Search
Close this search box.

Langkah Nyata APRIL Dalam Konservasi dan Restorasi Hutan

Perubahan iklim di bumi sudah menjadi ancaman nyata. Dampak negatifnya mulai dirasakan. Oleh sebab itu, semua pihak dituntut untuk berkontribusi menjaga keseimbangan iklim. Hal itulah yang mendasari APRIL Group berinisiatif melakukan praktik konservasi dan restorasi hutan dengan serius.

APRIL melakukannya karena menjadikan keseimbangan iklim sebagai perhatian. APRIL Indonesia tidak mau hanya mencari profit belaka. Mereka juga ingin berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan. APRIL Asia tahu persis betapa besar arti kelangsungan alam maupun manfaatnya bagi manusia. Atas dasar itu, konservasi dilakukan oleh APRIL secara serius. APRIL Group melaksanakannya di area konsesi yang mencapai satu juta hektare.

Area konsensi APRIL Group sejatinya hanya sebesar 1,3% dari total area hutan produksi di negeri kita. Sedangkan perkebunan yang dikelola APRIL Indonesia cuma 0,6% dari total kawasan hutan produksi atau 0,4% dari total hutan di Indonesia. Meski begitu, APRIL Asia tahu bahwa mereka mendapat amanat penting dalam pengelolaan hutan. Oleh karena itu, tidak semua area hutan dimanfaatkan untuk produksi.

Lihat saja, hanya 480 ribu hektare yang dimanfaatkan oleh APRIL untuk hutan tanaman produksi. Sisanya justru mereka gunakan untuk area konservasi maupun diserahkan kepada masyarakat untuk dimanfaatkan. Melakukan praktik konservasi berarti melindungi kawasan hutan dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Supaya pelaksanaannya bisa berjalan optimal, butuh desain khusus dalam area yang dilindungi. Terkait hal tersebut, APRIL Indonesia menggunakan model ring plantations.

Sesuai namanya, pendekatan ini merupakan sistem konservasi dengan penanaman secara melingkar seperti cincin. Dalam ring plantantions, tanaman produktif ditanam di area luar. Tujuannya untuk menciptakan zona buffer atau penahan untuk melindungi area hutan yang dilindungi di bagian dalam.

Ring plantations memungkinkan keterlibatan masyarakat dalam konservasi. Tanaman produktif di bagian luar membuka kesempatan kerja serta mendukung penghidupan masyarakat. Logikanya orang hanya akan memanfaatkan pohon di area penahan sehingga tidak akan menjarah ke area dalam yang dikonservasi. Di dalam lahan konsesi milik APRIL Indonesia, tanaman akasia yang ditanam secara melingkar. Pohon akasia dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat pulp dan kertas yang menjadi produk APRIL. Masyarakat ikut terlibat di dalam hutan tanaman produksi APRIL Asia. Mereka bisa bekerja menanam dan merawat pohon akasia. Selain itu, mereka juga dapat menjadi mitra kerja yang menyuplai pohon akasia untuk APRIL.

Selain ring plantantions , APRIL Asia masih melakukan hal lain dalam perlindungan hutan. APRIL memutuskan memaksimalkan area konsesi yang dipunyai untuk kawasan konservasi. Mereka justru menyisakan lahan hutan lindung jauh lebih luas dibanding ketentuan yang diharuskan oleh pemerintah.

Selama ini pemerintah sudah menetapkan aturan dalam konsensi. Kawasan konsesi dibagi. Tidak semuanya dijadikan sebagai lahan produksi oleh pemegang konsesi. Masih ada bagian yang diperuntukkan untuk masyarakat umum ataupun area konservasi. Sesuai aturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia, area hutan tanaman industri mencapai 70 persen dari total luas lahan konsesi. Sisa sepuluh persen harus dipakai sebagai kawasan konservasi. Sedangkan 20 persen lainnya bisa dipakai untuk masyarakat umum, infrastruktur, atau keperluan publik yang lain. APRIL Indonesia tdak hanya mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah. Mereka malah memberi lebih. Porsi untuk area konservasi di dalam lahan konsesi yang dimiliki APRIL justru mencapai 27 persen, lebih tinggi 17 persen dibanding ketentuan.

APRIL Indonesia rela menurunkan persentase lahan yang digunakan untuk hutan tanaman produksi. Di APRIL, luasnya hanya 50 persen dari lahan konsensi, lebih rendah 20 persen dari aturan pemerintah. Akibatnya, area untuk kepentingan masyarakat di dalam lahan konsesi APRIL juga bertambah luas. Sektar 23 persen dari total lahan konsesi APRIL Indonesia dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, infrastruktur, serta kepentingan publik yang lain. Ini membuat secara total, ada 50 persen lahan konsesi APRIL yang diperuntukkan untuk konservasi atau kepentingan publik. Luas ini lebih rendah dari kententuan yang diharuskan pemerintah.

RESTORASI EKOSISTEM

APRIL juga melakukan terobosan dalam restorasi lahan dan hutan. Mereka mendukung kegiatan yang dinamai sebagai Restorasi Ekosistem Riau (RER). Di dalamnya berisi beragam upaya untuk menyelamatkan dan mengembalikan fungsi sejumlah lahan di Semenanjung Kampar yang terletak di Provinsi Riau.

Area Semenanjung Kampar merupakan kawasan yang unik. Ini adalah salah satu lahan gambut terluas di Asia Tenggara. Di dalamnya terdapat ekosistem rawa gambut dengan keanekaragaman hayati tropis yang kaya. Namun, sayang sekali, kualitas kawasan hutan di Semenanjung Kampar telah terdegradasi karena beragam hal.

APRIL Group sangat prihatin dengan kondisi yang terjadi di sana. Patut disadari, penurunan kualitas lahan gambut akan sangat berpengaruh besar terhadap masa depan manusia secara umum. Sebab, hutan gambut punya peran sangat penting dalam menjaga keseimbangan iklim.

RER dimulai pada Mei 2013 dan diresmikan oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia saat itu, Zulkifli Hasan. Di dalamnya terdapat empat langkah utama. Hal itu adalah melindungi lanskap dari degradasi lebih lanjut, mengkaji ekosistem dan lingkungan sosial bagi mereka yang bergantung padanya. memulihkan ekosistem dengan merevitalisasi tanaman asli dan spesies satwa liar, dan mempertahankan keanekaragaman hayati dan kehidupan masyarakat.

Keseriusan APRIL Group dalam RER terlihat dari langkah yang diambil. Lihat saja, APRIL rela mengucurkan dana sebesar 17 juta dollar Amerika Serikat untuk mendukung RER. Bahkan, jumlah itu akan melonjak menjadi 100 juta dollar AS selama sepuluh tahun ke depan.

Terkait ini, APRIL telah mengumumkannya dalam Pertemuan COP 21 di Paris, Prancis, pada Desember 2015. “Komitmen ini menggambarkan bahwa pihak swasta juga memiliki andil secara nyata, bukan hanya ikrar, tapi benar-benar menunjukkan hasil,” ujar Managing Director APRIL Group Indonesia Operations Tony Wenas.

Supaya pelaksanaan RER lancar, APRIL menyerahkan ke para profesional. Mereka menjalin kerjasama dengan institusi yang kompeten seperti Fauna & Flora International (FFI), Bidara, dan The Nature Conservancy (TNC). Ketiga pihak dipilih karena memiliki kapasitas dalam restorasi, mengelola lahan gambut, hingga melakukan kajian ilmiah.

RER merupakan program jangka panjang. APRIL Group telah mendapatkan izin restorasi dari Pemerintah Indonesia selama 60 tahun. Masa-masa itu akan digunakan secara optimal untuk mengembalikan fungsi dan peran hutan gambut di Semenanjung Kampar. Tanggung jawab APRIL sangat besar. Total ada lahan seluas 150 ribu hektare yang akan diperbaiki dan dijaga supaya berfungsi normal seperti sedia kala.

Awalnya RER meliputi area seluas 20.265 hektare di Semenanjung Kampar, dengan tambahan 130.000 hektare pada tahun 2015. Area ini diatur melalui sebuah izin restorasi ekosistem yang diberikan oleh pemerintah Indonesia pada bulan November 2012.  Untuk mengelola lahan seluas itu ada sekitar 22 ribu orang yang aktif melaksanakannya.

Namun, APRIL tahu persis bahwa proses restorasi dan konservasi hutan tidak akan bisa berjalan baik tanpa partisipasi masyarakat.  Atas dasar ini, pengelola RER dengan dukungan APRIL melakukan sosialiasi ke berbagai desa di kawasan Semenanjung Kampar. Selain itu, masyarakat sekitar direkrut sebagai bagian dari tim RER.  Bersamaan dengan itu, sejumlah program pemberdayaan masyarakat juga dilakukan.

Partisipasi masyarakat diharapkan akan semakin mempermudah pelaksanaan RER. Ke depannya sangat diharapkan kondisi lahan dan hutan gambut di Semenanjung Kampar kembali normal seperti sedia kala. Hal itulah yang diimpikan oleh APRIL Group yang berkomitmen penuh mendukung RER dan semua bentuk praktik konservasi hutan.

Facebook
Twitter

Related Posts

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *