Search
Close this search box.

Cerita Anak SMA, Sepenggal Kisah yang Patut Kami Banggakan

Cerita Anak SMA, Sepenggal Kisah yang Patut Kami Banggakan sengaja saya hadirkan khusus dalam postingan blog kali ini. Postingan ini juga sekaligus untuk mensukseskan Gerakan atau Kampanye Keyword “Anak SMA” atau “Cerita Anak SMA” di Google yang hanya berupa cerita atau artikel-artikel negatif tentang keyword tersebut.

Cerita Anak SMA yang saya tampilkan kali ini berupa sedikit pengalaman yang membawa saya mengerti tentang arti sebuah persahabatan dan kisah yang menyertai perjuangan belajar kami. Cerita anak SMA justru bukanlah masa yang selalu identik dengan cerita kenakalan remaja, mabuk-mabukan, balap-balapan serta pacaran sepanjang jam pelajaran sekolah. Justru di masa SMA itulah karakter masa depan terbentuk, seperti yang terjadi pada diri saya dan teman-teman lainnya.

Masa SMA

Di SMA, saya mengenal sebuah kata “sahabat/persahabatan”. Mengerti dan memahami makna dari kata tersebut. Di saat anak-anak SMA lainnya mungkin terjerumus pada pergaulan yang kurang benar, di sisi lain saya bertemu dengan sosok hebat. Teman-Teman SMA dulu (2000-2003) saya hampir 90% kini sudah menjadi orang hebat sesuai bidangnya. Bahkan mungkin saya sendiri yang masih jalan ditempat karena masih berkutat pada persoalan pekerjaan yang memburu predikat PNS. Tetapi itu semua kembali pada jalan nasib dan takdir dariNya yang harus dijalani.

Kembali ke cerita anak SMA. Di SMA, saya dan beberapa orang yang saya masukkan ke dalam lingkaran “sahabat” benar-benar tidak memikirkan kebahagiaan dini. Bahkan kami harus rela kehujanan, terlambat untuk makan siang serta menghabiskan waktu untuk setiap kegiatan sekolah, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk masa depan yang cerah.

Saya masih ingat betul ketika kami semua masih berpredikat siswa(i) SMA yang harus mempersiapkan waktu untuk belajar kelompok. Jika belajar kelompok sekarang lebih banyak via digital atau bahkan digunakan sebagai tempat untuk gosip sebagai pelengkap cerita anak SMA, kami justru mempergunakan masa SMA kami untuk belajar dan terus belajar. Bahkan kami selalu men-support satu sama lain jika kemudian hasil ulangan harian atau ujian semesteran berada di bawah rata-rata.

Kami tak mengenal di antara kami ada yang anak borju, anak bupati atau anak petani. Kami hanya tahu bahwa kami semua anak SMA yang ingin lulus dan menjadi kebanggaan orang tua, guru-guru serta masyarakat di lingkungan kami. Bahkan saya masih ingat ketika salah satu teman kami yang sakit, kami harus memindahkan kelompok belajar di rumah teman kami yang sakit tersebut agar teman yang sakit tidak ketinggalan pelajaran.

Cerita Anak SMA

Kami saling mengasah kemampuan ilmu (baca: mata pelajaran) masing-masing dan setelah kemudian kami merasa mampu dan bisa dengan ilmu tersebut, kami tidak menjadi sosok siswa(i) yang arogan dan angkuh ilmu. Justru kami membaginya dalam sebuah kelompok belajar, sehingga tujuan kami membentuk kelompok belajar tersebut tercapai, meskipun masih ada satu atau dua orang yang hanya memahami sebahagian saja. Dan itu tidak dapat kami salahkan sebab kemampuan memahami seseorang berbeda-beda, ada yang cepat ada yang lambat.

Singkatnya, cerita anak SMA saya dan sahabat-sahabat hebat saya setidaknya memberikan sumbangsih positif dalam perkembangan karakter kami saat ini. Kegigihan kami dalam memahami setiap mata pelajaran yang ada di bangku SMA, Alhamdulillah masih kami ingat dan mampu kami ajarkan ke adik-adik kami bahkan ada di antara kami yang mempraktekkannya langsung pada generasi penerusnya.

Anak SMA

Kalau saya sendiri sangat bahagia dengan kerja keras sebagai salah satu bab dari  cerita anakSMA saya, sebab kini saya mentransfer ilmu tersebut ke berbagai kalangan. Bahkan saya tidak pernah malu untuk mengajar anak SD dengan predikat pendidikan saya yang orang bilang sudah tinggi. Sebab, orang cerdas bukanlah yang memilih bekerja sesuai dengan kapasitas kedudukannya di mata masyarakat tetapi justru memberikan apa yang dimilikinya (berupa ilmu) untuk siapa saja yang memerlukan. Dan juga saya masih memegang teguh prinsip hidup dari mendiang Ayah saya bahwa orang pintar itu bukan dilihat dari tingginya IPK Akademik di bangku sekolah/kuliah tetapi orang pintar adalah orang yang mampu menempatkan dirinya sesuai dengan keperluan yang ada di sekelilingnya.

Tak ada masa yang paling tepat untuk mengasah kemampuan selain di masa SMA. Tunggu kisah seru saya lainnya di cerita anak SMA.

Facebook
Twitter

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *