran dan syukur tidak akan pernah manis dirasakan.

***

Well, jangan pernah merendahkan profesi apa pun di dunia ini. Banyak hal yang tidak bisa dilihat kasat mata sehingga berhenti menghakimi. Bukankah ibu rumah tangga juga manusia yang punya rasa dan cita-cita? Ya, meski tidak seperti cita-cita yang kalian anggap gemilang seperti di luar sana.

Mendidik anak bisa menjalani kehidupannya kelak merupakan sebuah tugas penting yang dimulai dari seorang ibu rumah tangga, bukan? Karena seperti itulah sejatinya ibu profesional yang diimpikan generasi bangsa kita ke depannya.

Facebook
Twitter

Related Posts

3 Responses

  1. Saluuut! Saya IRT dan Saya bangga.
    MasyaAllah mbaa, skill-mu itu buanyaaak jadi bisa produktif dari rumah. Anak-anak pasti bangga diasuh oleh lulusan S2. Berapa ituuu kalo hire baby sitter bergelar master.
    Semangat berkarya!

    1. Pengen peluk aku tuh
      Dirimu salah satunya yang menginspirasi saya
      Tetap bahagia walau di rumah saja

  2. Toss… Saya juga wanita kantoran yang memutuskan resign dan memilih berkarya di rumah bersama para bocah. Mindset “sekolah untuk kerja” harus mulai diubah. Sekolah untuk cari ilmu. Ilmu untuk menjadi bermanfaat. Menjadi bermanfaat dengan ilmu, dengan karya banyak jalannya. Dan Karya tidak harus dihasilkan dari kantor mentereng. Itu yang harus kita tanamkan ke anak2.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *