Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.
Aku adalah Cinta Pertamanya sama sekali tidak pernah diagendakan untuk dijadikan postingan di blog ini. Namun sepertinya sudah menjadi kehendak-Nya hingga postingan ini akhirnya ada dan semoga menjadi bahan bacaan yang bermanfaat.
Di hari menjelang deadline, tiba-tiba ponselku menerima sms yang berbunyi:
Saya tidak tahu kenapa Tuhan tidak menjodohkan kita. Padahal sejak pertama memulai perbincangan dengan Amma, saya sudah berharap bisa bersama. Takdir tak berpihak pada saya.
Pesan singkat yang datang tiba-tiba. Aku bahkan sangat mengenal nomor ponsel tersebut. Tetapi sudah tidak kusimpan dengan nama. Bukan karena nomor itu istimewa, memang sejak mengganti ponsel, aku sudah tidak mendapati namanya lagi ada di deretan nama-nama yang tercantum di SIM Card ponselku. Aku tidak mau memasukkan namanya bukan karena benci dengannya, bukan sama sekali. Tetapi sepertinya memang tanganku tak pernah digerakkan untuk melakukan proses menyimpan nomor tersebut.
Aku ingat betapa sosok tersebut selalu memberikan perhatian ketika perkenalan pertama kami. Bahkan mengorbankan waktu untuk memberikan penjelasan demi penjelasan tentang berbagai hal yang tak kuketahui. Aku juga ingat betapa usahanya untuk meluluhkan hatiku agar aku jatuh cinta padanya juga tidak sedikit. Mulai dari kado ulang tahun hingga kepada sikap yang seolah seperti satpam yang sering mengirimkan SMS atau telepon ketika aku berada di luar rumah. Aku memang selalu menjaga jaraknya dengannya karena aku sadar sepenuhnya bahwa memberikan harapan itu akan berdampak fatal. Aku tidak mau dirundung rasa bersalah ketika akhirnya Tuhan berkehendak yang berbeda dengan keinginannya untuk memilikiku. Dan memang terbukti, Tuhan tidak pernah menjodohkan dia untuk hidup bersamaku.
Tuhan mengirimkan sosok pria pelindung yang berbeda dari bayanganku, bukan dia. Aku sangat bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan padaku saat ini. Karena cuma DIA yang tahu apa yang aku butuhkan.
Hari ini seperti membawaku kembali ke masa dimana posisiku selalu terjepit karena sikapnya yang begitu mencintai. Menurutnya, akulah cinta pertamanya. Untuk itu, dia berusaha dengan segala cara untuk mendapatkanku. Bayangan di saat aku menangis karena merasa capek dengan segala bentuk perhatiannya seperti terhampar di hadapanku saat ini. Menangis karena justru aku takut dengan sikap berlebihan seperti itu. Aku takut semua akan berkurang bahkan menjadi alasan untuk mengekang dan akhirnya melakukan kekerasan karena apa yang dibayangkannya tentangku ternyata berbeda. Berlebihan… yaa berlebihan sekali. Aku tidak suka cinta yang berlebihan yang pada hakikatnya bukan cinta tetapi lebih kepada sikap posesif.
Cinta pertamanya yang ditujukan kepada hatiku sayang sekali tak berbalas dengan apa pun. Mungkin saat itu aku masih lugu dan memang tidak pernah terpikirkan selain buku dan belajar. Duniaku saat itu hanya berteman dengan pengetahuan tanpa merusak hati dengan memikirkan rasa yang belum aku pahami seutuhnya.
Aku adalah cinta pertamanya. Bangga? Mungkin iya. Karena nama perempuan pertama yang menggangu hatinya adalah aku. Sedih? Iya, karena aku khawatir hatinya terlalu sakit karena menerima kenyataan jika aku ditakdirkan Tuhan bersama pilihan terbaik-Nya. Berdoa? Selalu. Agar dirinya kelak mendapatkan jodoh yang terbaik juga dari-Nya. Sebab tak ada yang Tuhan berikan melainkan itulah yang terbaik dan memang dibutuhkan oleh hamba-Nya.
NB:
Terima kasih untuk cinta pertama itu. Simpan dan berikan untuk pendampingmu kelak…
Satu hal yang harus kamu ketahui, cinta utamaku saat ini adalah suamiku…
8 Responses
Suka dengan tulisannya Mbak. Dan saya sangat tertampar membacanya. Kebetulan saat ini, justru saya yang ada di posisi laki-lakinya. Mendapati sosok ‘cinta pertama’ yang tidak ditakdirkan untuk melengkapi kebahagiaan saya. Sebentar lagi, dia akan resmi menikahi perempuan lain. Sedih, iya. Tapi seperti kata mbak. Semoga saya pun mendapatkan jodoh yang terbaik di mata Allah.(Maaf kepanjangan, hehee)
@Shaela Mayasari,
terus berdoa dan bersabar mbak… sebab di dunia ini tak ada yang lepas dari kendali-Nya
memang berat, tetapi semua bisa dihadapi, sebab Tuhan memberikan ujian yang bisa dilewati
tetap semangat mbak…
insya Allah akan ada cinta yang lebih indah setelahnya #percayalah
soal kepanjangan nggak masalah 😀 senang berkenalan dengan mbak
kadang cinta memang tidak harus memiliki ya…
semoga ia mendapatkan pengganti yang lebih baik
yakin bahwa: wanita baik untuk laki-laki yang baik, begitu juga sebaliknya…
@Bunda Imma,
yup benar bunda 🙂
Cintaaaa utama untuk suamiku*duhhh indah sekali*
Semoga senantiasa dalam perlindungan cintanya masing-masing 🙂
@Amri Evianti,
aaamiiiinnn…
Hm …. rupanya someone from tha past 🙂
Mudah2an dia sudah bahagia dengan yang “kedua”
@Mugniar,
semoga 😀