Search
Close this search box.

Review Kekasih Semusim: Lepas Dendam Tumbuh Percaya

review novel kekasih semusim

Setiap luka itu obatnya cuma satu, waktu – Eyang Yono

Kalimat yang masih membekas bahkan saya masih ingat kalimat ini tertulis di halaman 121, kalimat paling atas letaknya. Sebenarnya melakukan review novel berjudul Kekasih Semusim ini memang membawa saya belajar melepaskan dendam untuk bahagia. Saking related dengan kehidupan yang sementara saya jalani mengenai perjalanan dari masa lalu, membaca halaman demi halaman menyentuh hati dan rasa.

Kekasih Semusim Buku Falcon Publishing

Judul: Kekasih Semusim
Penulis: Dini Fitria
Penyunting: Jia Effendie
Ilustrasi sampul: Aqsho Zulhida
Penata Letak: Abdul.M
Penerbit: PT Falcon
Cetakan pertama: April 2021
Sampul: Soft cover
Tebal Buku: 412 halaman
ISBN: 978-602-6714-63-3
Harga: Rp. 90.000,-
Dengan harga yang boleh terbilang terjangkau ini memang sayang jika tidak dimiliki. Banyak pelajaran di dalamnya tentang:
  • Hubungan antara ibu tunggal dengan segudang masa lalu pahit dan anak perempuan satu-satunya
  • Hubungan anak bangsa dengan bangsanya sendiri
  • Kepribadian seorang anak yang tumbuh dengan single parents
  • Wanita yang tidak mengenal kata menyerah untuk berusaha hidup jauh lebih baik
  • Cinta dan sekelumit persoalan tentangnya

Dan masih banyak lagi. Intinya, miliki dan temukan sendiri apa yang menarik untuk dibagikan kepada orang lain. Bahkan ini bisa jadi kado spesial untuk orang yang paling disayangi.

Hal Menarik dari Novel Kisah Semusim

Novelnya Tebal

Kalau baca novel tebal saya suka karena bisa lama bermain-main dengan peran tokoh yang dihidupkan penulis. Dan di sini saya menikmati peran Kanaya yang akhirnya mampu keluar negeri dengan takdir yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya.

Novel yang tebal bikin lama bacanya sehingga ada me time sedikit lebih panjang. Bahkan bisa berhari-hari membuat diri penasaran untuk membaca dari satu halaman ke halaman di samping mengerjakan tugas utama sebagai ibu dua anak dan bantu promosi usaha suami di tengah pandemi.

Praha dan Kota Lainnya Dijelaskan dengan Detail

Orang yang belum pernah ke Praha lalu membaca Kisah Semusim otomatis akan googling semua tempat yang disebutkan Dini Fitria di dalam novelnya. Bahkan aroma udara dan bangunan yang diceritakan seolah terasa. Mungkin karena saya juga sebelumnya pernah keluar negeri (hanya negara tetangga) dan terdapat bangunan yang seolah mirip dengan yang diceritakan.

Mulai dari patung hingga cafe, semuanya seolah berada di depan mata. Saking seolah menjadi Kanaya, saya seolah melihat bagaimana repotnya Reno menyiapkan sarapan, mengamati Eyang Yono minum kopi hingga kelelahan saat mengangkat koper dari anak tangga satu ke anak tangga lainnya.

Ada Wawasan Kebangsaan yang Terus Menggelora 

Eyang Yono yang merupakan diaspora cendekiawan masih sangat begitu mencintai negaranya meskipun status kewarganegaraannya direnggut. Ada satu kalimatnya yang perlu digarisbawahi:

“Kamu boleh marah pada masa lalu, tapi kamu tidak bisa mengembalikan apa yang sudah terjadi dulu, ke hari ini”

Orang seperti Eyang Yono saja yang dianggap pengkhianat bangsa sudah bisa memaafkan, bagaimana kita yang sekadar sakit hati karena urusan hati yang tidak pernah bisa diprediksi. Lagipula semua sudah terjadi.

Komunikasi Produktif Lebih Penting dalam Pola Asuh

Semua pasti setuju kalau Nina bersikap keras dengan Kanaya karena maksudnya baik. Namun, komunikasi produktif yang kurang dilakukan menjadi pelajaran bagi pembaca. Apalagi menghadapi anak perempuan yang sudah beranjak melewati masa remaja dan lebih matang akan prinsip dan pilihan hidupnya.

Mengekang atau memarahi sudah bukan solusi tepat melainkan bicara dari hati ke hati sebagai teman, sahabat dan mengesampingkan sedikit egoisme dan luka masa lalu. Korban pola asuh karena luka masa lalu itu ibarat memelihara bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Dan sudah ditunjukkan Kanaya akhirnya pada Nina.

Cinta itu Pengorbanan

Saya sepakat dengan ini meskipun yang namanya manusia jiwa perhitungannya kadang muncul. Reno mengerahkan segala upayanya untuk membuat orang yang dicintainya bahagia adalah bentuk pengorbanan. Begitu juga Eyang Yono yang berkorban untuk tidak bisa kembali ke Indonesia hanya karena tidak setuju dengan Orde Baru.

Nina pun demikian berkorban waktu menemani tumbuh kembang Kanaya demi melihatnya tetap hidup dengan segala kectercukupan. Bagaimana Kanaya? Oh jelas, Kanaya berkorban mengikuti semua keinginan ibunya karena di dalam hatinya sangat mencintai ibunya yang sudah berbuat apa saja demi kehidupannya bisa seenak saat ini.

Belajar Melupakan Dendam agar Tumbuh Rasa Percaya

“… aku tidak mau ditenggelamkan luka. Percayalah, hanya kita sendiri yang bisa mengobati luka itu…”

Baca kalimat di atas memang pantas disampaikan Eyang Yono kepada Nina. Sorot matanya yang menggambarkan kesedihan dan sakit hati masa lalu dengan mudah bisa terbaca oleh Eyang Yono. Meskipun dengan aktivitas segudang sebagai upaya untuk bangkit terus dilakukan dan seolah tidak ada apa-apa, tetap saja tidak bisa menutupi.

Melupakan dendam dan berusaha percaya bahwa tidak semua akan sama kondisinya dengan masa lalu itu sikap move on yang lebih baik. Sulit? Wajar karena harus ada sinkronisasi hati,

pikiran dan tingkah laku pastinya.

review novel kekasih semusim

 

Hal yang Diharapkan dari Novel Ini

Ada Lanjutan Kisah, Kekasih Semusim II

Mungkin isinya mengenai penyesalan Reno dan itikad Reno untuk tetap menikahi Kanaya dengan alasan cinta. Soal Nina, it’s about past, yang berlalu biarlah berlalu. Hal penting untuk saat ini adalah kebutuhan Kanaya akan cinta meskipun sebenarnya yang dibutuhkan dirinya adalah sosok ayah.

Kanaya juga harusnya dijadikan sebagai tokoh yang sukses dalam bidang influencer karena pekerjaan inilah yang ke depannya akan lebih banyak. Dan menurut saya akan semakin memperpanjang usia novel Kisah Semusim ini di pasaran. Bisa jadi di dalamnya ditambahkan upaya-upaya yang dilakukan Kanaya untuk sukses, selain karena ada sosok Reno sebagai best support system.

Saran Aktor dan Artis karena Rencana Difilmkan

Memang sih saya bukan siapa-siapa sehingga bisa mengajukan seperti ini. Namun, sebagai pembaca Kekasih Semusim dan saat ini belajar menulis yang mentornya Dini Fitria sendiri, ingin sekali menyodorkan:

  • Velove Vexia sebagai Kanaya
  • Cut Mini sebagai Nina
  • Chicco Jericho sebagai Reno
  • Ringgo sebagai Abi
  • Nirina Zubir sebagai Cindy
  • Eyang Yono tetap tak usah diganti, ganteng sih meskipun sudah 85 tahun

Ini sih imajinasi saya, haha. Memang sih ada banyak yang bisa saja disebutkan seperti Reza Rahardian, Maudy Ayunda dan lain-lain hanya saja ada scene yang karakter Chicco dan Velove lebih masuk. Ini pengamatan dangkal saya saja.

***
Well, membaca novel Kisah Semusim memang sukses membawa saya seolah masuk ke tubuh Kanaya. Menikmati setiap perjalanan usia dengan kondisi dikekang ibu. Tidak boleh mengenal cinta terlalu dini agar jauh dari sakit hati. Sulit memberikan kepercayaan hanya karena trauma masa lalu.
Tidak keliru tetapi seharusnya punya porsi yang manusiawi. Sebab setiap manusia punya garis nasib berbeda. Jika kebetulan secara kasat mata tampak sama, mungkin kebetulan saja atau ada hikmah yang sudah disiapkan dariNya. Hidup ini tidak ada yang sia-sia.
Facebook
Twitter

Related Posts

20 Responses

  1. Jadi penasaran pengen baca Novel Kasih Semusim ini, Mbak. Banyak yang ngereview dan bilang bukunya bagus gitu… Ditambah lagi baca dari review Mbak ini

  2. Emang sih gak boleh mengenal cinta terlalu dini, eh pas lihat cowok dikit langsung suka. Sakit hati tuh ntar T_T

Leave a Reply to Lita Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *