Search
Close this search box.

Cerita Pandemi yang Tak Kunjung Usai

cerita pandemi yang tak kunjung usai

Entah sudah berapa banyak air mata yang mengalir sejak setahun lalu. Tak terhitung seberapa banyak bibir ini meminta agar sehat selalu. Bahkan saya sudah tidak ingat, kapan terakhir berpikir akan tamasya keluar kota dengan membawa anggota keluarga baru. Ya, pengalaman saat pandemi COVID-19 sudah membuat semuanya berlalu dengan pilu.

Namun, satu yang saya sangat syukuri, kesehatan masih menjadi nikmat yang tidak ada tandingannya saat ini. Keinginan untuk beraktivitas di luar sana demi konten atau sekadar untuk membuat anak-anak happy berada di taman kota, sekarang berganti. Apapun dilakukan di rumah saja. Meskipun tidak semua orang merasakan dan melakukan apa yang seharusnya.

cerita pandemi yang tak kunjung usai

Corona, Antara Ada dan Tiada

Saat diumumkan bahwa Indonesia kedatangan tamu tak diundang (baca: virus Corona) ini, reaksi warga sekitar biasa saja. Tidak ada aktivitas yang langsung berubah saat itu karena dianggap tidak akan masuk Surabaya dan sekitarnya. Namun, namanya manusia yang sering berpikir pendek, tidak mengira bahwa yang namanya virus sangat mudah penyebarannya apalagi tak kasat mata.

Peta Sebaran Covid-19 di jawa Timur

Warga tetap biasa saja hingga pengumuman PSBB diberlakukan oleh walikota. Pemeriksaan ketat yang keluar masuk kota Surabaya pun dijaga ketat oleh petugas di berbagai sudut kota. Bahkan siapa saja yang terlihat melakukan aktivitas kumpul-kumpul akan dibubarkan oleh petugas yang melakukan patroli. Meskipun begitu, ada saja masyarakat yang ndablek karena berpikir Corona hanyalah isu politik belaka sehingga tidak sedikit yang tidak peduli.

Nyatanya, Surabaya tetap tercatat dalam sejarah pandemi berada di zona hitam dengan kasus penyebaran yang terbilang cepat dan juga banyak. Kasus positif yang ada di Surabaya menjadi penyumbang tingginya angka COVID-19 di Provinsi Jawa Timur. Kalau sudah seperti itu, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan selain sama-sama membantu pemerintah untuk menekan jumlah bertambah semakin banyak.

Dampak Covid-19 yang Begitu Nyata

“Ayah, masih ada uang untuk makan? Bunda tidak apa-apa kalau ada barang yang harus dijual dulu.” Kalimat yang terlontar begitu saja.

“Percaya sama Allah, Bunda. Pasti ada rezeki. Sabar.”

Saya tahu jawaban suami memang selalu menenangkan. Kami pernah berada di kondisi yang tak punya uang sama sekali. Bahkan untuk makan saja kami harus mengumpulkan koin lima ratusan dulu. Dan orang-orang yang memahami pekerjaan saya dan suami pastinya tahu kalau kondisi pandemi akan memberikan dampak signifikan.

“Bagaimana kabarta’, Kak? Aman jaki’ di situ?” 

Ini salah satu kalimat percakapan dengan adik saya yang ada di kampung halaman, Makassar. Jawabannya memang secara keseluruhan adalah “baik” karena sejauh ini nikmat kesehatan dan bisa beraktivitas meskipun di rumah saja itu sangat besar. Namun, keluarga tidak perlu tahu kalau kondisi kami benar-benar shock dengan keadaan pandemi. Pendapatan yang tadinya bergantung pada pekerjaan suami, benar-benar sedang diuji.

Banyak masalah yang ditimbulkan oleh pandemi tetapi sebagai orang yang beriman selalu berharap sepenuhnya pada yang memberi keadaan ini. Mungkin teman-teman sekalian ingat quote terkenal dari Ali bin Abi Thalib:

Jangan katakan, saya punya masalah besar. Tetapi katakan, saya punya Allah yang Maha Besar.

Mudah sekali ditulis bahkan diucapkan, tetapi pembuktiannya dalam bentuk sikap dan tingkah laku ternyata itu benar-benar butuh perjuangan.

“Kak, masih bisaki’ ketawa, ikut webinar bahkan sesekali ikut donasi padahal kita’ terdampak.”

Ini diucapkan oleh salah satu adik kelas yang kebetulan masih sering berinteraksi via chat WA. Menanggapinya pun sebenarnya saya enggan karena khawatir terlalu banyak bicara dan takut Allah tidak suka itu.

Pastinya saya berpegang bahwa Allah beri ujian karena ada maksudnya. Tidak mungkin diuji jika tidak mampu diatasi oleh hambaNya. Pasti ada dan butuh pikiran dan hati tenang sehingga mudah menemukan solusinya. Sejak saat itu, saya dan suami masing-masing mengoptimalkan apa yang kami bisa.

Percaya dengan Kemampuan, Cari Peluang Pendapatan

Rekening Rp 0,- tidak boleh mematikan langkah. Menangis tak mengapa meskipun tetap tidak akan mengubah angkanya menjadi bertambah banyak. Tetap harus bergerak demi bertahan hidup dan pastinya selalu dalam keadaan sehat. Dan beruntung lagi Allah memberikan solusinya seperti biasa. Dan percaya tidak percaya donasi sekecil apapun apalagi di saat sulit itu tidak akan pernah sia-sia. Allah balas sesuai janjiNya.

Saya sangat menyukai blogging dan fotografi. Entah apa jadinya jika saat lapang dulu, waktu tidak termanfaatkan dengan baik untuk mengikuti berbagai pelatihan, baik offline maupun online. Sangat bersyukur karena tidak pelit mengeluarkan dana untuk sekadar mengikuti materi dari berbagai narasumber untuk menguatkan pondasi kecintaan saya akan dua hal tersebut.

Tidak sedikit ada yang memberikan komentar kalau saya melakukan hal sia-sia karena bisa memperdalam keduanya bisa dengan browsing di internet. Hmm, kita berbeda untuk yang satu ini. Ilmu memang banyak bertebaran di internet, tetapi interaksi antara saya, narasumber dan peserta yang hadir memiliki nilai lebih tersendiri buat saya.

1. Membuka Jasa Foto Produk 

Tidak pernah terbesit dalam pikiran bahwa saya akan mengambil langkah ini. Di tengah badai finansial yang membuat pikiran dan batin saya sempat terguncang, Allah selalu mengirimkan bantuannya dengan mendatangkan orang-orang yang membutuhkan jasa foto produk. Ya, awal pandemi 2020 banyak teman yang membuka usaha produk homemade berupak makanan. Nah, untuk mendistribusikan produk tersebut pastinya membutuhkan foto produk yang menarik untuk dipajang di media sosial.

Bismillah saya melangkah. Hasilnya? Keluarga kecil kami bisa survive juga. Ya, kami bisa bertahan!

2. Memaksimalkan Blog

Sejak awal menekuni dunia blogging memang sudah diberi wejangan oleh para senior blogger bahwa tidak ada yang menjamin kepastian dengan blog bisa mendapatkan tawaran kerja sama seterusnya. Ada pasang surut. Dan saya pun menyadari itu. Namun, bukan berarti berhenti melangkah, bukan?

Tawaran menulis datang selalu tepat pada waktunya kami butuhkan. Ada yang memberikan fee sesuai rate card tetapi tak jarang juga yang melakukan nego sampai nilai fee yang menurut kacamata orang luar tidak akan sepadan dengan effort menulis. Apalagi jika diminta agar artikelnya SEO Freindly. 

Selama saya masih enjoy mengerjakan, tetap kami terima demi “bisa makan”. Dan suara-suara sumbang di luar sana pasti ada saja, seperti:

“Ih, kok mau ya terima job retjeh, sayang dong blog-nya.”

Hmm, hal seperti ini tidak perlu digubris. Dapur kita masing-masing berbeda. We have our own struggles.

3. Mengoptimasi Media Sosial

Ini juga ada kaitannya dengan poin nomor satu sebenarnya. Dari hasil foto-foto yang diterbitkan di feed media sosial, maka secara tidak langsung kita membentuk personal branding dan portfolio. Dengan cara itu, ada saja yang ingin dibantu untuk mempromosikan produknya dengan nominal lumayan.

Harapan akan Vaksin COVID-19

“Jadi kapan kita disuntik vaksin COVID-19, Ayah?” Saya membuka obrolan dengan suami di malam tahun baru.

“Hmm, sabar saja Bunda. Kalau baca berita yang beredar, butuh waktu untuk masyarakat biasa seperti kita mendapatkan giliran.” Jawab suami sambil meletakkan lengannya di bawah kepala.

“Dan, selama itu pula kita tidak akan bisa pulang kampung.” Balasku dengan perasaan sedih menahan air mata, sementara di luar sana sayup terdengar suara kembang api.

***

Senang sekali mendengar berita bahwa pemerintah provinsi Jawa Timur pada tahap I kemarin sudah mendistribusikan dosis vaksin COVID-19 sebanyak 33.420 untuk area Surabaya. Dan sekarang masih terus berlanjut pada tahap berikutnya.

Sebagai ibu menyusui, saya sangat khawatir dengan kondisi pandemi seperti ini. Apalagi baca informasi jika vaksin COVID-19 yang saat ini didistribusikan berupa Sinovac masih belum diperuntukkan bagi ibu hamil dan menyusui. Efek samping yang akan ditimbulkan juga masih belum ada data pasti sampai saat ini.

Apapun itu, saya selalu mendukung proses vaksinasi yang sudah diupayakan oleh pemerintah. Namun, perlu diperhatikan dengan baik bahwa vaksin yang diberikan tidak serta-merta menghalangi dari terjangkitnya tubuh dari COVID-19. Memperketat protokol kesehatan setiap hari, dimanapun berada, adalah solusi terbaik sampai detik ini. Karena inilah ikhtiar terbaik yang bisa kita lakukan dan berharap Corona segera pergi dari bumi ini.

***

Well, pengalaman saat pandemi COVID-19 di atas merupakan perjalanan hidup yang tak terlupakan. Seberat apapun yang saya dan suami rasakan, kami percaya ada Allah yang memberi kekuatan. Sebab, tak ada satupun kejadian yang menimpa tanpa diberi cara untuk menyelesaikan. Tetap semangat dan patuhi protokol kesehatan.

“Tulisan ini diikutkan dalam #TantanganBlogAM2021

***

Referensi:

  • Situs Suara Surabaya
  • CNN Indonesia
  • Situs KPC PEN
  • Kominfo Jawa Timur
Facebook
Twitter

Related Posts

46 Responses

  1. Corona itu ada dan nyata. Namun kita tetap harus bisa move on ya mbak. Nggak bisa berdiam diri tanpa melakukan hal yang lebih bermanfaat. Mengasah kemampuan diri salah satu yang bisa kita lakukan.
    Karena aku yakin, pahit itu buahnya manis lho hehe

  2. Mbak Rahmah.
    Bismillah. Mudah-mudahan Allah bukakan jalan rizqi-Nya yang halal, lancar, melimpah ruah barokah untuk Mbak sekeluarga. Aamin.
    Nikmat sehat dan nikmat sempat itu memang nikmat yang taken for granted, padahal nikmatnya luuuar biasa.
    Oh. Juga nikmat keimanan. Kalo gak punya keyakinan bisa bersandar pada-Nya, wah bisa dianggap jalan buntu beneran.

  3. Saya mau peluk virtual dulu, deh. Masa pandemi ini memang terasa berat bagi kita semua. Saya juga udah gak tau berapa banyak menangis. Berharap semua segera berlalu. Semangat untuk kita!

  4. Mbak Amma, hug you. Allah Maha memudahkan sesuatu

    Aku percaya sekali itu. Saat keluarga kami terpapar covid, meski kami tidak melangkah ke mana-mana dan terpapar dari keluarga dekat yang datang ke rumah. Semua kami terima ikhlas, ikhlas sekali.

    Kami pasrahkan hanya kepada Allah. Karena pemilik semuanya Allah. Ada banyak hal yang terimbas Mbak, selain sektor keuangan-pemasukan ya, ada hal lain yang harus kami terima juga, yaiut pandangan masyarakat.

    Tapi selama kami bersikap sewajarnya, kami biasa saja Mbak. Berat tapi itulah kondisinya. Semoga vaksinasi yang sedang dibagikan pemerintah berjalan dengan baik ya.

  5. MashaAllah~
    Aku membaca kisah kak Amma jadi menambah semangat.
    Memang dapur kita gak sama, jadi jangan pernah komentar yang gak enak gitu yaa…

    Kak Amma sehat-sehat selalu yaa…
    Semakin banyak karyanya dan in syaa Allah rejeki semakin terbuka lebar bagi yang bersyukur.

  6. Terus terang aku agak hopeless sama penanganan wabah di sini. Tapi semoga saja ya ada keajaiban utk negeri ini. Sekarang juga yg penting patuhi prokes, gak keluar rumah saat gak penting2 amat.
    Vaksinnya jg masih lambat, sementara yg positif nambah terus huhu T.T moga abis ini ada solusi jg buat gandeng swasta utk vaksin, asalkan tetep gratis aja sih kalau kulakannya dr bagian pemerintah.
    Soal pendapatan, alhamdulillah ya msh ada, tp emang banyak pemangkasan dibanding dulu yg penting kita usaha ya, mangaatt

  7. Peluuk mba, tetap semangat ya. Pandemi ini berdampak banget sama kehidupan kita, akupun selama setahun ini banyak sekali hal yang dirasakan. Sungguh bikin nyesek juga. InsyaAllah dilancarkan rezeki selalu ya.

  8. iyess mbaa… pandemi dan cerita yang tak kunjung usai ya… Semoga beneran bisa berlalu deh walau sepertinya dampaknya bakal bertahun-tahun ini… Aniwei bener ya mba ada banyak cara, dan termasuk memaksimalkan blog dan sosmed.. Yup semua orang punya pilihan berbeda dan jalan berbeda… ga perlu digubriss…. 🙂

Leave a Reply to Santi suhermina Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *