Para movie mania tentu sudah sangat mengenal film Saving General Yang. Sebuah film Mandarin yang menghadirkan aksi-aksi pertempuran dua klan. Hmmm… sebenarnya film Mandarin tidak begitu menarik perhatian saya, tetapi kasak-kusuk pengunjung bioskop menceritakan kehebatan film Mandarin. Penasaran?! Ya, saya menjadi penasaran hingga menjatuhkan pilihan untuk menyaksikan “kebenaran” akan kehebatan film Saving General Yang ini.
Judul: Saving General Yang
Sutradara : Ronny Yu
Produser : Raymond Wong
Penulis Naskah : Edmond Wong
Pemain : Ekin Cheng, Fan Xu, Raymond Lam, Chun Wu, Vic Chow, Adam Cheng, Chen Li, Bing Shao, Bryan Leung, Xin Bo Fu, Bo Yu, Ady An, Vivi Lee, Apple Wang
Genre: Action
Cerita Saving General Yang di mulai dengan perkara terbunuhnya putra Pan Bao (diperankan Bryan Leung) yang ingin menikahi Putri Chai (diperankan Ady An). Padahal Putri Chai sendiri merupakan kekasih dari putra keenam dari keluarga Jenderal Yang (diperankan Adam Cheng), Yang Liulang (diperankan Wu Chun). Pihak keluarga Pan Bao menuduh putra Jenderal Yang harus bertanggung jawab akan hal ini. Pan Bao meminta kedudukan tersebut ke Kaisar Song untuk menggantikan posisi Jenderal Perang yang selama ini diemban oleh Jenderal Yang. Seiring dengan permintaan tersebut, pasuka Khitan dikabarkan melakukan penyerangan. Tentu saja Kaisar Song mengabulkan permintaan Pan Bao dan memberikan perintah kepada Jenderal Yang untuk berada di lini depan pada saat penyerangan. Mau tidak mau, Jenderal Yang menyetujuinya.
Suasana haru biru tergambarkan dengan jelas saat Jenderal Yang akan bertugas. Kesedihan luar biasa menyelimuti istrinya, She Taijun (diperankan Xu Fan). Namun, sama sekali tak bisa menahan perintah kaisar. Mimpi buruk menghantui She Taijun dan memang benar bahwa suaminya ditinggalkan Pan Bao saat perang karena melihat pasukan Khitan yang dipimpin oleh Yelu Yuan (diperankan Shao Bing) terlalu banyak. Mundur tanpa pemberitahuan kepada Jenderal Yang meyakinkan bahwa pesaing licik (Pan Bao) tak pernah suka dengan Jenderal Yang sejak kematian puteranya. Jenderal Yang bersama pasukan beristirahat di Wolf Mountain untuk mengumpulkan tenaga dan kondisi Jenderal Yang sangat parah akibat panah beracun yang masih tertancap di punggungnya.
Mendengar bahwa suaminya bertarung tanpa bantuan Pan Bao, She Taijun meminta ijin kaisar untuk mengerahkan ketujuh putranya untuk membawa ayahnya pulang. Dengan rasa yang tak menentu, She Taijun menemui Guru Guigu untuk mempertanyakan keadaan perang yang dialami suami dan anaknya nanti. Sang guru tak bisa menjawab namun memberikan sebuah kertas yang bertuliskan “Seven will go, six return”. Dalam pemikiran saya setelah mengetahui tulisan itu berpikir bahwa salah satu dari putera sang Jenderal Yang akan mati. Namun, ternyata tidak demikian.
Putra ketujuh ditunjukkan dalam film sebagai putra yang pertama kali mati akibat diserang panah saat meminta bantuan ke Jenderal Pan Bao. Karena sakit hati dan dendam, Pan Bao tidak tergugah dan memerintahkan untuk membunuh dan membuang jasadnya ke sungai. Dengan kejadian tersebut, Jenderal Yang dalam kondisi sekarat bermimpi untuk memilih antara hidup atau mati dengan konsekuensi yang berat. Dan Yang memilih mati. Keenam anaknya yang menyaksikan hal tersebut merasa sedih. Putra keenam tetap ingin membawa pulang jasad ayahnya sebagai janjinya pada sang ibu. Tak ingin dicap sebagai anak yang durhaka maka kelima saudaranya menyetujui.
Namun, di saat proses membawa Jenderal Yang pulang, berbagai serangan dari pasukan Khitan di bawah pimpinan Yelu Yuan terus berdatangan. Putra pertama hingga putra kelima gugur dalam melawan serangan pasukan Khitan. Hanya satu putra yang bertahan, yaitu putra keenam dengan memegang janji pada ibunya untuk membawa pulang sang ayah. Namun, perjuangannya tersebut tidak mudah karena Yelu Yuan menyerangnya sampai titik darah penghabisan. Yelu Yuan bersikap demikian karena menaruh dendam pada keluarga Yang atas kematian ayahnya di medan perang. Bahkan ibu Yelu Yuan harus ikut meninggal dunia juga akibat menahan stress yang berkepanjangan. Sejak saat itu Yelu Yuan bersumpah akan membuat istri Yang menderita dengan membunuh Yang beserta ketujuh putranya.
***
Benar-benar film Saving General Yang ini full action dengan kondisi perang yang alot. Darah berceceran dimana-mana membuat fobia saya tertantang. Untung saja ada kesedihan dan pesan yang diberikan dalam film Severela General Yang ini. Berupa kepatuhan terhadap perintah kaisar dan orang tua, kesetiaan seorang istri dan juga anak-anak kepada kedua orang tuanya dan kerukunan antara satu saudara dengan saudara yang lainnya.
Terlepas dari tidak fokusnya sutradara (Ronny Yu) dalam memetakan karakter dari tiap putra Jenderal Yang, film Saving General Yang berhasil membuat penonton dalam gedung bioskop terpukau dengan acting masing-masing tokoh. Apalagi sempat memancing tawa penonton saat ditampilkan adegan saat putra Yang masih kecil dengan keriangan masing-masing.
Ingin menikmati keseruan yang lebih dan lebih, silakan saksikan sendiri Saving General Yang…!