Festival Karapan Sapi 2013 dalam Rangka Pelestarian Budaya Madura Anti Kekerasan telah berlangsung pada tanggal 30-31 Maret 2013 lalu. Sayang sekali karena waktu itu kondisi kesehatan kurang mendukung sehigga tidak bisa berkunjung dan menyaksikan secara langsung. Tetapi karena perkembangan ilmu teknologi, festival rakyat ini bisa saya saksikan dengan menyimak timeline dari twitter @plat_m yang dilengkapi dengan foto-foto terkini.
Sebelumnya, saya pernah menuliskan tentang Karapan Sapi di blog ini. Tepatnya dalam rangka ulang tahun Komunitas Blogger Madura a.k.a @plat_m. Namun, tema kali ini berbeda yaitu Pelestarian Budaya Madura Anti Kekerasan.
Karapan Sapi tentu saja sudah dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai festival budaya masyarakat daerah Madura, Jawa Timur. Keberadaan Karapan Sapi ini menjadi simbol kekayaan budaya Indonesia yang sudah seharusnya dilestarikan. Bukan hanya bagi masyarakat Madura sendiri, tulisan ini sebagai salah satu cara menyebarkan semangat dalam pelestarian budaya Madura satu ini.
Sedikit Penggalan Sejarah Karapan Sapi
Karapan Sapi sudah dilakukan dan dilestarikan turun-temurun di daerah Madura-Pamekasan sejak abad ke-14. Lahirnya Karapan Sapi ini dikaitkan dengan legenda seorang kyai bernama Kyai Pratanu yang memanfaatkan tradisi Karapan Sapi sebagai sarana untuk penyebaran agama Islam. Hal ini terlihat pada susunan sapi yang dibuat sejajar, yaitu kanan dan kiri, yang menandakan bahwa dalam hidup ini perlu kesesuaian antara dunia dan akhirat. Keduanya harus berjalan beriringan dan sebaiknya tidak ada yang dominan, sehingga kehidupan dapat berjalan mulus dan lurus.
Mengusung Tema Karapan Sapi 2013 Anti Kekerasan
Ada sedikit yang menggelitik yaitu pada kata “kekerasan”. Setelah membaca dan mendengar sumber-sumber yang ada, ternyata tema #KarapanSapi2013 Anti Kekerasan sengaja didengungkan untuk menepis argumen dan citra negatif terhadap Karapan Sapi. Sebab, menurut pengalaman Karapan Sapi yang diadakan beberapa tahun sebelumnya, festival ini mengandung unsur kekerasan dengan menyiksa sapi-sapi yang diikutkan lomba, baik dalam proses melatih sapi hingga pada saat waktu sapi-sapi tersebut berlomba. Kekerasan terhadap sapi juga beragam yang dilakukan oleh pemilik sapi-sapi tersebut.
Oleh karena itu, Karapan Sapi 2013, yang diprakarsai oleh @Plat_M dan didukung oleh @idbuzznetwork, @idblognetwork, Bank Jatim, Persatuan Karapan Sapi Bangkalan dan Segara FM, mengusung tema Anti Kekerasan. Hal ini juga menjadi jawaban dari protes Ulama Madura, yang tidak setuju adanya unsur kekerasan dalam Karapan Sapi. Sebab festival Karapan Sapi masih erat hubungannya dengan penyebaran agama Islam. Seperti yang sudah saya jelaskan dalam sejarah Karapan Sapi di atas.
Cara Perlombaan Karapan Sapi
Karapan Sapi ini dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Karapan Sapi Kecil dan Karapan Sapi Besar. Besar kecilnya sapi diukur berdasarkan tinggi badan sapi.
Hari Pertama: sapi-sapi yang ikut berlomba adalah sapi dengan ukuran kecil. Dilakukan dalam empat babak.
- Babak pertama: sapi yang ikut berlomba diadu berpasang-pasangan untuk menentukan kelompok menang dan kelompok kalah.
- Babak kedua: sapi yang masuk ke dalam kelompok menang dan kalah masing-masing diadu kembali. Tetapi, yang diadu hanya pasangan sapi yang berada pada urutan teratas saja. Jadi tidak semuanya.
- Babak ketiga: sapi yang masuk ke dalam kelompok menang (urutan 3 besar) dan kelompok kalah (3 besar) diadu kembali untuk menentukan Juara I, II dan III
- Babak keempat: sapi-sapi yang kalah pada babak ketiga diadu kembali untuk menentukan Juara I, II dan III
Hari Kedua: hari kedua ini perlombaan semakin meriah. Sapi-sapi yang dilombakan adalah kelompok sapi besar. Tata cara pelaksanaan lomba Karapan Sapi 2013 Anti Kekerasan ini sama dengan hari pertama. Dan juga sama dengan karapan sapi pada umumnya.
Harapan untuk Plat-M sebagai Komunitas Blogger Madura terhadap Pelestarian Budaya Madura Anti Kekerasan
Karapan Sapi sebagai salah satu simbol budaya Madura sudah selayaknya menjadi tanggung jawab Plat-M secara khusus, untuk melestarikan dan menjaga agar tidak lagi mengandung kekerasan. Dengan adanya Karapan Sapi 2013 tanpa kekerasan ini diharapkan menjadi salah satu langkah positif agar budaya tetap dijadikan sebagai alat pemersatu. Di samping itu, silaturahim antar sesama warga Madura bisa tetap terjalin untuk terus memupuk kekeluargaan.
Plat-M yang menjadi kumpulan blogger-blogger muda harus terus menyuarakan Karapan Sapi Anti Kekerasan. Perlu selalu mengingatkan kepada warga, baik dalam bentuk seminar desa atau aktivitas lainnya, tentang efek negatif dari kekerasan terhadap sapi. Apalagi sapi itu juga makhluk ciptaan-Nya jadi sangat tidak terhormat jika tidak diperlakukan dengan baik.
Para pemilik sapi juga dibuatkan semacam organisasi yang di dalamnya berisi pendidikan dan pelatihan merawat sapi. Tidak lagi menggunakan timah panas atau alat-alat berbahaya dan tajam untuk membuat sapi kesakitan hingga membuat kecepatn larinya menjadi tinggi. Efek sampingnya justru berbahaya pada kesehatan dan psikis sapi.
Terus mendukung Festival Karapan Sapi Anti Kekerasan. Semoga tetap lestari dan tetap menjadi kebanggaan Madura.