Search
Close this search box.

Seandainya Saya Tidak Nge-BLOG: Tak Bisa Mengenal Komunitas Blogger

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketujuh.

Seandainya Saya Tidak Nge-BLOG: Tak Bisa Mengenal Komunitas Blogger– Banyak yang bisa muncul ketika berhadapan dengan blog. Terkadang hanya “mood” yang membuat jemari tersendat menuliskan hal-hal yang bermanfaat bahkan ikutan lomba juga pernah menjadi impian semata karena mood datang saat deadline lewat.

Namun, semangat untuk terus menulis sama sekali terpacu karena hadirnya komunitas dalam dunia saya. Komunitas apa? Ya tentu saja komunitas blogger. Komunitas yang berisi sekumpulan manusia yang kepalanya dipenuhi ide dan kreativitas dalam bidang apa pun lalu menuliskannya di blog. Tidak hanya itu, komunitas di sini juga sebagai ajang pendidikan dan silaturahim di antara sesama anggota.

Seandainya Saya Tidak Nge-BLOG: Tak Bisa Mengenal Komunitas

Di dalam sebuah komunitas, ide dan kreativitas yang biasanya hanya mengendap di kepala bisa tersalurkan dengan proses sharing satu sama lain. Yang satu memancing ide terlontar dan lainnya memberi masukan terhadap ide tersebut. Bahkan tidak sedikit ide-ide tersebut akhirnya menjadi sebuah event yang bernilai positif dan memberikan manfaat kepada khalayak ramai.

Sejak mulai mengenal dunia blogging, terjun dalam sebuah komunitas memang sedikit banyaknya memberikan pengaruh tersendiri. Di dalam sebuah komunitas blogging saya banyak belajar berbagai hal yang dapat menarik minat pembaca terhadap apa yang dituliskan dalam blog. Tidak hanya itu, saya juga mendapatkan tambahan ilmu bagaimana mengelola blog agar tetap terjaga dan tidak menjadi “sampah” di dunia maya. Dan yang menarik dalam dunia blog ini sendiri adalah proses mendapatkan penghasilan yang mayoritas mindset orang-orang terjun di dunia blog memang hanya mengejar hal tersebut.

Banyak komunitas blog yang saya ikuti. Tujuan utamanya hanya mencari ilmu karena saya sendiri bukan orang yang cepat puas dengan pengetahuan. Meskipun sering di dalam sebuah komunitas tertentu, saya lebih banyak diam tetapi mengamati dan melakukan proses belajar satu arah.

Komunitas blogger yang melahirkan saya adalah Komunitas Blogger Maros (KBM). Bergabung di komunitas tersebut yang kemudian mengenalkan saya kepada Komunitas Anging Mammiri (AM). Waktu ada workshop blog bernama Blogilicious Fun Makassar. Setelah mengikuti acara dua hari di event tersebut, saya semakin semangat untuk terus nge-blog meskipun harus sempat vakum beberapa waktu karena studi di Pascasarjana.

Komunitas yang paling besar (karena beranggotakan blogger se-Nusantara) adalah Blogger Nusantara. Di komunitas itu juga kemudian mata saya semakin terbuka bahwa tidak hanya di Sulawesi Selatan saja ada komunitas blogger. Dari Sabang sampai Merauke, semua memiliki komunitas blogger sebenarnya, terlepas itu ter-publish atau tidak. Bahkan “orang Jago nge-blog” di setiap daerah saja pasti ada dan lagi-lagi kadang tidak ter-publish. Bukan karena tak ada media, tetapi dari karakter pribadi orang itu saja yang tak peduli dengan “ketenaran”.

Bertolak dari sebuah komunitas di daerah asal, akhirnya kini sudah banyak tahu tentang beberapa komunitas blogger yang ada di Indonesia. Visi misi sebuah komunitas juga sebenarnya harus saya ketahui lebih dulu sebelum masuk dan terjun dalam kegiatan-kegiatan komunitas. Paling utama adalah Komunitas yang tidak menyinggung SARA karena ini memang area sensitif.

Kini sudah ada komunitas blogger yang lebih khusus lagi untuk perempuan seperti Kumpulan Emak Blogger (KEB). Tentu saja semangat terus bertambah karena melihat antusias kaum hawa yang semakin banyak “melek internet”. Hmmm… tak ada alasan lagi untuk malu menularkan ide-ide cemerlang lewat tulisan di blog.

Seandainya saya tidak nge-blog, tentu tak akan pernah merasakan kehangatan semangat blogger-blogger. Proses pembelajaran sering terjadi di dalam sebuah komunitas meskipun belajar dan mencari sendiri bukan hal yang dilarang.

Banyak sekali komunitas blogger yang telah memberikan manfaat kepada hidup saya hingga bisa seperti sekarang. Bagaimana dengan kamu?      

Facebook
Twitter

Related Posts

5 Responses

Leave a Reply to Mugniar Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *