Search
Close this search box.

3 Agustus (2011-2012): Tepat Setahun Aku Merantau di Tanah Borneo, Palangka Raya

3 Agustus (2011-2012): Tepat Setahun Aku Merantau di Tanah Borneo, Palangka Raya adalah bentuk curahan hati saya untuk mengenang perjalanan pertamaku meninggalkan Kota Maros menuju Kota Palangka Raya.

Dear, Diary…

Mengenang masa setahun lalu sungguh begitu membuat air mataku kembali jatuh. Perjuanganku untuk terus menyambung hidup karena Ayah telah tiada dimulai saat itu. Ayahku pergi untuk selamanya sejak  Oktober 2010. Beberapa bulan setelah Ayah meninggal, Tuhan mempertemukanku dengan sebuah aktivitas yang mampu menjadikan rasa rindu seperti sesuatu yang harus kulampiaskan dengan tulisan. Aku merintis karir menjadi penulis. Terlambat? Biarkan saja orang berkata demikian, tetapi bagiku tak ada yang terlambat untuk sebuah perubahan ke arah yang lebih baik.

Aktivitas menulis itu menjadi sesuatu yang menyita waktuku hingga urusan cinta menjadi prioritas belakang. Padahal aku sebenarnya sudah mengharapkan pernikahan untuk menopang kehidupanku tanpa Ayah. Hingga kemudian aku berhasil menyelesaikan studi Strata 2 ku yang sempat tertunda beberapa saat akibat masih dalam keadaan berduka. Seharusnya, aku bisa selesai tahun 2010 akhir (Desember) tetapi suasana duka Oktober 2010 masih terus membayangiku hingga aku diberikan waktu jeda dan kembali berpikir dengan tenang.

Awal 2011, semua kemudahan tercapai. Mengikuti ujian meja yang sungguh sangat singkat membuatku sedikit tercengang. Betapa kemudahan terus diberikan oleh Tuhan padaku. Hingga kemudahan selanjutnya datang, aku diajak merantau ke tanah borneo untuk mengabdikan ilmu yang aku geluti saat ini.

3 Agustus 2011, aku meninggalkan Maros dan membawa sejuta kenangan dan cina. Menuju kota Palangka Raya, kota asing bagi diriku saat itu. Merintis karir menjadi tenaga pengajar di salah satu perguruan tinggi ternama di kota tersebut. Meski masih dalam status yang menanti keajaiban yang lebih. Tetapi, niatku cuma satu mengapa menerima tawaran untuk merantau. Apa itu? Amanah Ayah-ku. Ayah ingin aku bekerja menjadi dosen. Karena menurut Ayah, menjadi tenaga pengajar mampu membuatku jauh lebih tegar dan bisa mengendalikan sikap karena harus menjadi contoh mahasiswa(i).

Hari demi hari kulalui. Lika liku kehidupan memang membawaku pada sebuah proses pendewasaan diri. Aku yang dulu manja dengan Ayah kini harus menghadapi dunia kehidupan secara nyata dan kompleks. Silih berganti masalah datang dengan wujud yang berbeda. Meskipun aku tak menafikan bahwa ketika aku merantau, ada banyak hal bahagia yang aku rasakan. Mulai dari keinginan untuk naik pesawat, ke luar negeri, menikah, jalan-jalan lintas Pulau bahkan menjalani hari-hari dengan sepeda ontel pink milikku adalah sesuatu yang membuatku mampu survive hingga saat ini.

Meski aku dan suami saat ini LDR (Long Distance Relationship) alias hubungan jarak jauh, perkembangan dunia teknologi menjadikan jarak tak lagi menjadi halangan. Di tanah Borneo aku belajar tentang konsep hidup kesederhanaan, kesabaran serta pengorbanan menjadikanku semakin kuat mengendalikan diriku. Aku percaya bahwa suatu saat ada masa yang lebih indah dijanjikan Tuhan bagi hambaNya yang bershabar dengan segala perjalanan hidupnya. Aku ingin menjadi satu dari hambaNya itu.

Setahun di Tanah Borneo, aku mencoba berdiri sendiri meski aku mampu karena ada cinta dari suami serta keluarga yang terus mendukungku. Aku berada jauh dengan kalian tetapi pada dasarnya cintaku selalu tumbuh bersama kalian disana.

*Palangka Raya, dalam sebuah bilik yang selalu memberi inspirasi

Facebook
Twitter

Related Posts

6 Responses

  1. waow, perantauan yang sukses. salut utk cerita hidupnya, sayang saya bukan trmasuk dlm takdir merantau tp saya senang bisa membuat ortu bangga dgn pilihan hidup saya yg juga merupakan harapan mereka saat saya masuk kuliah 🙂

  2. Tuhan maha tahu tapi ia menunggu…

    Semoga pilihan meantau ini memberikan kebaikan, kesejahteraan dan kebaikan untukmu dan keluarga, mbak. Semoga semakin sukses dengan kiprahnya. Appreciate untuk ketegaran dan perjuangannya.

Leave a Reply to Chemist Rahmah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *