7 Cita-Cita Saya Saat ABG – Siapa sih yang tidak punya cita-cita saat masih kecil, beranjak usia remaja bahkan di usia dewasa sekalipun? Pasti semua punya, termasuk saya. Dulu mendiang bapak sangat getol memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Bahkan boleh dibilang masa kecil saya kurang bahagia karena hampir full dengan jadwal belajar dan belajar. Saya masih ingat betul pelajaran bahasa Inggris SMP kelas 1 sudah saya ketahui dengan baik, padahal saat itu masih duduk di bangku kelas 6 SD.
Baca Juga: Masa Kecil yang Berbeda
Dengan kondisi seperti itu, saya menjadi banyak harapan dan cita-cita. Kalau waktu masih SD-SMP, saya masih menaruh harapan sangat besar pada profesi dokter. Yap, siapa sih yang nggak senang melihat profesi dengan pakaian putih-putih, bersih dan di lehernya menggantung stetoskop? Bahkan saya nge-fans banget pada salah satu pemeran sinetron masa lampau yang profesinya sebagai dokter, drg. Fadly.
Seiring dengan berjalannya waktu, menginjak usia remaja alias ABG (eits,bukan ABG tua lho ya) cita-cita itupun berkembang semakin banyak. Melihat pekerjaan atau profesi orang yang terlihat menyenangkan, saya pun ingin seperti itu juga. Berikut ada 7 cita-cita saya saat ABG:
- Dokter; cita-cita satu ini memang lebih awet. Sampai saya tamat SMA pun, dokter menjadi paling saya utamakan. Bahkan berusaha semaksimal mungkin agar lulus SPMB (tes masuk perguruan tinggi). Hasilnya, Tuhan tidak ingin saya menyandang profesi tersebut.
- Tenaga Pengajar (baca: Dosen); cita-cita ini muncul karena kebanyakan saudara dari keluarga bapak berprofesi sebagai dosen. Jika ada acara kumpul keluarga seperti arisan atau pas hari lebaran, mereka suka sekali membicarakan hal menarik seputar mahasiswa dan kampus. Alhamdulillah sih cita-cita ini sudah terwujud meskipun nggak berlanjut sampai sekarang. Saya menjadi dosen luar biasa sejak 2008-2013 di beberapa kampus di Makassar dan satu di Palangkaraya.
- Pegawai Bank; cita-cita ini asli karena melihat kakak laki-laki tertua dari mama saya. Setiap mudik ke Makassar, selalu bawa banyak uang yang dibagi-bagikan sebagai angpao Dan diantara semua saudara mama, yang paling sering memberi niai nominal uang yang banyak yaa beliau. Profesinya sebagai pegawai bank swasta di Jakarta sampai sekarang.
- Pengusaha Foto Copy; saya ingin punya usaha foto copy sejak SMP karena melihat prospeknya yang bagus di sekitaran sekolah. Eits, masih SMP sudah bicara “prospek” hihi. Tetapi memang di sekitar SMP saya dulu hanya ada 2 orang yang membuka jasa foto copy. Walhasil, ketika kami ada keperluan mendesak sementara mereka pun banyak orderan, kami harus berjalan (naik motor ding) jauh dari sekolah. Waktu istirahat yang hanya 30 menit akan terlewati begitu saja.
- Pedagang Emas; kalau ini sih lihat nenek dan kakek saya. Alasannya sederhana, bisa gonta-ganti perhiasan setiap minggu bahkan setiap hari. Apalagi sering saya melihat ada desain buat anak ABG seperti saya yang lucu-lucu.
- Penulis; karena sejak kecil sudah dibiasakan membaca, saya pun senang sekali membaca majalah, novel, komik bahkan surat kabar. Dari kebiasaan membaca tersebut, terbesit keinginan untuk dapat menghasilkan tulisan juga. Kalau dulu sangat populer Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa. Bahkan punya mimpi bertemu mereka. Daaan, tahun 2014 saya bisa bertemu langsung dengan Helvy Tiana Rosa a.k.a HTR. Sekarang saya memang menjadi penulis, namun belum se-populer mereka. Menulis di blog dan ikut bergabung di beberapa antologi setidaknya sudah mewujudkan sekian % dari cita-cita saya.
Baca Juga: Some of My Books
- Penyiar Radio; kalau yang satu ini muncul ketika di zaman SMA saya muncul stasiun radio baru, namanya Radio Toakala. Bermain ke basecamp radio ini saya kepincut karena melihat si penyiar koar-koar tanpa harus malu dilihat banyak orang. Cocok bagi saya yang saat itu
Nah, kebetulan sekali cita-cita ini juga sama dengan salah satu teman blogger saya, Mbak Rian Rosita Luthfi yang akrab disapa Rian. Karakternya yang katanya “bawel” memang cocok sih jadi penyiar. Meskipun nggak terwujud, setidaknya beliau sudah bisa menyalurkannya saat nge-MC. Bagi saya itu suatu hal bagus sebab saya masih belum memiliki keberanian untuk berdiri di depan audience sebagai pengendali suasana. Jadi MC itu butuh skill luar biasa ngomong di depan orang banyak dari awal hingga akhir acara.
Salah satu cita-cita beliau yang membuat saya sempat tercengang itu adalah “Sinden”. Hmm… kebayang deh anggunnya Mbak Rian pakai kebaya modern lalu menyanyi seperti gaya Dewi Gita di acara Opera van Java (ini kok udah nggak tayang ya?!). Nyinden itu bukan pekerjaan mudah lho. Saya pernah sedikit berbincang dengan sinden di sebuah acara keluarga suami. Katanya, kesehatan harus dijaga penuh agar suara tetap oke dan nggak membuat telinga orang jadi sakit. Well, kalau saya nyinden mungkin mic-nya yang rusak duluan sebelum telinga orang yang dengar, hihi.
Kompor Mledug adalah judul blog dari Mbak yang saya bayangkan seorang yang “hore”. Maksudnya hore apa? Kalau saya mengartikan hore itu adalah heboh plus rame. Bener begitu? Saya sendiri belum pernah bertemu secara langsung. Hanya melihat gaya menulisnya saja.
Oiya, saat berkunjung ke blog Mbak Rian di www(dot)superduperlebay(dot)wordpress(dot)com, saya seperti kehilangan arah. Yap, navigasi dan label blog belum dipasang sepertinya. Ibarat berjalan di jalan raya, sepanjang jalan tidak menemukan marka jalan sebagai petunjuk. Mungkin masih dalam pembenahan atau mungkin sedang proses perpindahan ke domain TLD. Semoga ya, Mbak Rian! Masih ingin tahu lebih dekat dengan Kompor Mledug, eh Mbak Rian? Yuk, stalking aja di akun social medianya. Nih, saya kasi tahu twitter dan instagram-nya ya, @rianluthfi
Nah, yang punya cerita tentang cita-cita saat ABG, boleh dunk di-share juga.
4 Responses
sama mbak rahmah, saya juga punya banyak cita_cita, yang paling unik waktu itu pengen jadi pengamat politik. karena pas 98 banyak pengamat yang sering diwawancarai dan.muncul di TV
cita-citaku jadi jurnalis mba.
Udah kesampean, walopun engga yang se-cetharrr mba Najwa Shihab sih 🙂
Mbaaa..pas ke Makassar dua bulan lalu, Mama mertua bilang kalau emas disana cakep-cakep Mba. Murni gitu, ngga banyak campuran kayak di Jawa.. Coba deh cita-cita jadi pedagang emas diwujudkan. 😀
aku cita-citanya juga banyaaak mba..termasuk jadi diplomat. INi cita-cita yang ditulis di buku penghubung waktu saya SD..coba, padahal diplomat itu apa aja ngga tau waktu SD hehehe. Tapi Allah SWT ternyata punya caranya tersendiri untuk menentukan jalan hidup hamba-Nya ya 🙂