Cara Menjaga Kesehatan Mental Remaja Saat Pandemi – Percaya atau tidak, pandemi memberikan dampak tak hanya pada kondisi keuangan, pekerjaan atau perubahan perilaku pada manusia, tetapi juga pada kesehatan mental, khususnya remaja putra dan putri kita. Hanya saja, setiap remaja akan memberikan respon berbeda, tergantung seberapa baik support system yang terjadi pada keluarga. Setiap perilaku yang tercipta, mencerminkan seberapa besar curahan kasih sayang, perhatian dan juga edukasi yang diterimanya.
Apalagi pandemi seperti ini, segala sesuatunya serba terbatas. Biasanya anak remaja bisa hangout bersama teman, saat ini harus lebih banyak di rumah. Anak remaja yang senang dengan kegiatan outdoor harus mengubah aktivitas tersebut menjadi lebih kompleks karena harus menjaga protokol kesehatan 5M agar terhindar dari virus Corona. Dan semuanya membutuhkan dukungan positif, bukan sebaliknya tekanan demi tekanan dari orang tua.
Namun, tidak semua orang tua kemudian merasakan kemudahan dalam menjaga kesehatan mental putra-putrinya tetap on track dalam kondisi serba terbatas seperti sekarang. Apalagi kesibukan orang tua dan waktu bersama yang boleh dibilang sangat kurang, tidak terkecuali profesi orang tuanya yang bekerja dari rumah, terkadang malah kehadiran fisik terlihat nyata tetapi jiwa satu sama lain sedang menjelajah kemana-mana.
Cara Menjaga Kesehatan Mental Remaja
Untuk itu, orang tua harus kembali memikirkan cara agar kesehatan mental remaja tetap terjaga di masa pandemi. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan dan memang harus diupayakan agar tidak ada penyesalan di masa depan:
1. Kenali Karakter Remaja
Pada usia remaja, mayoritas memiliki karakter yang berapi-api, semangat tinggi, ingin coba ini dan itu, penasaran dengan sebuah fenomena baru dan segala jenis tingkah laku yang mengikuti perkembangan trend. Apalagi media sosial sudah semakin menggila dengan berbagai influence-nya.
Orang tua harus mengenali karakter tersebut dan ikut berdiri di posisi demikian sehingga dalam mengambil keputusan untuk keinginan yang diutarakan oleh remaja putra putri kita tidak semata-mata membatasi apalagi menekan dengan keras. Tegas boleh tetapi berikan kesempatan untuk mereka memahami apa yang terjadi di sekelilingnya.
2. Ciptakan Ruang Diskusi
Anak remaja itu butuh ngobrol dengan orang kepercayaannya. Sangat disayangkan jika ada anak remaja yang merasa bahwa orang tuanya tidak asik untuk diajak diskusi dengan hal remeh apa pun. Jangan sampai anak menemukan kenyamanan berdiskusi dengan orang lain yang ternyata memberikan edukasi yang keliru. Untuk itu, orang tua wajib menjadi sosok yang ramah ketika anak mengajak membicarakan sesuatu.
Contoh sederhananya bagi remaja putri yang sudah mengalami maa menstruasi. Ibu harus menjadi orang pertama yang memberikan edukasi tentang penting manajemen kebersihan menstruasi dan menjelaskannya dengan berbagai contoh konkret. Dengan demikian remaja putri akan merasa lebih nyaman dalam menjalankan kodratnya sebagai perempuan yang fungsi organ reproduksinya sudah mulai matang.
3. Ajak Anak untuk Mencoba Hal Baru
Pandemi dan harus di rumah saja pastinya menghadirkan kebosanan. Orang tua saja bosan dengan bekerja dari rumah, apalagi anak remaja yang tadinya bisa bertemu dengan teman-teman secara bebas, harus tertahan demi kesehatan bersama. Nah, dalam kondisi ini kita sebagai orang tua bisa menawarkan aktivitas baru seperti bermain alat musik, memanfaatkan media sosial dengan membuat konten video atau foto, bisa juga dengan melakukan aktivitas produktif di dapur, seperti membuat kue, menu baru atau lainnya.
Hal-hal baru tersebut bisa membuat mereka melupakan sejenak pandemi itu sebagai sebuah keterbatasan tetapi momen untuk lebih produktif di rumah bersama orang tua. Tidak bisa dipungkiri dari hal-hal baru tersebut kemudian bisa menjadi jalan untuk membantu stabilitas ekonomi keluarga yang mungkin terdampak pandemi.
Dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan bersama. Contoh lainnya adalah bersama-sama ikut menikmati beberapa webinar-webinar menarik yang memberikan dukungan pada usia remaja mereka.
4. Memberi Masukan Positif bukan Memarahi
Sering mendengar usia remaja lari dari rumah karena orang tuanya hanya mampu memarahi tanpa memberi solusi? Sebaiknya seperti ini mulai dari sekarang direnungkan dengan baik. Memang tugas orang tua memiliki anak remaja itu tidak sederhana. Namun, ketika dijalani dengan bahagia dan ada pemahaman satu sama lain tentunya tidak akan menjadi malapetaka.
Ketika remaja melakukan kesalahan, jangan serta-merta langsung dimarahi. Cari cara untuk mengeluarkan argumen kita dengan positif tetapi tidak membuat anak merasa tertekan karena kesalahannya. Justru sebaliknya, mereka akan merenung dan berterima kasih karena orang tuanya masih peduli.
5. Memahami Kecemasan Anak
Ya, anak remaja yang dipaksa keadaan harus di rumah saja tentunya merasakan kecemasan. Orang tua bisa memberikan kepercayaan dengan tetap saling berkomunikasi dengan teman-temannya secara virtual. Sesekali ada satu dua teman yang datang ke rumah sekadar untuk melepas rindu pun bisa asal tetap dengan protokol kesehatan yang ketat. Apalagi jika anak memiliki bakat yang perlu dikembangkan, bisa tetap dilakukan di rumah dengan mencari motivasi dan isnpirasi remaja berprestasi via internet.
Salah satu sekolah tingkat SMA yang memiliki remaja putra dan putri berprestasi adalah SMA Pintar Lazuardi di berbagai bidang. Saya sendiri pernah menyaksikan beberapa penampilan siswa-siswi mereka dalam bidang seni musik dan story telling dalam bahasa Inggris. Skill tersebut pun sudah diakui karena mereka berprestasi dalam kompetisi.
Jika ingin tahu lebih banyak soal SMA Pintar Lazuardi ini, bisa cek di Instagram @smapintarlazuardi. Selama ini saya sering mengikuti webinar parenting yang diadakan secara berkala. Tujuannya pun mulia diantaranya mengajak orang tua lebih mengenal remaja putra putri mereka agar tidak salah melangkah dalam hal mendidik. Sebab di usia SMA emosi, mental dan juga karakter mereka bisa diarahkan agar lebih baik demi masa depan mereka.
***
Well, cara menjaga kesehatan mental remaja menjadi sesuatu yang penting di tengah pandemi agar menjaga mereka tetap stay positive. Orang tua memang harus belajar lebih banyak agar mereka tidak merasakan tekanan luar biasa sehingga berdampak pada perilaku dan keputusan yang diambil untuk kehidupannya.