Search
Close this search box.

Narsis Sejenak di Taman Bungkul Surabaya

Taman Bungkul di Surabaya

Narsis Sejenak di Taman Bungkul Surabaya – Sebagai orang baru (maksudnya baru 3 tahun) mengenal Surabaya, ada satu spot yang memberikan sedikit kenangan dalam hidup saya. Kenangan yang selalu membawaku pada masa awal berkenalan dengan Surabaya. Spot itu bernama Taman Bungkul.

Taman Bungkul di Surabaya

Tentu semuanya sudah sangat familiar dengan taman kebanggaan kota Surabaya ini. Taman dengan pesonanya tersendiri sehingga mampu membuka mata dunia, bahwa Surabaya patut diperhitungkan. Taman Bungkul Surabaya, ikon kota Pahlawan yang membawa nama Bu Risma semakin harum. Betapa tidak, berkat kegigihan beliau taman ini mampu mengangkat Indonesia, Surabaya khususnya, meraih penghargaan The 2013 Asian Townscape Sector Award”. Sebuah apresiasi yang setimpal dengan kerja keras walikota bersama dengan masyarakatnya.

Sebenarnya, saya ke Taman Bungkul Surabaya waktu itu tidak direncanakan dengan matang. Hanya kebetulan saja, eh padahal tidak ada yang kebetulan. Semua sudah takdirNya memang. Saya harus menjadikan taman yang asri dan nyaman ini sebagai tempat menunggu jemputan suami di sore hari. Ceritanya, saya pulang dari sebuah event di salah satu media ternama. Karena suami masih mengurus kerjaan dan sayang jika ditinggalkan begitu saja, maka saya diminta menunggu saja di Taman Bungkul. Letaknya tidak jauh dari rumah sih sebenarnya. Saya yang belum mahir menggunakan angkutan umum (kecuali taksi), sehingga suami meminta sabar dengan menunggu.

TakdirNya memang tidak pernah keliru. Saya kala itu membawa tripod. Daripada bosan menunggu dan melewatkan waktu berlalu tanpa ada kegiatan bermanfaat, maka saya mencoba “percaya diri” untuk narsis sepuasnya di Taman Bungkul Surabaya. Memang awalnya ada rasa malu dan pipi memerah. Tetapi, saya kemudian mencoba cuek (padahal masih deg-degan juga) dengan sekeliling yang melihat tingkah laku saya.

Tripod dan kamera saya posisikan sedemikian rupa. Saya tahu ada banyak pasang mata yang mengamati. Apalagi saat saya sudah beraksi dengan gaya seadanya. Tujuannya narsis bagi saya adalah keberadaan saya di sebuah lokasi dan terekam kamera, itu sudah cukup. Tidak perlu gaya yang terlalu berlebihan.

Dan lihatlah bagaimana hasilnya,

Taman Bungkul

Narsis di Taman Bungkul
“A” for “Amazing” or “Amma”

Tampak biasa saja, bukan?

Oiya, sedikit menceritakan tentang Taman Bungkul Surabaya ini. Taman ini diresmikan tanggal 21 Maret 2007 dengan berbagai sarana lainnya, seperti area untuk skateboard track,jogging track, telepon umum, green park dengan kolam air mancur, amfiteater, pujasera, taman bermain untuk anak-anak, juga ada akses internet gratis.

Kata Bungkul ini berasal dari nama tokoh penyebar agama Islam yang bergelar Sunan Bungkul. Nama aslinya Ki Ageng Supo. Makam Sunan Bungkul ini pun terletak tidak jauh dari taman ini dibangun. Lokasinya pun sangat strategis karena berada di tengah kota Surabaya, tepatnya Jl. Raya Darmo, Surabaya.

Untuk dapat mengaksesnya pun sekarang tidak perlu galau lagi. Cukup buka google map maka akan muncul jalur-jalur yang harus ditempuh untuk sampai di taman ini. Tidak perlu khawatir akan tersesat. Kalaupun tersesat (aduh, semoga nggak deh), tinggal hubungi teman-teman lewat social media. Pasti banyak yang bantu. Hari gini semuanya nggak usah dibikin ribet…

Well, foto-foto narsis saya di atas memang masih jauh dari kata sempurna (apalagi wajahnya, hehehe…). Masih terus belajar bagaimana menghasilkan foto yang bagus, cetar dan tentu saja memiliki nilai tinggi di bidang fotografi. Intinya, narsis dan abadikan moment saja dulu karena terkadang moment tak bisa diulang persis sama dengan sebelumnya.

Bagaimana dengan kamu, sudah pernah ke Taman Bungkul Surabaya?

Facebook
Twitter

Related Posts

5 Responses

  1. Alhamdulillah, sekian tahun pernah tinggal di Surabaya dan masih srg riwa-riwi ke Sby, akhirnya bisa menikmati pesona taman bungkul tahun 2014 kemarin.

    Pdhl kalau melintasi jalan raya di depan taman bungkul sangat-sangat sering. Sampai mupeng tiap kali lewat, tapi blm bisa berhenti kala itu

Leave a Reply to Lusi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *