Search
Close this search box.

Prompt#15: Akhir Penantian

Prompt#15: Akhir Penantian

“Do, akhirnya kita menikah juga. Aku bahagia banget.”

“Aku juga, Al.”

“Yuk, sekarang kita buka kado-kadonya!” ajak Alika kepada Aldo yang kini telah menjadi suaminya.

Perjuangan untuk mendapatkan Aldo memang tidak sia-sia. Lebih kurang lima tahun Alika menunggu Aldo pulang dari Australia. Studi Aldo yang tak bisa diganggu gugat membuatnya terlambat menikah. Usia yang hampir masuk kepala tiga sungguh mengkhwatirkan seluruh keluarga besarnya. Tetapi Alika berjuang meyakinkan diri dan keluarganya kalau Aldo pantas untuk ditunggu.

“Baiklah. Kita mulai dengan yang ini.” Ucap Aldo sembari mengambil kado yang berukuran besar. Lumayan berat ketika diangkat.

“Hati-hati, Do. Kalau tidak kuat biar dibuka di situ saja.”

“Nggak, kok. Kamu buka saja kado yang lain.”

Alika menyetujui saran Aldo dengan anggukan. Matanya berbinar memandang ketampanan Aldo. Memang tak setampan Dude Herlino, kulit putih bersih di wajah Aldo sudah cukup membuatnya berbunga-bunga. Betapa khawatirnya Alika ketika Aldo berada di luar negeri. Alika takut jika Aldo dirayu wanita bule yang menghancurkan impiannya. Tetapi kekhawatiran itu akhirnya sirna dengan pernikahannya kini.

Alika membuka kado satu per satu ditemani Aldo yang juga sibuk membuka kado lainnya. Sebuah kado berwarna hitam putih bermotif hati menarik perhatian Alika. Tak ada nama pengirimnya. Alika penasaran lalu dibukanya pelan-pelan.

“Kamu kenapa Alika? Ada apa?” Aldo kaget mendengar tangis Alika. Di tangan Alika ada foto Aldo dan Arin dalam bingkai yang tidak lain isi kado tadi.

“Ka…kamu pernah dekat dengan Arin. Sejauh apa, Do?” tanya Alika.

“Iya. Itu masa lalu Alika. Sudahlah. Lagipula nggak mungkin Arin yang mengirim ini. Toh, dia sudah meninggal dunia setahun lalu.” Ucap Aldo menenangkan Alika.

“Tetapi kamu tidak tahu kenapa Arin akhirnya meninggal, Do. Atau kamu sudah tahu?”

“Lho, memangnya Arin meninggal kenapa? Kata Rio, Arin meninggal karena kecelakaan.”

“Bukan… Bukan, Do. Arin meninggal karena AIDS…!” Alika akhirnya mengatakan rahasia itu padahal dirinya sudah berjanji untuk menjaga rahasia itu.

“A…apaaa? AIDS? Ah, nggak mungkin. Nggak mungkiiin… Tidaaakkk!” Aldo teriak lalu tersungkur di samping tempat tidur.

Kebahagiaan Alika diuji. Di awal pernikahan harus mengetahui kalau suaminya, Aldo, terkena virus HIV. Kejujuran Aldo seperti petir di teriknya matahari. Hanya air mata yang mampu terbahasakan dalam wajahnya. Alika ingat betapa susah payahnya menampis omongan tetangga karena terlambat menikah. Tetapi akhirnya mendapatkan suami penderita HIV AIDS, penyakit menakutkan bagi semua orang.

“Alika, aku pasrah jika kita harus berpisah. Lebih baik sekarang daripada nanti.”

“Biarkan aku berpikir. Aku mau pulang ke rumah orang tuaku dulu.” Alika meminta izin untuk menenangkan diri. Cintanya kepada Aldo begitu besar tetapi kerikil tajam menghantam hatinya.

Seminggu kemudian…

Sebuah SMS datang ke ponsel Aldo:

Aldo, maafkan aku. Cintaku begitu besar kepadamu hingga bahagia itu terlalu cepat pergi setelah tahu soal kamu dan Arin. Tetapi, aku percaya ini ujian untukku. Jemput aku besok yah… Love you…!

SMS Alika membuat Aldo bahagia. Bersyukur karena Arin mau menerima dirinya apa adanya. Di simpannya ponsel di atas meja. Lagu Too Much Love Will Kill You by Queen mengalun menemani malam Aldo.

Total: 479

 

Facebook
Twitter

Related Posts

25 Responses

  1. Mbaa.. hehehe ini ngenes ya si Alika. To akhirnya happy ending. Klo boleh kasih masukan ada beberapa kata yang kurang dan lebih ya mba. Hehe maaf sebelumnya 🙂

    -usianya hampir masuk kepala…
    -tapi kamu tahu tidak tahu…

  2. “Ka…kamu pernah dekat dengan Arin. Sejauh apa, Do?” tanya Alika. —> Belum dijawab Aldo, tapi Alika seolah sudah tau jawabannya. Miris kalau ini kenyataan. Heuheu.. Saya terlalu terbawa ceritanya nih. Semoga muda mudi di luar sana tidak melakukan tindakan ini hingga mereka menikah 🙂

  3. Wah masih mau terima??? kerenn tapi gimana nasib anaknya nanti anaknya biasanya kena juga hahaha

    terbawa emosi aku mbak

  4. ahhhkkk.. knp aq membaca ini sebelum bikin punyaku sendiri -_-
    udah bnyk masukan kayaknya 😀
    sukses mak 😀

  5. uhhhfk, katanya sih setiap penyakit ada obatnyah *inimahOOT :D. suka yang hepi2 ending 🙂 *dirisendirimasihngeblank 😀

  6. sebenernya akan jadi FF yang lumayan kalau berhenti di titik ketika aldo tersungkur di tempat tidur.

    lanjutan setelah itu justru membuat cerita ini jadi terasa tawar.

Leave a Reply to Chemist Rahmah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *