Cara Mendidik Anak Remaja Sesuai Fitrahnya ini penting untuk saya pribadi ketahui. Sebab sampai saat ini baru dikaruniai dua orang putri yang satunya usia TK, satunya lagi masih bayi. Namun bukan berarti abai untuk mengetahui salah satu fase penting anak satu ini.
Usia remaja sendiri terbagi menjadi 3 fase usia:
- Pre Aqil Baligh I, usia 7-10 tahun
- Pre Aqil Baligh II, usia 11-14 tahun
- Post Aqil Baligh, > 15 tahun
Pembagian fase ini diungkapkan oleh Ust. Harry Santosa yang menuliskan buku tentang Fitrah Based Education. Beliau pernah menyampaikan ulasannya secara singkat ketika saya mengikuti perkuliahan Ibu Profesional di tahap Matrikulasi. Dan bukunya juga menjadi salah acuan kami dalam mendidik anak-anak kami, tak terlepas disampaikan juga cara mendidik anak remaja perempuan dan laki-laki sesuai fitrahnya.
Dari ketiga fase tersebut, anak remaja perempuan pastinya memiliki perubahan yang signifikan. Untuk itu penting untuk mengetahui cara mendidik anak usia remaja tersebut dengan:
Komunikasi Produktif
Jika sejak kecil sudah dibiasakan untuk berkomunikasi dengan baik pada setiap kondisi apapun, pastin di usia remaja pun akan demikian. Meskipun tidak 100% mutlak akan mulus tanpa drama.
Nah, orang tua yang perlu dengan sekuat tenaga mempelajari kondisi anaknya, khususnya anak perempuan yang sangat rentan dengan kasus perasaan.
Coba sesekali para ibu menanyakan perasaannya dalam menghadapi siklus usianya yang kita tahu sendiri sangat tidak stabil.
Menjadi Teman
Anak usia remaja mayoritas sungkan untuk berdiskusi dengan orang tuanya karena takut dimarahi, dianggap argumennya salah atau sejenisnya. Coba posisikan diri sebagai teman yang enak diajak ngobrol, baik itu soal pelajaran ataupun curahan hati.
Menjadi teman bukan berarti bahwa si anak melampaui batas rasa hormat. Bukan seperti itu. Setidaknya si anak bisa dengan nyaman melakukan apapun tanpa merasa orang tuanya terlalu ekstrim dalam mendidik.
Cek Teman Pergaulan Anak
Usia remaja di luar sana memang beragam. Saya masih ingat betul saat saya remaja, tidak ada yang namanya bebas keluar rumah apalagi nongkrong di cafe atau di mall. Dari situ saya merasa bahwa orang tua saya tidak memahami bahwa di luar sana pergaulan saya baik-baik saja. Teman yang selalu bersama juga baik-baik semua.
Nah, tidak ada salahnya memberikan izin keluar rumah dengan jalan kita sebagai orang tua paham dengan siapa saja. Kalau dikekang khawatirnya malah anak keseringan berbohong. Kalau bohong terus, lama-lama jadi terbiasa dan amit-amit jabang bayi kalau anak tumbuh jadi penipu.
Pastikan Gawai Anak Aman
Aman di sini dalam artian tidak ada fitur, gambar atau vidio yang tidak pantas. Sejak dini mengajarkan anak mana yang baik untuk dilihat, mana yang tidak. Karena kecanduan melihat hal buruk pada gawai, tidak hanya merusak mata tetapi juga otak anak.
Tidak mengapa sesekali orang tua mengecek ponsel, laptop atau gawai anak lainnya. Hal ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Jaga Anak dari Lingkungan Rumah dan Sekitarnya
Kalau sudah tahu ada tetangga yang anaknya dididik kurang baik, maka sampaikan kepada anak bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang baik ditiru. Kalau anak merasa perlu berteman karena takut dikucilkan, maka ajak teman-teman tersebut untuk bermain ke rumah. Ini cara aman sekaligus bisa monitoring sikap anak-anak tetangga untuk dijadikan bahan diskusi dengan anak.
Ingatkan untuk Menutup dan Menjaga Aurat
Seringkali orang tua abai dengan ini sehingga keluar rumah dengan santainya berpakaian tidak sedap dipandang. Maka sejak dini fitrah anak disampaikan bahwa bagian mana saja yang perlu ditutup dan dijaga.
Tanamkan Keimanan Sejak Dini
Ketika anak sudah memiliki rasa iman yang tinggi dalam jiwanya, melakukan hal di luar kebaikan pasti akan serasa ada alarm pengingat tersendiri. Jadi, ketika sejak kecil sudah terbiasa melakukan kebaikan, maka seperti itu pula yang akan terjadi seterusnya.
Well, memang tampak mudah untuk mengatakannya. Namun percayalah apliksinya butuh pengorbanan waktu, tenaga, hati dan pikiran agar hubungan anak dan orang tua tetap terjaga.
3 Responses
Diriku udah sampai di Pre Aqil Baligh I nih ngasuhnya, bentar lagi bakal sampai di Pre Aqil Baligh II 😀
Deg-degan banget sih, lagi berusaha banget untuk lebih sabar, lebih berpikiran terbuka, agar anak, khususnya si kakak yang udah mau 10 tahun ini, bisa punya hubungan baik dengan saya khususnya.
Yang menantang tuh komunikasi produktif, kadang saya bosan dengar ocehannya yang masha Allaaaahh nggak ada putusnya 😀
Cuman, saya bersyukur sih, mungkin karena sering membersamai si kakak sejak bayi, jadinya kami masih punya kayak chemistri gitu.
Semoga nanti saya bisa jadi sahabat terbaiknya aamiin 🙂
Penanaman keimanan ini penting banget ya, Mbak. Karena seketat apapun kita menjaga mereka, tapi kalau mereka tidak memiliki iman yang kuat, maka akan kalah dengan arus pergaulan yang negatif
Anak-anak di lingkungan itu bikin dilema. Sering memberikan dampak negatif ke anak. Aku juga sudah mempraktikkan ttg mengajak anak-anak tetangga main di dalam rumahku. Bener banget aku bisa lebih mudah mengontrol bagaimana mereka berinteraksi. Menyediakan buku-buku bacaan, film-film animasi kesukaan mereka, dan beragam cemilan adalah jurus jitu mereka mau masuk rumah kita. Lelah sih kadang melihat rumah berantakan karena mereka. Tapi hati menjadi lebih tenang. Dari pada khawatir saat anak bermain di luar bersama mereka dan mendapat pengaruh negatif.