Search
Close this search box.

Sesuatu yang Ditanam, Itu yang Akan Dituai

Sesuatu yang Ditanam, Itu yang Akan Dituai – Setelah kemarin membahas soal sisi maskulin dan feminim, maka kali ini ingin membahas semacam motto hidup. Hmm… sebenarnya bingung juga karena selama ini saya menjalani hidup hanya berusaha sesuai aturan berdasarkan kitab suci.

Namun, saya masih teringat dengan pesan alm. Bapak untuk berhati-hati dalam berkata, berbuat dan apapun yang saya lakukan di muka bumi ini. Karena semua akan mendapatkan balasannya. Besar atau kecil, semua akan diperlihatkan kelak pada waktunya untuk dipertanggungjawabkan. Tidak peduli kita suka atau tidak.

Nah, dari situ kemudian saya semakin percaya bahwa orang yang menanam kebaikan akan memperoleh hal yang sama juga. Begitupun sebaliknya. Tetapi seringkali hitungan manusia tidak sama dengan hitungan Allah. Seperti yang saya katakan, berbuat baik maka akan mendapat kebaikan dan kebaikan yang menjadi balasan itu sesuai dengan sudut pandang Allah, bukan kita sebagai hambaNya.

Contohnya, saya pernah membantu seseorang yang akan naik angkot ke sebuah destinasi di dekat daerah saya tinggal. Saya paham orang itu belum familiar karena mereka turis. Bahasa Indonesia mereka pun masih terbata-bata. Maka kemudian saya mengambil langkah untuk membantunya sampai mendapatkan angkot yang tujuannya memang ke destinasi tersebut tanpa berganti arah. Padahal, saat yang bersamaan saya harus mengikuti sebuah seminar dan saya tahu bahwa resikonya adalah terlambat.

Dengan yakin bahwa Allah selalu puny acara untuk hambaNya yang berbuat baik, maka saya pun ternyata tidak sebegitu terlambat menghadiri seminar. Hanya berselang sekitar 5 menit dari kedatangan saya, seminar pun dimulai. Saya bersyukur bahwa Allah menjawa doa saya dalam perjalanan tadi agar membuat saya tidak terlambat untuk mendengar materi penting. Dan ternyata benar, materi penting saya bisa ikuti sampai selesai. Saya pun tenang mengikuti seminar sekaligus tersenyum dalama hati karena yakin kalau turis tadi tidak lagi bingung mencari jalan ke destinasinya.

Apakah kebaikan saya dibalas Allah hanya sampai di situ? Tidak. Allah memberikan lebih. Saya mendapatkan hadiah doorprize berupa ponsel saat itu. Speechless benar saya saat itu. semua dibalas kontan tanpa menunggu waktu lama.

Bagaimana dengan keburukan? Pernahkah saya? Tentu saya pernah khilaf.  Ketika saya melakukannya, Allah membalasnya pun langsung seketika saat itu juga. Makanya saya benar-benar yakin alm. Bapak tidak salah menitipkan pesan untuk berhati-hati dengan “cara saya bertanam kebaikan atau keburukan”.

***

Nah, sekarang tantangannya adalah sikap dan perbuatan saya sebagai ibu di mata anak saya. ketika saya melakukan sesuatu yang tidak baik dan itu terekam di mata anak saya, si kecil akan menjadi reminder seketika dengan mencontohnya dan tentu itu bukan sesuatu yang saya inginkan.

Jadi, inilah yang selalu saya pegang. Berusaha selalu menjaga sikap…

Facebook
Twitter

Related Posts

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *