Search
Close this search box.

Kisah Penerapan Social Distancing Saat Pandemi Covid-19

penerapan social distancing

Serba-Serbi Penerapan Social Distancing Saat Pandemi Covid-19 – Mencegah penyebaran virus Corona yang sudah semakin banyak di Indonesia, menjadikan pemerintah untuk melakukan social distancing. Namun, himbauan ini tidak 100% diterima dengan baik oleh masyarakat. 

“Kok gitu?” 

Ya, secara kasat mata dan sebagai orang awam yang melihat kondisi sekitar, masih banyak yang acuh dengan himbauan untuk social distancing. Bahkan di depan rumah saya masih ada saja bapak-bapak plus kakek-kakek yang cangkruk sambil ngopi. 

Ketika mereka diinformasikan soal social distancing, dengan santainya dijawab: “Lha wong mek cangkruk ae. Ga lapo-lapo.” (Ya, hanya sekadar duduk. Tidak berbuat apa-apa). Kalimat itu sungguh membuat saya tidak habis pikir dan bergumam: “Ya kalo nggak ngapa-ngapain kan bagusnya di rumah aja. Kok malah ngumpul?!” 

penerapan social distancing

Reaksi Masyarakat terhadap Penerapan Social Distancing Saat Pandemi Covid-19

1. Acuh

Begitulah yang terjadi. Belum lagi ketika harus bertandang ke minimarket untuk mencari kebutuhan yang akan dibeli. Jarak masih belum diperketat aplikasinya. Antrian masih berdekatan meskipun pihak minimarket berdalih sudah memberikan tanda dan juga informasi di bagian kasir. Tetapi tetap saja ada yang tidak memahami atau bahkan tidak mau melakukannya.

Itu masih lingkungan kecil tempat saya tinggal. Belum di tempat yang lain dimana terdengar masih jauh lebih kompleks. Ragam masalah yang terjadi akibat penerapan social distancing satu persatu pun muncul. Bahkan reaksi masyarakat pun sungguh bervariasi. 

2. Panik

Hal ini juga terlihat karena beberapa orang menimbun barang. Akhirnya, stok menipis bahkan langka. Panic buying akhirnya terjadi dimana-mana. Dan kesempatan bagi seller untuk menaikkan harga yang mencengangkan.

3. Santai Tapi Waspada 

Sikap ini berlaku bagi yang berusaha tetap tenang meskipun di dalam hati merasa was-was. Sebab, yang namanya virus Corona ini tak mengenal siapa pun diri kita. Sekelas menteri saja bisa terkena virus Corona apalagi kalau hanya rakyat biasa. Beruntungnya orang yang tipe ini tetap menjaga dirinya dengan melakukan protokol kesehatan

4. Sombong

Karena berdalih hanya takut dengan Tuhan, maka protokol kesehatan sebagai tindakan preventif penyebaran virus Corona pun diabaikan. Bahkan istilahnya memasang dada karena merasa dirinya baik-baik saja jadi tidak mungkin terkena virus. Orang seperti ini ternyata di luar sana pun tidak sedikit. 

*** 

Well… apapun reaksi kita terhadap Corona, setidaknya jangan merugikan orang lain. Sebab terjangkit virus Corona sama saja membuat sulit orang sekitar. Andai kemudian diterima dengan baik dan dilakukan sepenuhnya berharap pada kebaikan, tentunya wabah Covid-19 segera berlalu. Jujur saja, was-was datang tanpa henti kalau seperti ini. 

Facebook
Twitter

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *