Search
Close this search box.

Cerita Kayu Sirih Arinta dalam Semangkuk Pallu Basa

Cerita Kayu Sirih Arinta dalam Semangkuk Pallu Basa

Cerita Kayu Sirih Arinta dalam Semangkuk Pallu Basa – Arisan Blogger Perempuan yang terlambat untuk saya posting. Benar-benar kesibukan dan kesehatan yang menjauhkan saya dari leppy. Setelah ada event RoadBlog di Surabaya, saya pun harus terbang ke Makassar untuk menghadiri pernikahan ponakan satu-satunya dari kakak sepupu tertua. Cuapek poll! Tetapi, ini nggak boleh jadi alasan sebenarnya. Salah sendiri menunda-nunda pekerjaan.

Cerita Kayu Sirih Arinta dalam Semangkuk Pallu Basa

Eh, stop dulu pengakuan dosanya deh. Kali ini mau kepo dengan salah satu member arisan Grup V bernama Arinta Adiningtyas. Siapa sih yang tidak kenal dengan Kayu Sirih? Ada hubungan apa Kayu Sirih dengan Pallu Basa? Jawabannya otomatis bukan Pallu Basa yang dicampur Kayu Sirih. Saya tidak pernah membayangkan itu terjadi, hehe. Maksudnya di sini, si Mbak Arinta itu pemilik blog Kayu Sirih pernah mencicipi kuliner Makassar, yang notabene kampung halaman saya, bernama Pallu Basa.

Kalau dari cerita beliau sih, Pallu Basa lebih enak dibandingkan Coto. Yap, semua tergantung lidah yang bergoyang saat suap demi suap daging dan kuah masuk ke dalam mulut. Sepintas tampak sama antara Pallu Basa dan Coto, tetapi mereka berbeda. Bahan dasar yang membedakan keduanya adalah tambahan kelapa goreng dalam kuah Pallu Basa. Coto tidak menggunakan bahan itu.

Mba Arinta ternyata lebih hebat dibanding saya karena sudah pernah makan Pallu Basa di Jl. Serigala, Makassar. Sementara saya, hanya menikmati Pallu Basa buatan ibu sendiri. Entah rasanya sama atau beda, tetapi lidah saya sudah sangat pas dengan hasil masakan ibu. Mengapa bukan saya saja yang membuatnya? Hmmm… jawabannya adalah ribet. Aneka macam bumbu yang digunakan membuat saya yang suka praktis memerlukan waktu khusus. Minimal saya butuh seharian untuk membuat Pallu Basa. Daripada lama dan hasilnya kurang memuaskan anggota keluarga, saya pun tidak lagi memasaknya. Pilih menu sederhana saja.

Ngomong-ngomong soal Mbak Arinta, saya banyak belajar dari blog beliau. Salah satunya adalah ketika buntu ide. Tahu sendiri sebagai blogger yang notabene penulis juga tidak akan jauh-jauh dari masalah ide yang buntu. Dan Mba Arinta memberikan solusi. Penasaran? Bisa langsung capcus aja ke www.kayusirih.blogspot.com

Tadinya saya pikir mbak Arinta ini orang Makassar, ternyata asli Purworejo. Saya sendiri mengambil kesimpulannya terlalu cepat. Hanya karena melihat postingan Pallu Basa, saya menyangka beliau dilahirkan di Kota Daeng. It means, do not say anything before you know everything. Because something never tell you everything.

Dan Mba Arinta berhasil menggelitik hati saya, setidaknya memberikan pesan agar tetap produktif dengan menjauhi 3 (tiga) hal berikut, yaitu:

  • Jangan Banyak Tidur
  • Jangan Banyak nge-Game; duh, saya paling suka dengan aktivitas satu ini kalau sedang buntu ide nulis
  • Jangan Banyak nge-Rumpi; lebih banyak rasan-rasan di grup online,

So, masih belum puas berkenalan dengan Mbak Arinta? Silakan kenalan sendiri dan berinteraksi dengan beliau. Ssst… Mba Arinta orangnya ramah kok.

Facebook
Twitter

Related Posts

10 Responses

  1. Iya e mba.. Kata mamah kan harus ada serundeng alias parutan kelapanya yah..tp kemarin itu pallu basanya kenapa ga ada parutan kelapanya ya? Eleeuuuh..harus diulang lagi ke Makassarnya nih kayaknya.. Dan jadi pengen nyicip pallu basa buatan ibundanya Mba Rahmah..hihi..

    Eiya..sukaaa banget sama kalimat; do not say anything before you know everything. Tjakeeeppp.. πŸ˜€

    Makasih ya mbaa.. Hug and kiss from Solo :* πŸ˜‰

  2. Ya ampun Pallu Basa dibawa-bawa ke mari hihihi, btw itu tips jangan banyak jangan banyak semua. Hmmm intinya yang sedang-sedang aja brarti ya mb Rahma hehehehe
    Cepet sembuh yaaaaa ^^

  3. Aku pernah nyicip pallu basa di jalan serigala. Rasanya enak. Tapi karena aku lebih suka olahan ikan jadi suka pallu yang satunya. Namanya… pallu Manna atau pallu butung ya. Aku kok lupa. Pokoknya dari ikan.

  4. Emang, masakan tradisional itu ribet ya mbak… bumbunya macem-macem… kalo lagi pingin masakan tradisional enakan beli deh… praktis…

Leave a Reply to Rani R Tyas Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *