Search
Close this search box.

Media Sosial dan Kehidupan Seorang Blogger

Media Sosial dan Kehidupan Seorang Blogger – Setelah menuliskan mengapa menulis blog hingga alasan mengikuti sebuah komunitas bloger, hari ini sampai pada bagaimana media sosial turut berpengaruh dalam perjalanan hidup saya sebagai blogger. Kita tentu sadar betul bahwa kehadiran media sosial sudah sebegitu pentingnya. Betapa tidak, informasi seputar apapun bisa diperoleh di sana. Bahkan curhatan receh sekalipun. Setuju atau tidak, tetapi itulah realitanya. Dan itu tidak hanya menjangkiti orang-orang di luar blogger.

Saya sendiri pernah merasakan bagaimana nyamannya menuangkan segala hal di media sosial tak terkecuali masalah pribadi. Lalu, setelah itu yang saya peroleh adalah komentar, like hingga curhatan tersebut memancing beberapa orang untuk bertanya lebih lanjut lewat japri. Apakah saya merasa puas dengan hal tersebut? Mungkin di satu sisi iya, tetapi percayalah di sisi lain justru menjadi beban karena akhirnya segala hal tentang diri terkupas begitu saja bahkan bagi orang yang tak mengenal secara langsung.

Sejak saat itu, saya kemudian kembali menelaah diri saya sendiri. Apakah media sosial memang tempat yang aman untuk mengumbar semua masalah pribadi? Bahkan mempertaruhkan reputasi diri hanya sekadar untuk mendapat simpati warga cyber net, rasanya sudah cukup dan selesai sampai di situ.

Media Sosial Tempat Bersilaturahim

Saat ini, media sosial lebih penting untuk melakukan share kebaikan saja. Menjalin silaturahim pada keluarga yang hanya bisa bertemu di media sosial, bahkan bisa kembali menyambung silaturahim dengan teman sekolah yang sudah lama berpisah dan kini berada jauh.

Silaturahim dengan sesama blogger pun lebih baik dengan saling mendukung satu sama lain. Berdiskusi hal-hal yang bisa membantu masing-masing dalam mengembangkan diri. Bahkan belajar bagaimana memenej hal-hal negatif yang muncul di media sosial. Silaturahim seperti ini yang mampu melanggengkan pertemanan.

Tahan Jempol untuk Sebar HOAX

Kita pun tentu tahu saat ini HOAX sangat mudah sekali menyebar di media sosial. Bahkan tidak sedikit dari kalangan blogger pun akhirnya bimbang karena bingung tentang informasi yang diperoleh, HOAX or not, share or report it.

Nah, untuk itu perlu banget sebuah self-management dalam mengelola media sosial yang dimiliki. Jangan sampai akun yang kita bangun justru menjadi malapetaka karena menyebarkan berita yang tidak benar atau bahkan menyudutkan pihak-pihak tertentu. Karena dampaknya ada yang tidak bisa kita lihat saat ini, tetapi nanti, mungkin kelak di akhirat sana.

Duh ngeri amat sih sampai bawa-bawa akhirat…

Ada yang pernah nyeletuk seperti itu pada saya. So far saya biarkan saja sembari tetap memperbaiki konten media sosial yang saya miliki. Karena yakin atau tidak, mau atau tidak mau, segala hal yang kita lakukan di dunia ini semua punya balasannya kelak. Sekecil apapun itu. Bukankah yang terbesit di hati saja, Tuhan sudah mengetahuinya?

Prinsip Saya Ber-Media Sosial

Bagi saya pribadi, media sosial tempat untuk:

  • Berbagi informasi yang baik-baik saja
  • Menjalin silaturahim dengan sesama teman, baik yang sudah berteman di dunia nyata atau belum
  • Berusaha se-profesional mungkin ketika mengerjakan sebuah proyek campaign agar pesan tersampaikan
  • Menyimpan kenangan yang baik
  • Belajar memahami karakter orang lain
  • Berkomentar dengan kalimat yang sewajarnya
  • Berkarya dengan baik

Dengan memegang prinsip di atas, saya berusaha untuk tetap eksis dengan cara yang baik pula. Karena media sosial bukan tempat untuk saling menyerang argumen sebab Bahasa tulisan selalu tidak akan sama rasanya dengan Bahasa lisan. Jadi, perlu kondisi hati yang fit ketika berani melangkahuntuk bermain media sosial.

Media Sosial yang Saya Miliki

Banyak akun saya pada hampir semua jenis media sosial. Mulai dari facebook tahun 2008 lalu, saya menjadikannya tempat untuk share kebahagiaan menjalani perkuliahan magister. Namun saat ini, lebih banyak kepada urusan pekerjaan saya sebagai blogger.

Nama akun media sosial yang saya buat pun semuanya hampir mirip satu sama lain. Tetap, personal branding dengan menggunakan kata “Chemist” tidak bisa saya tinggalkan. Meskipun ada beberapa akun yang namanya memang sengaja dibuat untuk mencerminkan isi di dalamnya.

 

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

“Me Time” ketika sensor kamera jadulku sembuh dari penyakit adalah motret… semangat jepret terus sambil ngopi… #rp_054metimeayu #rp_giveaway028 #rumahpoto @rumah_poto Hello Ayu ( @ayu.dwinov ) cantik tergemes nan membahana sepanjang masa 😍 semoga berkenan ya 🙏 Yuk kakak @isnajepang @trianadewi_td @nurmavitarini ikutan juga…

Sebuah kiriman dibagikan oleh katalensaku (@katalensaku) pada

Salah satu contoh akun Instagram saya @katalensaku. Pada akun ini, saya murni hanya melakukan share hasil jepretan kamera jadul saya saja. Isinya bercerita tentang sejauh mana Canon 1000D menjadi partner saya untuk melakukan me time yang menghasilkan.

Nah, yang ingin berteman, follow atau sekadar like bisa mengikuti saya di media sosial yang paling aktif sebagai berikut:

  • Facebook: Rahmah Chemist
  • Instagram: @ammachemist | @ammabacabuku | @katalensaku | @ammakuliner | @salfaction (akun khusus anak saya)
  • Instagram Jualan Saya: @rocellasby dan @agenbajuanak
  • Twitter: @amma_chemist
  • Youtube: https://www.youtube.com/mhaniest & https://www.youtube.com/channel/UCNbz37-HuF1LewKRSBuXRqg (Salfa)

Kalau ada yang bertanya mengapa Instagram saya banyak, yaa jawabannya karena berbeda tujuan yang ingin dicapai dalam akun tersebut.

Jadi, sudah sejauh mana media sosial memberikan manfaat positif bagimu, guys?

Facebook
Twitter

Related Posts

2 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *