Alika, sang foto model. Namanya sudah dikenal seantero jagad raya. Kelihaiannya mengikuti setiap event fashion show membuat namanya semakin harum dikenal. Memang, tubuh yang langsing, tinggi, mulus dan putih yang dimiliki Alika menjadi modal untuk ditarik dalam dunia modeling.
Anisa sebagai salah satu rekan kerjanya di dunia model seringkali cemburu. Ya, wajar saja karena prestasi demi prestasi tak tanggung-tanggung diraih Alika. Bahkan Anisa yang tadinya model terkenal harus tersaingi dengan hadirnya Alika. Rasa iri dan benci pun mulai meracuni hati dan pikiran Anisa.
“Hai, Anisa. Hari ini ada pemotretan juga?” Sapa Alika.
“Iya.” Jawab Anisa dengan nada jutek sambil memperbaiki lipatan rok tutu yang telah dipakainya untuk pemotretan.
“Good luck. Semoga hasilnya memuaskan yah.”
Anisa hanya diam dan wajahnya masih cemberut. Kesal dengan kehadiran Alika saat pemotretan akan dilakukan. Anisa yakin hasil foto dirinya akan menjadi bahan perbandingan lagi dengan foto Alika.
“Alika, kamu ganti baju dulu. Sebentar lagi waktunya kamu pemotretan.” Pinta seorang fotografer.
“Memangnya model-model yang lain sudah selesai?”
“Sedikit lagi. Kamu siap-siap saja.”
“Hmmm… oke.”
Alika memasuki ruang ganti dengan membawa baju yang harus dipakainya untuk sesi pemotretan. Alika selalu yakin kalau bekerja dengan niat ikhlas dan berbuat yang terbaik, pasti hasilnya juga akan bagus.
“Alika, tunggu sebentar, ini ada tambahan syal sebagai pelengkap bajunya.”
“Oke.”
“Lima belas menit lagi aku tunggu di depan yah.”
“Oke… tenang saja.”
Lima belas menit kemudian…
“Alika… Alika… kok lama banget sih, ganti bajunya? Sekarang sudah waktunya kamu pemotretan.” Panggil fotografer dari balik tirai kamar ganti studio.
Tak ada jawaban. Heran sekaligus penasaran.
“Alika… kamu nggak apa-apa?”
Tak ada jawaban. Dibukanya tirai kamar ganti. Alika tergeletak tak bernyawa dengan balutan syal di sekeliling lehernya.
*Total: 273 words
6 Responses
kasian alika 🙁
@Nathalia DP,
iya mbak, kesian 🙁
pasti pembunuhnya annisa… 😛
@sri,
maybe yes maybe no 🙂
Wow…harus panggil pak polisi nih he he.
Keep writing ya Chemist Rahmah 😉
@Mimin Berani Cerita,
makasih mak 🙂