Dipertemukan karena ngeBLOG

Perjalanan jodoh setiap orang memang berbeda. Begitupun dengan saya. Ternyata mencari jodoh tak semudah mengerjakan soal-soal Matematika dan Kimia. Penuh lika-liku bahkan dihiasi dengan air mata, kecewa, bahkan pengharapan yang akhirnya kandas (alias PHP… Pemberi Harapan Palsu).

Sejak duduk di bangku SMA kelas I, saya sendiri sudah merencanakan bahwa di usia 26 tahun, saya sudah memiliki 1 anak. Lucu yah, langsung memikirkan anak padahal menikah saja belum. Saya mendahului kehendakNya dengan mengatur perencanaan yang “terlalu jauh” ke depan. Hal itu saya lakukan karena yakin bahwa di usia 25 tahun sudah ada yang melamar. *ke-PEDE-an* 😀

Waktu terus berlalu dan akhirnya saya diberikan kesempatan berkenalan dengan dunia maya melalui blog. Keseriusan saya dengan aktivitas ngeBLOG membawa saya pada perkenalan dengan “mastah blog”. Tak hanya sampai di situ. Saya akhirnya diberikan kesempatan sebagai wakil blogger Kalimantan Tengah untuk menghadiri sebuah Kopdar Akbar Blogger Nusantara ( Oktober 2011).

Di event itulah saya diperlihatkan sosok pria yang begitu “lucu, tenang dan bertanggung jawab”. Lucu karena kamera saya menangkap posisi beliau tidur. Kok bisa? Ya bisa. Soalnya di event tersebut peserta dan panitia tinggal dalam satu camp yang sama. Tenang karena tak pernah melihatnya begitu hiperaktif dengan sesama panitia ataupun peserta. Dan bertanggung jawab karena pada saat acara tumpeng (ucapan rasa syukur panitia dan dihadiri oleh peserta event yang sudah lebih dulu tiba di camp, termasuk saya) dilakukan, beliau tak ada karena menjaga pemasangan banner acara di lokasi seminar akbar akan berlangsung.

Namun, percaya tidak percaya, sampai acara berakhir, berkenalan dengan beliau tidak saya lakukan. Sebab saya sendiri belum merasa siap untuk memulai “ta’aruf” lagi akibat rasa sakit ditinggal menikah dengan seorang pria yang menyimpan kata dan memberi harapan. Semuanya masih sakit tetapi bukan berarti saya tidak bisa move on.

Ternyata Tuhan berkata lain. Kami dipertemukan kembali (Desember 2011) ketika saya harus menuju kampung halaman dan harus transit lama di sebuah airport. Beliau ada bersama “mastah blog” yang sebelumnya sudah saya kenal dan sudah kuanggap kakak saat itu. Jadilah pertemuan 4 (empat) jam menyisakan tanya yang begitu dalam mengenai sosoknya. Dan saya sudah merasakan ada daya tarik untuk mengenalnya lebih jauh.

Singkat cerita, ta’aruf kami mulai. Dan saya berpesan sejak awal jika saya tidak ingin “pacaran”. Saya ingin langsung menikah karena usia saya saat itu sudah memasuki 27 tahun. Bukan waktu untuk bermain-main. Ternyata, beliau menanggapinya juga serius. Saya pun menanti keseriusannya terhadap “harapan” yang diberikan tersebut.

Alhamdulillah, Januari 2012 beliau datang memperkenalkan diri kepada Ibu saya. Awalnya, Ibu ragu karena kami berbeda suku. Jawa-Bugis adalah pernikahan yang bukan tidak pernah terjadi. Tetapi, kebanyakan yang menikah adalah Pria (Bugis) dan Wanita (Jawa). Kalau sebaliknya agak sulit karena terbentur pada permasalahan “uang panaik”. Karena niat untuk ibadah dan menghindarkan diri dari segala hal yang diluar agama, maka saya hanya bisa berdoa agar Ibu memberikan restu dan beliau diberikan kemudahan dalam melewati proses tersebut. Doa dan shalat istikharah menjadi penolong kami saat itu.

Walhasil, Ibu setuju dan beliau datang kembali melamar resmi pada Februari 2012. Saat itu saya sedang berada di Manila, Filipina. Bukan main perasaan saya saat itu di kamar hotel (Remington Hotel) membaca email darinya. Emailnya berisi keputusan yang harus beliau siapkan pada saat proses pernikahan pada bulan April 2012 waktu itu.

Begitulah jodohku. Tak kenal lama namun keyakinan dalam hati bahwa beliau sosok yang bisa menjadi kepala rumah tangga yanga arif dan bijaksana, penyayang serta tak memiliki syarat-syarat yang begitu rumit untuk saya jalani sebagai istri. Bahkan kami saling melengkapi dan menikmati “pacaran” setelah menikah. Sebab, perjanjian yang kuat telah menjadikan kami semakin yakin bahwa Tuhan mempertemukan kami selalu memiliki hikmah.

Saya pun yakin bahwa manfaat ngeBLOG tak hanya menghasilkan uang dan banyak teman tetapi juga mempertemukan saya dengan jodoh 😀

Hmmm… rasa sakit hati ditinggal menikah ternyata tergantikan dengan “jodoh terbaik” dariNya.

“Tulisan ini disertakan dalam Giveaway Novel Perjanjian yang Kuat.”

Dipertemukan karena ngeBLOG

Facebook
Twitter

Related Posts

12 Responses

  1. Mbak, itu enggak salah tahun ya? ketemu kembali Desember 2011, terus Januari 2011 masnya bertemu sama Ibu Mbak rahmah. Bukannya Januari 2012 ya? 😀

    meskipun berliku – liku, tapi ujungnya bahagia ^^

  2. Mampir dimari. Salam kenal mba. Wah ternyta ngeblog membawa rezeki jodoh juga ya. Saya&suami juga berawal dari cinta dunia maya,kaya mba lidya, he he. Semoga langgeng pernikahannya

  3. Wah cerita jodohnya menarik mbak, namanya jodoh memang seperti itu, jadi ingat kata pepatah “Kalau jodoh tak akan lari kemana” 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *