Tak perlu waktu lama, Rino akhirnya sampai di rumah bergaya Jawa kuno yang cukup besar. Halamannya luas dengan beberapa pohon beringin. Tampaknya rumah ini adalah rumah turun-temurun.

Tok, tok! Rino mengetuk pintu.

Tak lama pintu dibuka. Rino terkejut melihat sosok yang berada di hadapannya.

[BeraniCerita #06] Dream

Credit

“Alika…?!”

Sosok Alika terdiam. Matanya menatap tajam ke tubuh Rino. Memang, setelah lima tahun Rino pergi, Alika sama sekali lupa wajah terakhir Rino seperti apa.

“Alika… Ka…ka… kamu mengapa ada di rumah ini?” Rino membelalak seolah tak percaya akan sosok Alika yang berdiri di hadapannya.

“Mama… siapa yang datang?” Suara anak kecil perempuan berambut panjang, kulitnya putih bersih dan memegang boneka Barbie menghampiri Alika di dekat pintu.

“Oh, ini teman Papa, sayang. Kamu main sendiri dulu di dalam. Nanti Mama menyusul.” Bujuk Alika kepada anaknya.

“Alika… apa maksud semua ini? Kamu ada hubungan apa dengan Aldo?” Rino terus menyerang Alika dengan pertanyaan.

“Silakan duduk!” Pinta Alika.

“Nggak, sebelum kamu menjelaskan semua ini.”

Tiba-tiba muncul Aldo dari dalam rumah.

“Eh, Rino. Masuk! Bagaimana dengan proposalnya? Kalau sudah selesai, biar aku yang mengajukan ke pimpinan PT. Sinar Maju.

Melihat Aldo, Alika langsung masuk ke dalam rumah. Tanpa penjelasan Alika berlalu. Aldo memperhatikan wajah Rino yang bingung. Ia tahu kalau Rino adalah kekasih Alika. Namun takdir-Nya tidak bisa menyatukan mereka.

“Rino, maafkan aku sebelumnya. Aku belum cerita kalau istriku itu Alika, kekasihmu dulu.”

“Sudahlah, Do. Kita bicarakan saja bisnis kita.” Wajah Rino tampak menyimpan amarah. Ia marah karena Alika tak pernah mengabari keadaannya. Lima tahun memang bisa mengubah segalanya. Tetapi tidak pada kesetiaan Rino pada Alika. Tetapi nyatanya Alika telah berpaling.

“Aku tidak ingin kamu salah paham dengan Alika. Alika tidak salah. Orang tua kami yang telah mengatur semua ini. Aku juga tidak tahu kalau kedua orang tua kami sudah menjodohkan sejak kecil. Aku sudah menolak permintaan mereka karena aku tahu Alika masih sangat mencintaimu, bahkan sampai saat ini. Tetapi amanah ayah Alika sebelum meninggal tidak bisa diabaikan. Aku tidak bisa menolak, Do. Alika juga demikian.”

Alika berdiri di balik tirai mendengar pembicaraan Aldo dan Rino. Pipinya basah namun tetap tak bisa berucap apa-apa. Rino juga terdiam.

“Sampai detik ini juga, kamu masih di hati Alika. Meskipun kami saat ini sudah memiliki buah hati, Rina. Mirip dengan namamu. Itu permintaan Alika. Dan aku sama sekali tidak bisa menolaknya.”

***

“Rino… bangun! Sudah hampir jam tujuh. Kamu nggak kerja?” Suara Alika membangunkan Rino, suaminya.

“Astaga… Alika…! Kamu… “ Rino langsung memeluk Alika. Pelukannya semakin erat. Entah mengapa mimpinya demikian.

“Eh, kenapa sayang?”

“Ssst… “ Rino menutup bibir Alika dengan jempolnya. Tak membiarkan Alika bicara. Pelukan semakin erat dan Alika masih terdiam dalam kebingungan.

“Jangan pernah tinggalkan aku, sayang.” Ucap Rino lembut di telinga Alika. Alika masih terus saja diam dengan kebingungan mendalam.

Total: 452 words

Facebook
Twitter

Related Posts

14 Responses

  1. Oalah, mimpi toh ternyata? Nightmares happens all the time ya. Tapi membuat diri semakin bersyukur! 😀

  2. Pager makan taneman dalam mimpi, taneman makan pager juga mimpi, karna sama2 gak mungkin.

    Emg nge-twist kalo cerita tentang ngimpi, mah! 😉

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *