Search
Close this search box.

Kemajemukan Budaya Kampung Halaman adalah Konsep Budaya Paling Indonesia

Bhinneka Tunggal Ika

Berbicara tentang sesuatu yang menjadi “Paling Indonesia” adalah sebuah kemajemukan budaya. Hal ini juga termaktub di dalam Pembukaan atau Preambule Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi landasan bangsa Indonesia.

Jika disimak lebih mendalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, maka yang ditemukan adalah sebuah konsep kebudayaan yang menyeluruh yang dirinci ke berbagai turunan pasal-pasal. Konsep-konsep tersebut kemudian tersaring menjadi sebuah konsep budaya yang paling mencirikan bangsa Indonesia dalam sebuah kemajemukan budaya.

Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian mengandung konsep budaya majemuk tersebut tidak lahir dengan sejarah singkat namun timbul dan dikerahkan oleh jiwa-jiwa muda yang berasal dari kemajemukan budaya untuk mewujudkan bangsa ini menjadi negara Republik Indonesia. Dan tidak banyak yang mengetahui bahwa gerakan budaya yang mengakar pada diri bangsa Indonesia lebih dahulu muncul dibandingkan gerakan politik, baik itu politisasi agama maupun lainnya. Berbagai wacana budaya kemudian timbul sebagai salah satu jalan untuk merekatkan nilai berbangsa dan bernegara agar tetap menjadikan Indonesia sebagai negara Republik Indonesia. Lagi-lagi kemajemukan budaya yang mengantarkan bangsa Indonesia tetap berdiri seperti sekarang.

Hal itu juga semakin dimantapkan, dimana kemajemukan budaya dinyatakan dalam sebuah motto “Bhinneka Tunggal Ika”. Bangsa Indonesia menjadi satu akibat merekatnya nilai-nilai budaya dalam membentuk sebuah Republik dan semua didukung oleh program-program kebudayaan yang menjadikan seluruh insan bangsa menjadi paling Indonesia.

Saya kemudian menelisik sebuah budaya yang berasal dari kemajemukan budaya bangsa ini. Budaya kampung halaman yang lahir di sebuah tempat yang boleh dikatakan sebagai tempat yang memegang teguh nilai budaya sebagai bentuk keyakinannya akan kesuksesan Undang-Undang Dasar 1945 dan motto Bhinneka Tunggal Ika dicetuskan. Budaya kampung halaman ini sangat mencerminkan sebuah bangsa yang memberikan nilai-nilai kearifan yang paling Indonesia. Budaya ini yang masih melekat disaat semua manusia-manusia Indonesia hanya muncul sebagai generasi yang hanya Indonesia di kulit luarnya saja tetapi secara materi dan isi (substansi) jauh dari karakter Indonesia.

Budaya kampung halaman, budaya paling Indonesia yang dimiliki oleh masyarakat Dayak. Masyarakat yang hidup dengan falsafah yang artinya tidak sekedar hanya berupa “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi” melainkan bagaimana “seluruh umat manusia memiliki satu jalur pengembaraan pikiran antara manusia yang satu dengan yang lain” atau lebih dalam lagi “berlomba-lomba menjadi anak manusia yang manusiawi dan berke-Indonesia-an hingga semuanya mendekati pintu surga”. Namun, budaya kampung halaman yang mencirikan karakter Indonesia tersebut kemudian hilang ditelan derasnya arus westernisasi budaya. Hingga seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa yang ada saat ini dalam ruang lingkup bangsa Indonesia adalah manusia-manusia yang hanya Indonesia dalam kulitnya saja dan tidak secara substansi mengerti dan memaknai bangsa Indonesia ini secara hakiki.

Masyarakat Dayak yang kemudian terbagi menjadi beberapa jenis berangsur menjadi sulit ditemukan dalam skala besar. Tertekan oleh ke-mayoritas-an etnik-etnik lain sehingga yang muncul dan terlihat adalah sikap intoleransi terhadap budaya minoritas. Padahal, ada nilai-nilai murni yang mencerminkan karakter Indonesia dalam budaya kampung halaman yang mereka miliki. Tetapi, darah-darah yang tumbuh dalam jiwa manusia yang memahami hakikat budaya kampung halaman ini akan tetap ada meski harus menerapkannya dalam konsep budaya dengan skala yang tidak besar.

Kecintaan akan alam serta memanfaatkan alam dalam memenuhi kebutuhan hidup tanpa harus merusak alam adala budaya kampung halaman paling Indonesia, sebab Indonesia terkenal dengan banyaknya sebaran hutan dan kaya akan rempah-rempah. Tetapi, justru hanya sedikit manusia asli Indonesia yang berani untuk menggali potensi tersebut. Orang-orang yang berasal jauh dari Indonesia yang seringkali menemukan sebuah kekayaan yang tak ternilai dengan materi di negeri Indonesia ini.

Budaya kampung halaman memberikan pelajaran yang sangat berharga namun sayang sekali harus terkikis satu demi satu akibat perubahan zaman yang semakin modern. Tidak disalahkan ketika manusia-manusia baru lahir sebagai generasi Indonesia kemudian tidak lagi mengenal tentang budaya mereka saat ini. Bahkan mungkin mereka mendapatkan wacana tentang budaya mereka hanya melalui buku-buku usang. Orang tua menjadi alpa dalam mencerminkan kebudayaan yang dimiliki bangsa ini kepada generasinya. Mereka juga ikut termakan arus westernisasi yang sudah semakin membutakan mata hati terhadap budaya kampung halaman yang masih jauh lebih baik untuk diambil sebagai pola serta falsafah hidup menjadi manusia paling Indonesia.

Kemajemukan budaya justru bukan alasan untuk menjadikan bangsa ini pecah. Justru falsafah dari kebudayaan yang majemuk ini memiliki satu kesamaan yang ingin menjadi manusia paling Indonesia. Semua untuk mewujudkan motto ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang hanya mengakar dan mendarah daging pada manusia-manusia lama.

Teringat pada zaman pemerintahaan Presiden Soekarno, disaat beliau ingin benar-benar membentuk karakter bangsa Indonesia dari kemajemukan budaya, beliau akhirnya digulingkan dan menjadilah bangsa yang seperti saat ini. Dengan pemerintahan yang sedang berjalan sekarang, saya sangat sanksi bahwa karakter Indonesia saat ini sudah menjadi Indonesia yang sejati. Menurut saya sendiri, budaya yang kemudian dikesampingkan, budaya yang memberikan sumbangsih tak ternilai untuk bangsa ini, sudah merubah bangsa Indonesia memiliki karakter yang bukan Indonesia lagi.

Di saat seluruh mata dan pola pikir mengarah pada sebuah konsep kehidupan yang begitu modern dan melupakan konsep kemajemukan budaya dalam mewujudkan karakter ke-Indonesia-an, maka perlu dipertanyakan “Apakah jiwa dan diri ini pantas menyebut sebagai manusia yang paling Indonesia?”.

Lomba ini diikutsertakan dalam Lomba Blog “Paling Indonesia” 17 Tahun Telkomsel

Facebook
Twitter

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *