Bisnis yang Bisa Berhasil di Mata Sukanto Tanoto – Banyak yang bilang bisnis itu kejam karena semuanya hanya dihitung dari profit belaka. Jika tidak seperti itu, perusahaan tidak akan bisa berkembang. Namun, menurut pengusaha Sukanto Tanoto, hal itu justru salah.
Sukanto Tanoto tidak asal bicara. Lihat saja perusahaan yang didirikannya. Royal Golden Eagle merupakan korporasi dengan skala internasional. Daerah operasinya mencapai Singapura, Malaysia, Filipina, Finlandia,Tiongkok, Brasil, hingga Kanada. Asetnya juga luar biasa besar. Diprediksi Royal Golden Eagle memiliki aset senilai 15 dollar Amerika Serikat. Semua itu masih ditambah dengan karyawan yang mencapai lebih dari 50 ribu orang di berbagai negara.
Kesuksesan itu ternyata tidak berawal dari prinsip bisnis yang kolot. Biasanya bisnis hanya identik dengan mencari untung sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan hal lain lagi. Asalkan bisa untung dengan modal sekecil-kecilnya dirasa sudah tepat. Padahal, menurut Sukanto Tanoto pemikiran seperti itu salah besar. Di matanya bisnis tidak mungkin bisa berkembang pesat jika tidak punya manfaat bagi pihak lain.
Hal itu dipraktikkan secara nyata oleh Sukanto Tanoto ketika terjadi krisis keuangan di Indonesia pada 1997. Saat itu, Indonesia dan berbagai negara Asia lainnya dilandai badai moneter yang dahsyat. Banyak sekali perusahaan yang jatuh dan bangkrut seketika. Perusahaan Sukanto Tanoto sama saja. Karena krisis nilai tukar Rupiah, utangnya membengkak drastis. Padahal, kala itu mereka tengah membangun sejumlah pabrik yang dibiayai dari kredit dari bank. Dalam kondisi seperti itu, hanya ada dua pilihan bagi Sukanto Tanoto. Ia bisa menyerah dan perusahaannya gulung tikar, atau ia memilih untuk terus maju apa pun tantangannya. Dan Sukanto Tanoto memilih opsi terakhir.
Dengan berat hati, sejumlah aset yang dimilikinya di luar negeri dijual. Dana itu dipakainya untuk membayar kredit yang jatuh tempo. Bersamaan dengan itu, Sukanto Tanoto bernegosiasi untuk menjadwalkan ulang sejumlah pinjaman usahanya.
Bukan hanya itu, di tengah krisis yang masih menghantui, Sukanto Tanoto malah mendirikan pabrik baru. Tindakannya melawan langkah orang kebanyakan yang cenderung bersikap hati-hati sambil menunggu kondisi perekonomian membaik.
Namun, langkah berani itu berbuah positif. Sejumlah perusahaan Sukanto Tanoto mulai bangkit hingga akhirnya mampu berdiri dengan stabil. Bahkan, saat ini, mereka tumbuh semakin besar. Usut punya usut, selain didorong oleh hasrat tidak mau menyerah, Sukanto Tanoto ternyata sangat prihatin dengan masyarakat yang kesulitan akibat krisis. Ia ingin membantu mereka dengan memberikan lapangan pekerjaan.
“Masyarakat harus makan, mereka harus bertahan hidup. Jadi ketika pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, para pengusaha harus masuk untuk segera memenuhi kebutuhan tersebut,” ucap Sukanto Tanoto.
Dalam kondisi krisis, ia justru semakin menekankan untuk menghadirkan kepedulian sosial. Perusahaannya akhirnya diminta untuk bisa memberikan manfaat. Bukan hanya bagi masyarakat, tetapi juga bangsa hingga lingkungan.
“Kalian harus terus memperhatikan masyarakat sekitar, tidak hanya para karyawan, tapi juga komunitas,” jelas Sukanto Tanoto kepada para pengelola perusahaannya.
Hal tersebut akhirnya bahkan dijadikan prinsip kerja dalam Royal Golden Eagle. Ia mewajibkan semua perusahaannya untuk memberikan manfaat. Tanpa itu, perusahaan dinilai tidak akan sukses.
“Kalian harus mengoperasikan perusahaan dengan prinsip agar menjadi berguna bagi orang banyak, berguna bagi komunitas dan berguna bagi perusahaan. Kalian harus memiliki tiga prinsip tersebut atau bisnis kalian akan hancur,” tambah Sukanto Tanoto.
MENGHASILKAN PRODUK YANG BERMANFAAT
Prinsip itu tercermin nyata dalam kinerja Royal Golden Eagle. Semua perusahaannya dipastikan memberi manfaat kepada pihak lain. Contohnya adalah industri kelapa sawit yang dirintisnya. Hasil olahan crude palm oil ternyata menjadi bahan baku dasar sejumlah produk yang dibutuhkan manusia mulai dari bahan makanan hingga sabun mandi. Jelas terlihat bahwa produk buatannya bermanfaat bagi peningkatan kehidupan manusia.
Selain itu, dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, perusahaan Sukanto Tanoto menyerap banyak tenaga kerja. Hal itu membuka peluang kehidupan bagi banyak pihak. Belum lagi kebijakan untuk menggandeng petani lokal untuk pengelolaan. Manfaat yang dirasakan oleh pihak lain semakin besar.
Sukanto Tanoto tidak sekadar memberi bantuan finansial belaka. Justru, ia mendidik warga dengan beragam keterampilan yang berguna. Keahlian yang bermanfaat untuk kehidupan, sekaligus bermanfaat untuk memajukan perusahaannya. ”Saya tidak kasih ikan, tapi saya ajari mancing, itu yang kita kerjakan,” ucap Sukanto Tanoto.
Maka, bisa dilihat beragam bisnis yang digeluti oleh Sukanto Tanoto. Semuanya menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Siapa kini yang tidak memerlukan produk-produk kayu lapis, pulp and paper, hingga energi yang ditekuninya?
Oleh karena itu, bagi pengusaha yang ingin maju, Sukanto Tanoto menyarankan untuk tidak semata mengejar profit dalam membangun bisnis, haris dipikirkan manfaat yang bisa diberikan kepada masyarakat, hal yang bisa membantu membesarkan. Sukanto Tanoto sudah membuktikannya sendiri sehingga bisa mengatakan hal tersebut.
Selain itu, Sukanto Tanoto juga memberi saran agar memisahkan bisnis dan politik. Menurutnya dua hal itu tidak akan bisa kompatibel, mirip antara minyak dan air yang tidak bisa menyatu.
“Prinsip saya, bisnis dan politik tak boleh campur,” ucap Sukanto Tanoto.
Mengapa bisa seperti itu? Politik adalah seni untuk meraih berbagai kepentingan. Seringkali kepentingan itu bertolak belakang dengan tujuan bisnis sehingga sangat merugikan jika dilakukan bersamaan. Menurutnya, jika ingin melakukan bisnis, pengusaha harus sama sekali lepas dari politik. Konsentrasi mereka akan terpecah ke politik jika nekat melakukannya. Ujung-ujungnya binis tidak akan bisa berkembang.
MELAKUKAN YANG BENAR SECARA BENAR
Sukanto Tanoto menilai setiap jenis bisnis punya peluang untuk sukses. Tidak ada karakteristik tertentu yang dinilai akan mampu berkembang. Cara melakukannya yang dinilainya akan sangat menentukan. Untuk itu, Sukanto Tanoto memegang prinsip melakukan hal yang benar secara tepat. Artinya menjalankan hal yang benar terkait dengan pola manajemen. Jajaran manajerial mesti bisa mengambil keputusan yang paling tepat demi kemajuan perusahaan. Jangan takut untuk memutuskan karena berbagai alasan jika memang dirasa tepat bagi bisnis.
Sementara itu, prinsip melakukannya secara benar berkaitan erat dengan aksi secara nyata. Melakukan segala sesuatu harus benar. Jika salah, langkah yang diambil bisa sia-sia belaka karena tidak ada dampak yang timbul. Dua prinsip itu dijalankannya di Royal Golden Eagle. Namun, menurut Sukanto Tanoto, hal itu bisa diterapkan di berbagai bidang bisnis. Ketika mampu melakukannya maka kita akan mendapatkan bonus. Dengan menjalani prinsip-prinsip tersebut, Perusahaan hampir dipastikan akan bisa memberi manfaat bagi pihak lain, dan itulah syarat jika ingin memiliki bisnis yang sukses.
Jadi, hanya mementingkan keuntungan dari sisi perusahaan saja bukan pilihan tepat. Pengusaha harus tetap peduli terhadap masyarakat sekitar hingga negara secara umum. Jika bisnisnya mampu memberikan manfaat kepada banyak pihak, hampir dipastikan perusahaan tersebut akan sukses. Siapa yang tidak mau seperti itu?
2 Responses
Waksss filosofi bisnis yg warbiyasak. Emang sih… setuju bgt jgn campuradukkan politik dan bisnis
Kalian harus mengoperasikan perusahaan dengan prinsip agar menjadi berguna bagi orang banyak, berguna bagi komunitas dan berguna bagi perusahaan. Kalian harus memiliki tiga prinsip tersebut atau bisnis kalian akan hancur,” Sukanto Tanoto.
.
.
sepakat mba- sebaik2 manusia adlh yg paling brmanfaat.. 😇⚘